KabariNews – Kita kerap mendengar, kopi Indonesia adalah kopi terenak dibanding dengan kopi negara-negara lain. Benarkah klaim ini?

Secara kuantitas, Indonesia memang sempat menjadi negara penghasil kopi terbesar di dunia pada abad 17. Tapi kini Indonesia ada di peringkat empat di bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), ekspor kopi Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 577 ribu ton. Nilainya US$ 1,4 miliar atau setara Rp 18 triliun. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat dari tahun ke tahun.

Bagaimana secara kualitas?

Menurut Adi W. Taroepratjeka Direktur PT Belajar Kopi Bersama, kualitas kopi ditentukan oleh banyak hal. Kopi, sebagai hasil alam, akan bergeser kualitas dan rasanya, berkaitan dengan proses yang berlangsung dari hulu ke hilir. “Orang kerap terjebak mengatakan enak, tanpa membandingkannya lebih dulu,” ujarnya dalam acara ‘Bincang-bincang Industri Kopi’ di 5758 Coffee Lab, di Jl. Rusa Pinus Raya E1-D, Pondok Hijau Indah, Gegerkalong, Bandung, Selasa 27 September 2016.

Soal enak tidaknya sebuah kopi, akan sangat bergantung pada sejarah lidah seseorang yang mencecap. Setiap orang bisa memiliki selera yang berbeda. “Maka, rasa kopi perlu dibandingkan,” ujar orang pertama di Asia Tenggara yang menyabet sertifikat instruktur Q Grader dari Coffee Quality Institute,

Dalam acara itu, Adi mengajak peserta untuk membandingkan kopi dengan cara blind tasting. Blind tasting adalah membandingkan kopi tanpa label nama. Apakah itu kopi dari Indonesia atau dari luar Indonesia. Dengan blind tasting, orang menilai kopi memang dari rasa aslinya. Bukan dari nama dan daerah asal.

Nah, kualitas kopi ini tak diperoleh dengan proses yang singkat. Ada perjalanan hulu hilir yang panjang yang mempengaruhi kualitas kopi. Sejak dari menanam biji kopi hingga menyajikannya ke dalam cangkir. Menurut Adi, untuk menghasilkan kopi yang berkualitas, diperlukan kerjasama para pihak mulai dari petani, pedagang, roaster, grader, barista, hingga para pemilik kedai kopi.

Langkah inilah dilakukan PT Belajar Kopi Bersama dengan mendirikan 5758 Coffee Lab. Sebagai laboratorium, 5758 Coffee Lab ditujukan meningkatkan kualitas para pelaku usaha bidang kopi di Indonesia. Salah satunya lewat pendidikan kopi bukan hanya bagi barista. Tapi juga buat penikmat kopi, petani, roaster, barista hingga grader. Dengan pendidikan ini diharapkan kualitas kopi di Indonesia makin mantap. Petani menanam dengan baik dan penikmat dapat menghargai dengan harga yang pantas.

Kelas ini memiliki tingkatan dan durasi yang bervariasi. Adi sendiri memegang kendali instruktur Q Grader di 5758 Coffee Lab. Pada akhir Juni 2016, 5758 Coffee Lab juga telah lolos inspeksi kesiapan dan pada 8 September lalu secara resmi telah mendapatkan sertifikasi sebagai Specialty Coffee Association of America (SCAA) Campus di Indonesia. Ini juga menempatkan 5758 Coffee Lab sebagai kampus pendidikan kopi terdepan di Indonesia.

Jika Anda sudah membandingkan rasa kopi, Anda akan yakin kopi pilihan Anda memang paling enak.