Awal-awal berada di negeri asing, tentu akan mengalami culture shock. Perbedaan bahasa, berlainan kebiasaan hidup sampai masalah hukum dan tata tertib. American Academy of English (AAE) menyiapkan calon pelajar asing di Amerika sebelum masuk universitas.

Satu mata pelajaran yang paling digemari murid murid AAE adalah slank course, atau kursus bahasa “gaul” anak muda Amerika. Selama dua jam para murid bebas bertanya kepada guru tentang kata-kata yang didengar di jalanan atau di TV. Murid-murid juga bisa menonton sinetron lucu “Friends” atau “Seinfield” dan mencoba mengenal slank yang digunakan dalam episodeepisode itu.

AAE memang termasuk sekolah baru di San Francisco. Peminatnya bertambah setiap tahun. Alasan yang sering terdengar, karena murahnya uang sekolah di sini, dan mutu guru-guru AAE yang tinggi. Murid AAE banyak berasal dari Asia, seperti Indonesia, Thailand, Hongkong, Jepang, dan Korea. Tapi, ada juga murid dari Brasil, Rusia, Meksiko, Panama, bahkan Prancis.

Memang disarankan, sebelum pelajar asing masuk universitas di Amerika, sebaiknya sekolah Bahasa Inggris dulu. Beginilah cara yang bagus untuk mengenal kebudayaan Amerika.. Yang pasti, semua pelajar baru akan mengalami “culture shock” karena perbedaan bahasa, budaya dan cara hidup. Meski demikian, jangan ditakuti, karena semua ini adalah pengalaman yang menarik dan berguna. Ibarat membangun rumah, fondasinya harus kuat. Kira-kira begitulah prinsip belajar di negeri rantau.

AAE sangat membantu murid-muridnya untuk berkenalan dengan sistem hidup Amerika. Terutama San Francisco. Bukan hanya buku grammar yang dibuka setiap hari di sekolah ini, juga artikel artikel koran yang bersangkutan dengan kondisi sosial di sekitar murid-murid asing berada.

Menurut guru-guru di AAE, sebuah pribadi akan tetap merasa asing di lingkungannya – jika tidak ikut serta dalam aktivitas masyarakat lokal, meski ia sudah puluhan tahun di lingkungan barunya.

Di Indonesia kita punya pepatah “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Nah, belajar bahasa memang vital untuk mengenal suatu kultur dan budaya. Walaupun pendatang sudah belajar Inggris mati-matian di Indonesia, tidak ada salahnya sekolah bahasa Inggris selama tiga bulanan di Amerika. Dengan begitu, calon siswa bisa beradaptasi sebelum “full on” terjun di dunia akademis yang lebih serius dan membutuhkan konsentrasi penuh.

Kelas yang tertinggi di AAE adalah Advance English. Guru favorit murid-murid di tingkat ini bernama Bali Nelson. Nama guru yang memang diinspirasikan dari Pulau Bali, karena orangtuanya sering berlibur ke sana. Guru yang satu ini selalu bisa membuat kelasnya menarik dan tidak membosankan. Setiap minggu “Mbak” Bali Nelson memilih suatu tema misalnya “perkawinan campur ras”. Maka ia akan memilih satu film yang bisa ditonton.

Kemudian dari film itu, Bali, panggilannya, lajar membahas tema yang dipilih. Murid-murid harus berbahasa Inggris di kelas, dan saling menjelaskan apa tanggapan mereka tentang perkawinan anta ras. Lalu Bali membawa artikel dari koran-koran tentang tema tersebut, dan membahasnya dari sisi kehidupan Amerika. Bisa dikatakan, perkawinan campur ras adalah hal yang biasa di negara ini. Misalnya seseorang berdarah Asia menikah dengan orang keturunan Eropa. Atau perempuan kulit putih menikah dengan pria berkulit hitam. Bali mengadakan tanya jawab mengenai tema atau topik yang dipilih. Murid-murid bisa belajar banyak dari kelas ini, dan memakai ilmu tersebut di kehidupan sehari-hari di Amerika.

Topik lain yang dipilih misalnya sistem pendidikan di Amerika, baik-buruknya kebebasan memiliki senjata api di negara ini, atau cara membayar pajak di Amerika. Kesadaran hukum Amerika juga diajarkan di kelas-kelas AAE.

Sekolah ini terletak di jantung kota San Francisco. Dekat sekali dengan City Hall, tempat Walikota Gavin Newsom berkantor. Di sekitarnya ada Asian Art Museum yang menyimpan banyak lukisan dan hasil seni Asia. Perpustakaan pusat San Francisco terletak sekitar lima menit dari sekolah ini. Memang tempatnya sangat strategis.

Di dalam sekolah tersedia internet dan computer yang bisa digunakan oleh murid-murid. AAE sering mengadakan tur ke museum-museum di San Francisco, juga piknik ke Taman Golden Gate, taman terbesar di kota ini. Kadang-kadang murid dibawa nonton baseball bersama. Karena sekolahnya yang berukuran sedang, ada rasa komunitas di sini. Murid dan guru saling kenal, dan pelajar asing bisa cepat mendapat teman. (Siska Silitonga)

Cara masuk AAE adalah:
– Seorang pelajar harus mengirim aplikasi belajar yang bisa didapat di situs AAE
– Pelajar harus bisa membuktikan adanya dana yang tersedia untuk sekolah di Amerika. Misalnya dengan fotokopi buku bank orangtua.
– AAE bisa membantu pelajar mencari tempat tinggal dan mencarikan asuransi kesehatan. Jika sakit, alangkah baiknya memiliki asuransi. Tidak enak sakit di negara asing.
– Uang pendaftaran berupa cek atau Money Gram dan Western Union. Semua surat dikirim ke AAE. Mereka segera akan mengirim surat penerimaan, juga form I-20 (surat khusus untuk aplikasi visa pelajar). Dengan ini si pelajar sudah bisa menaruh appointment di Embassy Amerika untuk membuat visa. Begitu visa didapatkan, calon pelajar segera melaporkannya ke AAE. Setelah tiba di San Francisco, diharuskan datang ke sekolah 1 bulan setelah sampai. AAE tidak meminta uang sekolah sebelum murid tersebut sampai di Amerika. Banyak sekolah Bahasa Inggris lain yang tidak mengirimkan form I-20 dan surat penerimaan jika pelajar asing belum membayar penuh uang sekolahnya. Tanpa surat-surat tersebut pelajar tidak bisa mengurus visa mereka di Embassy. AAE juga memiliki kursus TOEFL dan kelas-kelas persiapan universitas. Banyak pelajar AAE yang tidak harus ikut ujian TOEFL untuk masuk universitas di Amerika. Semua umur diterima di sekolah ini, dan bisa bergabung kapan saja.

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik Disini www.KabariNews.com/?2606