Kalau anak kita mulai malas makan terutama makan malam, uang saku untuk jajan selalu bersisa, badan mulai lemas dan mudah marah, waspadai gejala eating disorder. Apalagi kalau kita pernah mendengar anak mengeluh soal berat badannya atau kerap memuji salah satu teman yang berbadan lebih langsing dari dirinya.

Peer group atau lingkungan bermain memang besar pengaruhnya terhadap anak kita, seperti mulai merubah pola makannya. Selain tayangan di televisi atau majalah yang menampilkan perempuan berbadan sempurna. Menurut Daniel Le Grange, direktur Eating Disorders Program dari University of Chicago Medical Center, 90% anak-anak mulai umur 8 tahun ke atas yang mengalami gangguan pola makan adalah perempuan. Mereka selalu ingin tampil cantik, populer dan tak mau jadi bahan ejekan teman-temannya. Eating disorder merupakan gejala dari lingkaran peer group yang menimbulkan faktor-faktor psikologis.

Kalau kita mendengar dokter mengatakan bahwa gejala di atas sebuah fase psikologis dan kita diminta mengawasi dan menunggu apa yang akan terjadi, menurut Daniel, jangan berlaku begitu. Segeralah bertindak cepat agar tidak berlarut-larut. Semakin cepat kita bertindak dan mencegah, semakin cepat proses pemulihan dari eating disorder. Seperti dialami Harriet Brown yang menuangkan pengalamannya memiliki anak perempuan umur 14 tahun yang mengalami eating disorder ke dalam sebuah buku, Brave Girl Eating : A Family’s Struggle with Anorexia.

Harriet menuangkan perasaan menyesalnya terlambat bertindak pada anaknya, saat itu dia percaya pada dokter yang menganjurkan untuk memantau beberapa lama karena bisa jadi itu hanya sebuah fase berkurangnya nafsu makan. “Saya tidak menyalahkan dokter atau tidak mempercayainya, tapi bertindak lebih cepat dan serius menanganinya itu lebih baik”, katanya. Terutama pada masalah yang pemulihannya termasuk tidak semudah dan secepat penyakit lain.

Perubahan pola makan mendadak dari sang anak, faktor utama yang perlu dicermati. Tak lagi membeli makanan favoritnya, makan dengan porsi kecil dan tak berhenti mengunyah lama dengan alasan tak lapar. Serta waspadai juga bila anak gemar melakukan olahraga lebih dari biasanya. Rajin push up, sit up di kamar, serta menghabiskan berjam-jam waktunya untuk berenang atau main basket bersama teman-temannya. “Satu lagi, jangan segera memuji jika melihat anak kita terlihat cepat langsing dari biasanya. Jangan juga sering mengatakan ‘ingin diet’ di depan anak, bisa memicu anak tak percaya diri pada tubuhnya,” lanjut Daniel.

Ada tiga tahap pemulihan untuk anak yang mengalami eating disorder. Tahap pertama adalah, komitmen orang tua untuk mengatur pola makan kembali ke normal dengan mengajak makan tiga kali sehari dan duduk bersama di meja makan. Tahap kedua, merupakan tahap dimana orang tua sudah tidak lagi mengalami kesulitan mengajak anak makan dan mereka makan tanpa memberontak hingga mencapai berat badan seimbang. Sedangkan tahap ketiga adalah, mengajak anak konseling untuk mengatasi masalah psikologisnya. “dan yang terpenting, orang tua mengerti tanda-tanda anak mulai mengalami eating disorder sehingga cepat tertangani,” kata Daniel. ( Riana)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36439

Untuk melihat Artikel Amerika / Parenting lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :