Kabarinews –  Jika melihat dari judul dapat ditarik suatu kesimpulan untuk waspada terhadap pemecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya, bahwa NKRI harus tetap kokoh dan waspada terhadap gerakan apapun  dan paham apapun yang akan membelanya. Gerakan dan paham yang dimaksud, adalah gerakan dan paham radikalisme yang saat ini masih tetap bercokol di bumi Indonesia. Bahkan saat ini disinyalir, gerakan dan paham tersebut merambah pada institusi pendidikan.

Untuk mengantisipasi gerakan dan paham radikalisme masuk serta meluas ke dalam institusi pendidikan, civitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya mengajak mahasiswa baru tahun akademik 20017-2018 untuk memahami gerakan maupu paham redilaisme dengan menggelar orasi ilmiah yang diisi oleh DR KH, As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Republik Indonesia, kemudian komedian Indonesia yang terkenal, Cak Lontong yang hadir sebagai perwakilan dari orang tua mahasiswa baru. Acara diselenggarakan di Auditorium UNAIR, Rabu (02/08).

Pihak UNAIR juga meminta kepada mahasiswa baru untuk membuat pernyataan dan bersumpah untuk setia kepada Pancasila dan NKRI dan sebagai syarat diterimanya mereka di perguruan tinggi tersebut. Sebaliknya, jika ada yang melanggar akan dikenakan sangsi berupa di coret sebagai mahasiswa Universitas Airlangga.

Orasi ilmiah dan pernyataan serta sumpah Mahasiswa baru bertujuan untuk memahami betul paham-paham yang menyesatkan dan setia kepada ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.

“Ya itu kan mengingatkan janji mereka. Mereka berjanji untuk setia pada Pancasila. Tapi mereka kalau punya niatan untuk merubah Pancasila kemudian mengganti Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45, otomatis mereka sudah melanggar janji. Mereka ada pernyataan bersedia untuk dikeluarkan”, kata Rektor UNAIR, Prof. DR. Mohammad Nasih disela-sela pembekalan dan penerimaan mahasiswa baru.

Tidak hanya itu, peradilan juga akan dilakukan oleh pihak kampus UNAIR bagi mereka yang melanggar sumpahnya. Namun, sebelum melangkah ke peradilan lanjut rektor, pihaknya akan memanggil terlebih dahulu untuk mengklarifikasi dan berdasarkan bukti-bukti nyata bahwa mereka punya niatan untuk merubah Pancasila..

“Bukan hanya paham yang sejak awal ya, tapi yang sekarang lagi marak, misalnya Hizbut Tahir. Bukan hanya itu saja, tapi disisi lain pun seperti komunis dan sosialis harus mendapatkan yang sama”, tegas Mohammad Nasih.

Orang nomor satu di UNAIR ini lebih lanjut menjelaskan, mereka pada dasarnya ingin merubah dasar negara. Apa lagi yang liberalis, mereka juga  akan mendapatkan perlakukan yang sama. Mereka (kaum liberalis-red) orientasinya sama dengan yang lain, hanya disisi perjuangannya yang berbeda. Ada yang bermain halus dan ada yang bermain terang-terangan.

“Semuanya, kanan, kiri, atas, dan bawah yang akan berusaha menggantikan dasar negara akan diberikan sangsi sesuai dengan pernyataan mereka”, tegas Mohammad Nasih.

Ini tidak hanya diberlakukan untuk mahasiswa baru saja, mereka yang sudah menjadi mahasiswa pun diberlakukan yang sama. Tak terkecuali dengan dosennya. Jadi berlaku bagi semua civitas akademika.

Senada dengan Rektor UNAIR, AS’ad Said Ali juga mempertajam  pendapatnya, bahwa kita harus kembali menjunjung tingi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancsila dan Undang-Undang Dasar 45.

Pria kelahiran Kudus, 19 Desember 1949 ini kemudian mengaitkan paham-paham yang akan menjadi ancaman bagi NKRI dengan ideologi Pancasila. Paham-paham komunis dan liberalisme juga berbahaya bagi keutuhan NKRI.

Ditanya tentang ormas Islam Hizbut Tahir Indonesia (HTI) yang di bubarkan oleh pemerintah karena dianggap mengancam keutuhan NKRI, Said sapaan akrabnya menjawab, Karena negaranya hilang, maka dia punya ijtihad di negaranya. Tapi tidak untuk disini dan mengajak saya, anda, dan yang lain yang justru akan menghancurkan NKRI.

“Harusnya dinegerinya sendiri gitu loh”, kata Said

Said juga menegaskan setelah ditanya, apakah pembubaran ormas Islam akan bermasalah? gak ada masalah jika ormas tersebut dibubarkan. Gerakan politiknya haram.

“Hizbut itu artinya partai, Tahrir pembebasan Indonesia. Jelas tidak bisa”, ungkap Said.

Selanjutnya Alumnus Universitas Gajah Mada ini menghimbau dan mengajak bagi teman-teman HTI untuk memerangi liberalisme.

“Mari bersama-sama untuk melawan liberalisme, komunisme, dan berbuat Pancasila”,ajak Said.

Negara kita, negara Islam dalam arti nilai. Kita tidak memaksakan Islam secara format negara, tapi nilai. Disisi lain, karena hukum negara tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, harus menghormati, kita Pancasila seperti itu. Kenapa harus pakai negara baru lagi dan perang lagi.

Lantas Said mengutip bacaan yang ada di ayat suci Al-quran yang artinya, mencegah kerusakan utama di kemaslahatan.

“Kembali ke Pancasila, yang kedua praktekkan Pancasila di dalam bernegara secara benar dan di masyarakat secara benar”, jelasnya.

Hal itu yang menjadi konsep bangsa Indonesia untuk melawan radikalisme paham-paham lainnya yang akan merongrong NKRI.

Disisi lain, Komedian Cak Lontong berpendapat, ini menjadi momen yang baik. Ini kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Alumnus UNAIR ini juga berharap, agar semua dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik dan mudah-mudahan bisa menyelesaikan dengan baik pula. Skill dan ilmu, itu mungkin bukan  pintu kesempatan, karena bisa dicari kemana saja. Namun, kesempatan susah untuk dicari.

Saat ditanya terkait dengan paham radikalisme, pria yang mempunyai nama asli Lies Hartono ini menjawab yang senada dengan Said.

“Kita harus tangani bersama. Mengarah pada kita semua sebagai warga Indonesia. Kita harus sadar bahwa negara kita memiliki keragaman, maka kita Berbhineka Tunggal Ika. Itu suatu yang luar biasa.  Jadi kita harus menjaga dari apapun yang bisa merusak persatuan”, ujar Cak Lontong.

Cak Lontong juga mengajak agar kita saling menghormati dengan siapa pun dan dimana pun kita berada. (Kabari 1003/foto dan video)