KabariNews – “Ketika aku tahu, bahwa diriku bukan manusia seutuhnya. Rasa sedih yang selalu muncul membayangi diriku. Deritaku, ku anggap sebagai ketidakadilan semata. Rasa benci akan timbul, kala ku lihat orang bisa berlari, dan bermain. Aku hanya bisa berlari dalam hatiku dan aku hanya bisa bermain dengan kata hatiku”.

Sebuah tulisan kehidupan seorang penyandang disabilitas yang bangkit dari keterpurukan saat melawan takdir. Ya, Sapto Yuli  Isminarti sadar keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya.  Keterbatasan  harus dilawan. Yuli pun memilih  kreatifitas dan karya sebagai jalannya. Sekarang dia adalah pengusaha yang bergerak sebagai produsen Jilbab dan kerudung di kota Malang, Jawa Timur.

Sejak tahun 2000 silam, Yuli sudah berkecimpung dalam usaha jilbab dan kerudung. Usaha  dijalankannya  tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak kendala dia harus alami, seperti permodalan dan  kondisi tubuhnya. Pemilik kaki kiri palsu ini pun kerap menerima perlakuan yang tidak menyenangkan hati.

Pernah sutau ketika, Yuli diajak kerjasama untuk memproduksi jilbab. Namun karena keterbatasan Yuli dan teman-temannya sebagai penyandang disabilitas, dia tidak bisa bekerja untuk memenuhi terget produksi. Disamping itu peralatan yang di pergunakan untuk bekerja sebatas untuk orang normal, bukan untuk yang berkebutuhan khusus.

Akhirnya usaha itu merugi. Dan yang paling menyedihkan, Yuli bersama teman-temannya disuruh memikul kerugian itu dan dianggap sebagai hutang oleh mitra kerjanya. Tidak hanya itu perlakuan yang didapat, mereka pun pernah diusir dari tempat tinggalnya yang juga menjadi tempat usahanya.

“Kami menangis sedih, namun saya percaya bahwa Allah akan memberikan jalan bagi orang-orang yang mau berusaha”.”tuturnya.  Dan  itu terbukti dengan hadirnya seseorang yang menewarkan modal kerja kepada Yuli. Namun sayang itu hanya manis diawalnya. Kembali Yuli harus menanggung beban, hingga rumah satu-satunya harta miliknya harus rela disita oleh sebuah Bank.

Dalam kesedihannya, Yuli teringat dengan mottonya yang di ambil dari namanya sendiri. YULI, Y = Yakin, U = Ulet, L = Lincah dan  I = Inovatif. Itulah modalnya untuk bangkit dan memperbaiki diri dengan berusaha belajar manajemen usaha dan belajar untuk iklas.

Usaha Yuli mulai bangkit kembali. Dengan ditemani beberapa karyawannya penyandang disabilitas yang selalu setia dalam suka dan duka, Yuli bisa mengontrak rumah sebagai tempat usaha. Yuli dalam menjalankan usahanya Yuli dibantu suaminya tercinta, Heru, juga harus menampung dan menghidupi puluhan teman-temannya sebagai penyandang disabilitas sehingga, usaha Yuli sulit untuk berkembang hingga tidak bisa memperpanjang kontrak rumah yang dikontraknya.

Namun dengan hasil bantuan dari seseorang yang tidak mau disebutkan namanya, kini Yuli dan teman-temannya menempati sebuah pabrik sekaligus sebagai tempat tinggal. Tidak hanya bantuan pabrik dan tempat tinggal, donatur juga memberikan mesin produksi yang modern dan tepat guna bagi penyandang disabilitas. Puluhan mesin jahit, mesin obras dan mesin potong serba canggih yang disesuaikan dengan kondisi mereka berjejer memenuhi ruang kerja mereka.“Inilah wujud dari hasil jerih payah yang kami, Allah tidak diam, asal kita mau berusaha” tuturnya.

Sementara ini permintaan pasar yang bisa terlayani masih daerah Malang dan sekitarnya dan kini Yuli menerima order besar dari pengusaha asal Jember, Jawa Timur dengan permintaan 3000 potong per hari. Inspiratif! (Yan-Jatim)