KabariNews – Konser musik Java Jazz Festival digelar ke -13 kalinya dengan gaya baru karena menyentuh konsep budaya tradisional Betawi. Dewi A.L. Gontha, Direktur Utama Java Jazz Festival Production mengatakan meski Jakarta dilanda bencana banjir di beberapa titik, tapi tidak ada artis yang batal tampil. “Sempat terpikir kalau ada yang cancel karena banjir, ternyata nggak,” kata Dewi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, (1/3).

Pesta akbar Jazz ini menampilkan ratusan musisi dan penyanyi jazz seperti peraih 3 Grammy Award, Sergio Mendes. Produser dan penyanyi ini telah berkecimpung di dunia musik selama 5 dekade. Kemudian Chick Corea, peraih 14 kali Grammy Awards. Tak hanya mereka berdua, hadir juga Arturo Sandoval, peraih 10 kali Grammy Awards, lalu Justin Kauflin, Adam Hawley, Elliot Yamin (Finalis American Idol), DW3, dan Morgan James. Musisi dalam negeri yang turut meramaikan acara ini adalah Glenn Fredly, Tompi, Endah N Rhesa, Iwa K, Iwan Fals, Armand Maulana, Dira Sugandi, Dwiki Darmawan dan masih banyak lagi.

MUSISI LUAR NEGERI

Nama aslinya Armando Anthony. Publik mengenal dengan nama Chick Corea (75). Pianis asal Negeri Paman Sam ini memulai debut karir di era 60-an. Kehadirannya membawa warna baru pada musik piano jazz modern. Dentingan piano Corea terdengar memiliki ciri khas. Gaya bermainnya termasuk yang paling banyak ditiru setelah Bill Evans, Keith Jarrett, McCoy Tyner dan Herbie Hancock. Komposisi ciptaannya yang berjudul “Spain” merupakan salah satu karya yang menjadi jazz standard dan populer sejak tahun 80-an.

Pada tahun 1985, ia membentuk grup musik yang diberi nama Chick Corea Elektrik Band. Album yang pernah dirilis antara lain The Chick Corea Elektric Band (1986), Light Years (1987), Eye of the Beholder (1988), Inside Out (1990), Beneath the Mask (1991), Elektric Band II: Paint the World (1993), To the Stars (2004).

Selayaknya band jazz yang memiliki pergantian personil, formasi Chick Corea Elektrik Band pun sempat berganti-ganti. Musisi seperti Victor Wooten, Scott Henderson, Carlos Rios, Gary Novak, Jimmy Earl, Mike Miller, Jamie Glaser, Mike Pope, dan Ric Fierabracci pernah mendukung kelompok ini. Trance Dance, dalam permainan jemari pianis jazz Chick Corea mengawali aksinya bersama rekan-rekannya dalam formasi Chick Corea Elektric Band di panggung Hall D2 JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (4/3/2017) malam.

Lagu Jocelyn The Commander menjadi suguhan selanjutnya dari peraih 15 trofi Grammy Awards ini. Dalam formasi Chick Corea Elektric Band kali ini, permainan piano Corea berpadu dengan permainan drum Dave Weckl, saxophone Eric Marienthal, gitar elektrik Frank Gambale, dan bas Nathan East.

Beneath the Mask dan Silver Temple merupakan lagu-lagu mereka berikutnya. Para penonton tak pernah absen menghadiahi tepuk tangan disertai seruan rasa puas tiap kali Chick Corea Elektric Band menyelesaikan permainan mereka. Pada pengujung aksi mereka, Corea dan kawan-kawan memukau para penonton dengan Got a Match?.

Sejumlah penonton yang tadinya duduk santai akhirnya berdiri sambil bertepuk tangan mengikuti lagu yang up beat itu.

Tak hanya suguhan memukau dari Chick Corea Elektric Band, di hari kedua gelaran Java Jazz Festival, penampilan musisi asal Brasil, Sergio Mendes (76) ditunggu para pecinta musik jazz. Terlihat antrean di depan Hall D2. Kehadiran mereka tak lain untuk menyaksikan Sergio Mendes. Sampai akhirnya pintu Hall D2 dibuka, penonton yang sudah mengantre langsung bergegas masuk ke dalam ruangan. Sergio Mendes dan band keluar dari balik panggung disambut riuh tepuk tangan penonton. Dengan menggenakan setelan jas berwarna biru dan topi coboy khasnya, dia tampak berkarisma. Lagu Maghalenha pun menjadi pembuka penuh semangat dari Sergio Mendes. Berturut-turut, dia membawakan lagu-lagu seperti Pretty World, Waters Of March, dan Ela E Carioca.

“Selamat malam. Saya senang berada di sini. Apakah kalian siap,” sapa Sergio Mendes dalam bahasa Indonesia. ”It’s all I can say in Indonesia. Great to be here to join Java Jazz. Thank you very much,” sambung musisi yang pernah masuk nominasi Best Original Song dalam Academy Awards 2012.

Irama musik khas bossa nova membuat penonton ikut bergoyang mengikuti alunan musik. Pertunjukan seperti akan berakhir saat Sergio Mendes, membawakan lagu andalannya yang berjudul Mas Que Nada. Sergio Mendes yang telah keluar panggung kembali dengan membawakan lagu Pais Tropical yang menjadi suguhan terakhirnya.

Di hari terakhir Java Jazz Festival, Elliot Yamin, musisi berbakat asal California, Amerika ini turut meramaikan panggung festival jazz dengan aliran musik balladnya, 3 Words lagu yang dibawakannya mampu memukau para penonton. Pria yang memulai karir melalui kompetisi musik American Idol musim kedua ini memiliki suara khas. Tak heran penonton pun menyemut saat ia tampil di panggung Hall D2, (5/3).

Setelah itu Elliot melantunkan salah satu lagu dari album terakhirnya yang rilis tahun pada tahun 2012, Self Control kemudian saat ia membawakan lagu As Time Goes By suasana pun menjadi sendu yang dilanjutkan dengan mengucapkan terima kasih kepada penonton.

Di akhir penampilannya, Elliot membawakan lagu hitsnya di tahun 2007 yang ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya. Wait For You, sukses membuat penonton berteriak histeris, seraya melantunkan lagu tersebut.

Saat pamit, ia berkata bahwa ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan dapat tampil di Java Jazz Festival. Ia pun berharap bisa kembali lagi tahun depan.

Kehadiran Ne-Yo menjadi magnet bagi para penikmat musik terutama para cewek ABG yang menanti penampilan pelantun So Sick ini. Ia mampu memukau penonton, dentuman drum dan trompet menandai kemunculan rekan duet Rihanna tersebut.

Pria yang memiliki nama asli, Shaffer Chimere Smith ini tampil enerjik saat membuka penampilannya dengan menyanyikan tembang Let’s Go. Mengenakan jaket hitam “blink-blink” dan kaos putih dengan dentuman musik yang menggema, Ne-Yo, mampu membakar semangat penonton untuk larut dalam suasana serta berjoget ikuti irama.

Penyanyi Pop RnB yang telah banyak menyedot masa ini terus melanjutkan lagu-lagu hitsnya, seperti She Knows, Miss Independent, Because of You dan Nobody dengan disambut riuh tepuk tangan penonton.  Melihat antusias penonton yang tak pernah pudar, Ne-Yo mengajak berinteraksi bersalaman dengan penonton barisan depan, dan juga mengajak menari, bernyanyi dan tepuk tangan. “Tepuk tanganmu semuanya, ayo tepuk tangan,” ucapnya disela-sela aksi panggungnya.

Ne-Yo terus melanjutkan aksi panggungnya dengan lagu Body on You, Champagne Life dengan keluwesannya, ia menari dan enerjik.

Mengakhiri penampilannya malam itu, Ne-Yo mengajak penonton bernyanyi bersama melalui lagu So Sick.

MUSISI LOKAL

Tak hanya musisi mancanegara yang di tunggu penampilannya di Java Jazz Festival, musisi dalam negeri juga ditunggu perform-nya. Sebut saja Iwan Fals. Pria bernama asli Virgiawan Listianto ini dalam ajang kali ini berkolaborasi dengan dua musisi jazz asal Amerika, yakni Maurice Brown dan Kirk Whalum.

Diawali dengan lagu hitsnya di era 80-an Yang Terlupakan, musisi legendaris ini menampilkan aransemen jazz yang mampu memukau dan membuat penonton berteriak histeris. Saat membawakan lagu Bento, kembali sontak teriakan histeris mewarnai panggung. Lantunan instrumen dari kedua musisi asal Negeri Paman Sam ini mampu memberikan warna pada musik jazz untuk lagu Bento dan Kuda Lumping.

Sementara musisi Indonesia lainnya yang turut mewarnai Java Jazz Festival adalah Glenn Fredly. Mantan suami Dewi Sandra berbicara tentang toleransi dalam keberagaman di panggung Java Jazz Festival. “Setiap kali saya menyanyikan lagu ini mereka berdansa, enggak lihat kiri dan kanan. Jadi kota yang tadinya rata karena perang antaragama sekarang kota itu jadi city of music. Kota itu namanya Ambon,” kata Glenn yang disambut tepuk tangan meriah penonton yang memenuhi BNI Stage Hall B3.

Glenn kemudian menceritakan kuatnya semangat toleransi di tengah masyarakat di ibukota Provinsi Maluku itu. “Jakarta, let me tell you kalian harus belajar dari Timur Indonesia,” ucap Glenn, merujuk maraknya isu SARA pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Ia mengulanginya dua kali sebelum mengajak penonton bergoyang dengan lagu “Rame Rame” “Hee…rame-rame // Mari katong badansa rame-rame // Hee…rame-rame // Badansa goyang badan manise,” Glenn menyanyi.

Penonton pun bergoyang bersama diiringi lagu berirama rancak tersebut. Suasana semakin hangat karena Glenn menyambungnya dengan lagu Rasa Sayange. Glenn menutup penampilannya dengan lagu Januari sambil memainkan keyboard. Ciamik bung!.

Jika Glenn bicara toleransi, penyanyi asal Aceh, Tompi membawa nuansa politik pemilihan kepada daerah DKI Jakarta di sela penampilannya dalam gelaran Java Jazz Festival 2017.

“Zaman sekarang Indonesia perlu orang sombong, tapi sombong yang bermartabat, bukan sombong yang berjanji manis,” kata Tompi.

Pernyataan tersebut otomatis menuai sorakan dari arah penonton. “Siapa pun yang menang mudah-mudahan Indonesia, Jakarta lebih baik. Buat saya pribadi siapa pun boleh menang yang penting Jakarta lebih baik,” lanjutnya.

Tembang hitsnya Selalu Denganmu dan Sedari Dulu sebagai pembuka penampilan Tompi dan disambut riuh para penonton.

Pria berprofesi dokter ini selanjutnya membawakan potongan lagu baru berjudul Sandiwara. Katanya, lagu tersebut terinspirasi dari dua sahabatnya, Glenn Fredly dan Sandy Sandoro.

Tak berhenti di situ, saat intro lagu Bawa Daku dimainkan oleh band pengiring, namun selanjutnya penonton dikejutkan dengan sosok gitaris Incognito, Jean Paul “Bluey” Maunick. Tampilan Bluey disambut tepuk tangan penonton. Sesekali Bluey menunjukkan kemahirannya bermain gitar.

Tompi juga berkolaborasi dengan musisi jazz handal Nita Aartsen membawakan lagu Setengah Hati, alunan keyboard Nita mengalun merdu bersama suara Tompi. (Kabari 1008)