”Aah, gara-gara daylight savings, gue jadi kurang tidur satu jam, nih, ” kata Grace di Amrik. Dengan adanya periode Daylight Savings, perbedaan waktu antara Amerika dengan Indonesia yang semula 15 jam berubah 14 jam.

Keluhan ini tentu terdengar asing di tanah air. Karena Indonesia terletak dekat garis kathulistiwa, lamanya matahari bersinar (daylight hours) hampir sama setiap musim. Praktis, tidak ada pengaruhnya terhadap jam, maju atau mundur.

Apa sih Daylight Saving itu ?
Lain di Indonesia, lain di Amrik. Pada Minggu kedua Maret lalu (9 Maret, jam 2 dinihari), waktu Daylight Saving mulai lagi di Amrik. Kali ini tahun kedua waktu Daylight Saving,molor empat minggu berhubung dengan Perundangan Kebijakan Energi ditahun 2005. Waktunya mulai Minggu kedua Maret sampai Minggu pertama November. Aturan tadi diharapkan bisa menghemat 10,000 barel minyak setiap harinya dengan pengurangan penggunaan energi selama hari kerja.

Untuk keperluan Daylight Savingini, di awal musim semi orang-orang Amrik memutar maju satu jam arlojinya. Kemudian, di awal musim gugur memutar mundur satu jam arlojinya. Membuat bingung, bukan ? Banyak orang Indonesia di Amerikapun bingung. Sebagai patokannya, selalu ingat rumusnya “Spring Forward,Fall back”. Maksudnya, maju sejam di musim semi, mundur sejam di musim gugur, kembali ke waktu standar.

Satu lagi yang mesti diingat, penamaan empat zona waktu di Amrik juga sedikit berubah – selama Daylight Saving yang berlangsung sekitar enam setengah bulan ini. Eastern Standard Time (EST) menjadi Eastern Daylight Time; Central Standard Time (CST) menjadi Central Daylight Time (CDT); Mountain Standard Time (MST) menjadi Mountain Daylight Time (MDT); dan Pacific Standard Time menjadi Pacific Daylight Time (PDT). Pendeknya kata “standard” diganti “daylight”.

Selama Perang Dunia I dan II, negara bagian menentukan sendiri mengikuti Daylight Saving atau tidak. Baru pada tahun 1966, Kongres sepakat mengundangkan Peraturan Waktu Seragam yang membuat standard soal Daylight Savingdi Amrik. Arizona (kecuali daerah reservasi suku Indian), Hawaii,Puerto Rico, Kepulauan U.S. Virgin, dan American Samoa memilih tidak mengikuti Daylight Saving Time. Pilihan tersebut masuk akal, karena letak sejumlah tempat tersebut dekat ekuator.

Akibat Daylight Saving yang molor empat minggu itu, banyak alat-alat elektronik di Amrik yang waktunya menjadi kacau. Jadi, kalau waktu di komputer, VCR atau Blackberry, misalnya masih terlambat sejam, harus buru-buru menyesuaikan dengan waktu Daylight Saving.

Satu lagi yang tidak kalah penting, selama periode Daylight Saving, perbedaan waktu antara Indonesia dan Amerika bukan 15 jam, tapi 14 jam saja ! (magenta)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik Disini www.KabariNews.com/?31212