Gamal AlbinsaidDengan konsep klinik asuransi sampah, Gamal Albinsaid (24) meraih penghargaan “The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur” dari Pangeran Charles di Inggris, menyisihkan 511 wirausaha peserta dari 90 negara. Penghargaan itu diumumkan Pangeran Charles pada awal tahun ini dalam upacara di Istana Buckingham bersama CEO Unilever, Paul Polman, dan Vice Canchellor dari Universitas Cambridge, Professor Sir Leszek Borysiewicz di hadapan pemimpin organisasi dan perusahaan internasional lainnya.

Penghargaan berupa The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur diterima Gamal Albinsaid setelah melalui seleksi ketat dari tujuh finalis Unilever Sustainable Living Award di seluruh dunia yaitu Anu Sridharan dari India, Blessing Mene dari Nigeria, Surya Karki dari Nepal, Isabel Medem dari Peru, Curt Bowen dari Guatemala, dan Manuel Wichers dari Meksiko. Program penghargaan internasional ini dibuat untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia untuk menyelesaikan isu lingkungan, sosial, dan kesehatan. Untuk mengetahui  konsep klinik asuransi sampahnya, berikut petikan wawancara Harry Prasetyo dari kabarinews.com dengan Gamal Albinsaid.

KABARI : Bisa diceritakan mengenai program sampahnya seperti apa? Bagaimana konsepnya dan bagaimana awal  tercetus ide tersebut? 

Kisah Khaerunissa

Ada sebuah kisah nyata 8 tahun yang lalu yang menampar negeri ini. Kisah seorang anak bernama Khaerunissa, putri seorang pemulung yang bernama Supriyono. Khaerunissa sakit diare, namun penghasilan Supriyono yang hanya Rp 10.000,00 dan tidak memungkinkan membawanya berobat. Setiap hari Khaerunissa mengikuti ayahnya memulung, hingga akhirnya 5 Juni 2005 meninggal dunia diantara kardus dan plastik bekas di gerobak sampah ayahnya. Ini adalah kisah yang senantiasa memotivasi kami untuk mengembangkan dan mematangkan konsep asuransi sampah ini. Banyak halangan-halangan seseorang datang ke akses kesehatan, namun yang paling dominan adalah aspek finansial. Dengan program ini, kami ingin menghancurkan barier atau penghalang yang menghalangi orang menggunakan akses kesehatan.

KABARI : Kenapa harus sampah? Dan terkait dengan masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia?

Pada saat itu jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki asuransi kesehatan hanya 15 persen, artinya 85 persen masyarakat Indonesia harus membayar ketika berobat. Di sisi lain, pendapatan masyarakat Indonesia yang merupakan (low-middle income country) termasuk rendah, dimana hampir 50 persen masyarakat Indonesia berpenghasilan kurang dari 2 US$ setiap harinya, lebih dari itu 18 persen masyarakat Indonesia berpenghasilan kurang dari 1 US$ setiap hari.

Dari penghasilan tersebut, pertanyaan selanjutanya adalah berapa dari seluruh penghasilan mereka yang dialokasikan untuk kesehatan, ternyata hanya 2,1 persen dari penghasilan. Sehingga kita bisa memprediksi dana kesehatan pada tingkat rumah tangga.

Penelitian yang di release Cambridge Research Institute menyebutkan salah satu masalah kesehatan yang utama adalah pembiayaan kesehatan. Penelitian itu relevan dengan data di Indonesia yang menyebutkan sejak tahun 2002 hingga 2009, biaya kesehatan kita meningkat 3 kali lipat. Data-data tersebut sudah merepresentasikan kualitas pembiayaan kesehatan di Indonesia.

Kemudian saya dan kawan-kawan berfikir, bagaimana kami bisa membuat sebuah sistem keuangan pada tingkat rumah tangga yang memungkinkan setiap orang mendapatkan akses pelayanan kesehatan dengan sumber daya rumah tangga. Sampah adalah solusi terbaik, karena hampir setiap hari, setiap rumah, setiap orang memproduksi sampah yang tidak digunakan.Produksi sampah di Indonesia setiap hari sekitar lebih dari 200.000 ton dari 384 kota yang tentunya memiliki nilai ekonomi. Sebagai contoh, manajemen sampah yang baik di Amerika Serikat memberikan potensi income negara mencapai 115 juta dolar Amerika atau sekitar 1,36 triliun rupiah. Kami berusaha membuktikan bahwa masyarakat menengah ke bawah juga memiliki sumber daya untuk pembiayaan kesehatan mereka dan kita dapat menggunakan sumber daya non kesehatan untuk pengembangan kesehatan.

KABARI : Bagaimana sistem kerjanya dan  aplikasinya seperti apa?

Konsep asuransi sampah ini mampu menolong masyarakat dengan sampah yang mereka miliki melalui skema asuransi sampah. Yang kami lakukan adalah memobilisasi sumber daya masyarakat yang terbuang menjadi dana kesehatan untuk meningkatkan kesehatan mereka. Karena hakita tertinggi program kesehatan adalah bagaimana kita mengambil sumber daya masyarakat dan menggunakannnya untuk upaya kesehatan holistik. Dengan sistem ini kami berusaha memobilisasikan sumber daya masyarakat yang terbuang menjadi dana kesehatan. Masalah sampah adalah masalah sosial, bukan masalah teknologi atau inovasi, sehingga harus diselesaikan dengan rekayasa sosial.

Kami mencoba mengubah sesuatu yang dianggap tidak berguna, yaitu sampah, menjadi sesuatu yang sangat berharga, yaitu kesehatan. Bayangkan, jika Anda memiliki orang tua atau anak yang sakit, namun tidak bisa berobat karena Anda tidak memiliki biaya, pasti rasa bersalahnya besar sekali. Lalu organisasi kami datang dan menawarkan mereka bisa berobat cukup menyerahkan sampahnya kepada kami. Masyarakat berfikir sederhana, kalau saya serahkan sampah saya, saya bisa berobat gratis. Dengan rekayasa sosial ini kami ‘memaksa’ masyarakat sangat menghargai sampah.Kami meminta masyarakat menyerahkan sampah seharga 10.000 rupiah sebagai premi bulanan dan kami memberikan coverage pengobatan sebanyak 2 kali di klinik-klinik kami. Disamping itu kami juga membuktikan bahwa masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, memiliki sesuatu untuk membiayai kesehatan mereka. Dengan konsep ini kami mencoba meningkatkan alokasi dana kesehatan pada tingkat rumah tangga.

KABARI : Terkait dengan klinik yang Anda dirikan kabarnya sudah mencapai ratusan anggota, lantas bagaimana dengan sistem keanggotaannya? Jika dilihat dari profitable-nya apakah klinik-klinik itu menguntungkan?

Asumsikan saya memiliki 1000 member dan tiap member diminta membayar premi dengan sampah seharga Rp 10.000,00. Maka setiap bulan saya akan mendapatkan income Rp 10.000.000. Dalam asuransi kesehatan, tidak mungkin semua anggota asuransi akan sakit setiap bulan. Secara teoritis akan ada 15 persen yang sakit, namun pengalaman kami menunjukkan 10 persen anggota asuransi akan sakit. Asumsikan 15 persen dari member akan sakit, yaitu 150 orang dengan biaya pengobatan pada layanan primer 20.000 sampai dengan 30.000, maka biaya kesehatan yang harus kami keluarkan adalah sekitar Rp 4.500.000,00. Maka kami masih memiliki dana sisa Rp 5.500.000 untuk meningkatkan kesehatan mereka dan mengembangkan program.

Lebih dari itu, pada Klinik Asuransi Sampah, kami menerapkan konsep holistic health care service, yaitu menerapkan pelayanan kesehatan holistik. Dimana kami bukan hanya mengobati yang sakit, namun juga membuat yang sehat lebih sehat, mencegah yang sehat supaya tidak sakit, mengobati yang sakit, dan merehabilitasi yang sembuh dari sakit. Sehingga, walaupun mereka tidak sakit, mereka tidak akan merasa rugi. Namun, dilapangan tentunya program ini memiliki banyak dinamika, mulai premi macet, sustainabilitas, dan stabilitas program. Local wisdom sangat menentukan sustainabilitas dari program ini.

KABARI : Jika membaca banyak tulisan mengenai kiprah Anda,  apa yang Anda perbuat ini sangat terkait dengan unsur kemanusiaan dalam artian membantu hidup seseorang. Lantas apa yang menjadi  moto hidup dari Anda?

Saya sering nasehati diri dan staf saya untuk ikhlas. Saya senantiasa mengingatkan, “biarkan semua yang kita lakukan tercukupkan dalam 2 kata untuk Tuhan”. Ikhlas tidak ikhlas kita tetap lelah, ikhlas tidak ikhlas kita tetap mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga. Artinya, orang ikhlas dengan tidak yang dikorbankan sama, tapi yang didapatkan berbeda. Lalu mengapa kita tidak memilih untuk ikhlas saja? Satu hal yang saya terapkan dalam menggunakan waktu adalah, waktu itu harus memenuhi 3 hal, meaning, pleasure, dan strength.

Pleasure itu adalah bekerja di tempat yang kita sukai, sebagai contoh pemain sepak bola, dia seperti liburan 360 hari dalam waktu setahun, karena sewaktu dia bekerja dia menjalankan hobinya. Cirinya pleasure itu 2, Anda rela melakukannya walaupun tidak dibayar, bahkan dititik tertentu Anda rela melakukannya walaupun harus membayar. Bayangkan jika Anda bekerja di tempat yang sebenarnya ketika Anda tidak dibayar pun Anda mau, tapi Anda di bayar.

Strength adalah bekerja di tempat yang kita ahli, sehingga pencapaian kita juga akan maksimal. Karena jika tidak bekerja di tempat yang kita strength, kita akan bekerja di tempat yang tidak membesarkan kita.

Ketiga adalah meaning. Berapa banyak diantara kita mengejar sesuatu yang disesali para penghuni kubur. Saya senantiasa mencoba menginternalisasi pesan Emha Ainun Najib, ‘jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati’. Sehingga, saya coba senantiasa belajar untuk mampu meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akherat dan menanamkan rasa bersalah dalam diri, jika tidak menggunakan waktu untuk yang bermanfaat di akherat. Ketika ketulusan (pleasure) bertemu dengan ketangguhan(strength) dan kita bungkus dengan ketulusan(meaning), maka lihatlah bagaimana Tuhan membersarkan kita. Pada titik itu, bekerja sama dengan liburan.

GAMALKABARI : Apa yang diharapkan di masa depan terhadap konsep yang Anda berikan untuk masyarakat ?

Saat ini kami sedang berfokus untuk melakukan replikasi secara masif, sehingga lebih banyak orang yang bisa merasakan manisnya program ini. Bagi pihak-pihak yang tertarik untuk membantu kami mengekspansi konsep ini dan menolong lebih banyak orang bisa menghubungi kami. Dalam menjalankan program ini kami selalu berpondasi pada pendekatan ilmiah atau scientific approach, yaitu meneliti program kami untuk menjadikan program kami sebagai rujukan dan role model dari asuransi mikro. Dengan demikian, kami memiliki data sebagai dasar pengembangan program, meliputi sistem pelayanan, sistem pembiayaan, dan quality control. Hal ini memudahkan kami dalam mengevaluasi, memodifikasi, dan mereplikasi program GCI. Lebih dari itu, pendekatan ilmiah memberikan kami kemudahaan membuktikan kredibilitas dan membangun kepercayaan kepada berbagai stakeholder kami./Kami sudah membentuk tim repliaktor dan membuat manual book yang menerangkan detail program dari hulu ke hilir. Sehingga memudahkan pihak-pihak yang ingin mereplikasi program ini. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?66698

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan