American Idol adalah programa televisi Amerika populer yang mengorbitkan anak-anak muda berbakat menjadi idola tarik suara Amerika. Tak ada kaitan langsung dengan musik gerejawi.

Tidak urung, fenomena pop American Idol itulah yang diangkat oleh Bpk Agustinus Tiwa, pendeta sebuah gereja Kristen berbahasa Indonesia dekat gedung Capitol di ibukota California, Sacramento. “Raja Daud itu bermazmur dan main kecapi juga, “ ujar pak pendeta yang menggelar pesta paduan suara gerejawi (Pesparawi) dalam rangka ulang tahun gerejanya yang ke lima.

Ingatan American Idol itu tiba-tiba muncul begitu melihat tiga juri yang duduk manis siap menilai kebolehan penampilan peserta. Satu berkulit putih berambut blonde. Satu lagi orang hitam. Satu lagi berkulit gelap berambut keperakan.

Tetapi begitu masing-masing paduan suara keluar menarik suaranya, kesan American Idol pelan-pelan berlalu. Dari lagu satu ke lagu lainnya, ada kesan kuat tiap anggota koor tampak sepenuh hati menarik suara memuji idola sorgawi (Heavenly Idol) mereka.

“Unik sekali. Ada musik angklung dan tarian lilin ala Minang, “kata Sharon Erman, seorang juri, instruktur vokal sambil mengumumkan pemenang. Di sebelahnya Cheryl Anthony seorang direktur musik gereja lokal dan Linda Pattyselano, murid AL Pohan penggubah kidung gerejawi kenamaan dari Indonesia.

Juara pertamanya, paduan suara berseragam batik dari gereja di San Jose, dengan dirijen menggendong anak.

Ada lima gereja ikut serta dalam Pesparawi ini yang semuanya menjadi pemenang dan mendapat hadiah. Mereka berasal dari gereja seputar Bay Area sampai satu rombongan gereja dari Los Angeles. Yang penting, suasana kekeluargaan dan kebersamaan ala Indonesia. Seperti kata Bpk Yudhistira Sungadi, Konjen RI di SF yang hadir malam itu, “Acara seperti ini secara tidak langsung membantu menyehatkan kehidupan spiritual masyarakat Indonesia di Amerika”

Tekad panitia pimpinan Ibu Contance Turangan agar setiap umat nasrani bernyanyi memuji Penciptanya, tercapai sudah! (momon-sac)