KabariNews – Kisah orang terkenal penuh inspiratif selalu menarik untuk diadaptasi ke layar lebar. Salah satu tokoh yang pernah menyita perhatian rakyat Indonesia bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Sineas Putrama Tuta tergerak menceritakan kembali sepenggal kisah hidup Ahok melalui proyek film terbarunya, A Man Called Ahok. Sebuah film drama yang diangkat dari buku A Man Called Ahok karya Rudi Valinka. Film ini dirancang untuk berbicara bahwa setiap orang bisa mencintai negara ini dengan caranya masing-masing untuk membuat perubahan nyata yang positif bagi orang banyak.

“Saya menggambarkan cerita ini ke layar lebar untuk mengingatkan kita semua untuk berkaca pada sejarah, serta menambah rasa untuk mencintai tanah air,” ujar Tuta.

Ahok adalah sosok kontroversial pemimpin dan pelayan masyarakat, pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur dan Gubernur DKI Jakarta. Cara bekerja dan gaya bicaranya dianggap tidak lazim untuk lawan-lawan politik, juga sebagian besar warga. 

Kebijakan yang dihasilkannya dapat membawa perubahan yang sangat berarti dan dapat dirasakan secara langsung oleh warga Belitung Timur dan DKI Jakarta. Buah pikirannya mendapat pengakuan dan penghargaan dari dalam dan luar negeri, diantaranya; Pejuang Anti Korupsi dari Gus Dur Award, Penghargaan Anti Gratifikasi, Bung Hatta Anti-Corruption Award, Time Magazine Best Governor Choice, Global reThinkers. Ahok merupakan salah satu ikon politik yang kontroversial yang dimiliki oleh bangsa ini.

“Saya melihat Basuki Tjahaja Purnama adalah sebagai sosok fenomenal yang dicintai banyak orang dan dibenci oleh lebih banyak lagi. Bagi mereka yang mengetahui hal ini, mereka hidup di dalam bagian sejarah yang tercatat oleh seseorang yang bernama Ahok,” ucap Tuta melanjutkan.

Film ini ‘meminjam’ cerita dari kehidupan Ahok kecil di Gantong, kepulauan Belitung Timur sekitar 1976 sampai beliau menjabat Bupati Belitung Timur 2005. Sosok Ahok muda diperankan Eric Febrian, putra daerah Belitong, sedangkan Ahok dewasa oleh Daniel Mananta.

Film ini juga diperkuat oleh barisan pemain lainnya, seperti; Chew Kin Wah, Sita Nursanti, Denny Sumargo, Donny Damara, Eriska Rein, Edward Akbar, Mike Lucock hingga Ferry Salim, dan didukung oleh Yayu Unru, Arswendy Nasution, Dewi Irawan, Ria Irawan, Jill Gladys, Samuel Wongso, Albert Halim, Aida Nurmala, Donny Alamsyah dan Verdi Solaiman.

“Ini adalah sebuah cerita bagaimana sebuah karakter dapat terbentuk, apa yang membuat seorang Ahok menjadi sosok yang kita kenal saat ini. Karena itu, saya memilih bagian terpenting dari kehidupan manusia. Keluarga,” ujar Tuta.

Tuta menegaskan, “Film ini tidak ada wacana apalagi konflik politik, saya murni bercerita tentang keluarga dan apa yang membuat Ahok menjadi sosok yang dikenal publik seperti saat ini. Didikan seorang ayah ketika membesarkan anak-anaknya memiliki pengaruh besar pada diri seseorang pada saat dewasa. Selalu ingin membantu masyarakat sekitarnya sehingga memberi dampak sosial positif menjadi bagian dari cinta manusia kepada tanah air mereka.” Jelasnya.

Film ini bercerita pada perjuangan seorang anak lelaki hingga menjadi pria dewasa yang tanpa henti selalu berusaha demi kebenaran yang dia yakini. Dedikasi seorang ayah terhadap keluarga dan masyarakat, serta pengorbanan dan penerimaan akan keputusan yang telah menjadi garis hidupnya untuk membela orang kecil dan melakukan perubahan untuk kebaikan yang selalu diajarkan kepada anak-anaknya, “ jelas Produser Reza Hidayat dan Emir Hakim.

“Rasa bangga, kecewa, bahagia dan marah melihat situasi yang terjadi di tanah kelahiran membuat itu menjadi sempurna bagi saya sebagai pembuat film, untuk bisa mengeluarkan suara dan menghapus perbedaan melalui gambar dan cerita yang dapat saya sajikan dengan tujuan membuat dampak sosial yang positif.” Tuturnya.

A Man Called Ahok diproduksi oleh The United Team of Art, rencannya akan diputar di bioskop pada akhir tahun 2018