KabariNews – Tragedi Yunani, sutradara Jepang, serta aktor-aktor dari Indonesia, Jepang dan Cina yang berdialog dalam bahasa ibu mereka masing-masing. Itulah yang akan penonton jumpai dalam pementasan Dionysus yang diproduksi bersama oleh SCOT (Suzuki Company of Toga) dari Jepang dan Purnati dari Indonesia. Produksi yang disutradarai oleh maestro teater Tadashi Suzuki ini akan dipentaskan pertama kali (world premiere) di musim panas tahun ini, di Festival SCOT Summer Season 2018 (28 August – 02 September 2018) di Toga Art Park of Toyama Prefecture Jepang. Debut ini akan diikuti dengan pertunjukan di Indonesia di Teater Terbuka Candi Prambanan pada 29-30 September 2018.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Para aktor Indonesia akan menggunakan bahasa daerah asal mereka, dalam pertunjukan Dionysus, bahasa daerah yang dipakai adalah Batak, Rejang, Madura, Manado, Sunda, dan Jawa dengan tiga dialek — Jogjakarta, Surakarta, dan Banyumas. Penggunaan sejumlah bahasa daerah ini selain penegasan bahwa mereka adalah khazanah yang memperkaya kebudayaan dan bahasa nasional, juga upaya perkenalan mengenai keindahan mereka kepadaaudiens baru, baik di Indonesia sendiri maupun luar negeri.

Gagasan kolaborasi untuk Dionysus muncul ketika pada 2015 Tadashi Suzuki dan Asia Center Japan Foundation meminta Restu Kusumaningrum dari Purnati untuk mengatur sejumlah pertunjukan tradisional Indonesia yang akan ditonton oleh mereka. Saat itu, ada dua kelompok yang dilihat.

Dua kelompok ini selanjutnya diundang berpartisipasi dalam festival musim panas pada September 2015 di Toga dan mendapat sambutan yang sangat baik. Restu dan Suzuki kemudian bersepakat menjadikan hubungan mereka selangkah lebih maju. Suzuki setuju menyutradarai aktor-aktor Indonesia berbasis karya pertunjukannya. Menurut Restu, metode keaktoran Suzuki akan meningkatkan kecakapan para pelakon Indonesia yang terlibat.

Dionysus diadaptasi oleh Tadashi Suzuki dari tragedi Yunani kuno The Bacchae yang ditulis oleh dramawan Athena Euripides. Dionysus, Sang Dewa Anggur, bermaksud menghukum Raja Thebes Pentheus yang pernah menghinanya. Yang ia lakukan untuk itu adalah memikat hati para wanita di Thebes satu per satu, termasuk ibu Pentheus, Agave, dan menggiring mereka ke Gunung Cithaeron. Pentheus yang ikut terpesona diarahkan ke perjamuan pesta pora penuh kegilaan para wanita di Gunung Cithaeron. 

Tubuh Pentheus kemudian dicabik-cabik oleh para wanita tersebut. Dalam keadaan mabuk, Agave membawa kepala Pentheus dan meninggalkan pesta. Saat terbangun, Agave mengetahui bahwa anaknya sudah meninggal. Pada saat itulah Agave sadar bahwa dia telah dimanfaatkan. Proses audisi untuk aktor Indonesia yang datang dari berbagai kelompok teater di Tanah Air digelar pada awal Juni 2016 di Jakarta.

Dari 48 aktor yang ikut, 16 orang terpilih mengikuti latihan “Suzuki Method of Actor Training Program” di Toga Jepang selama 2 minggu dari 31 Agustus s/d 14 September 2016. Setelah audisi kedua di Bali Purnati pada Desember 2016, jumlah aktor yang terseleksi menjadi 13 saja. Selanjutnya, mereka mengikuti latihan gerak dan pembacaan intensif naskah Dionysus dalam bahasa ibu mereka masing – masing di Studio Jampang, Bogor. Casting dan rehearsal perdana dilakukan di Toga, Jepang, pada 19 April-7 Mei 2017.

Masih pada tahun yang sama, para aktor terpilih kembali melakukan latihan di Bali Purnati pada 6-22 Oktober 2017. Untuk menyempurnakan pengadeganan yang belum tuntas saat di Toga, Suzuki mengutus Takemori sebagai astrada-pelatih dan Kiyama sebagai asisten pelatih. Keduanya adalah aktor Suzuki Company of Toga (SCOT) yang pernah terlibat pula dalam pertunjukan Dionysus versi Jepang.

Bulan Oktober tahun lalu juga, Suzuki datang ke Prambanan untuk melihat langsung perkembangan latihan para aktor dan Teater Terbuka Prambanan.

Saat itu, rehearsal sudah menyelesaikan keseluruhan adegan. Tahap berikutnya adalah proses penyesuaian dengan komposisi musik, kostum, dan tongkat pedang untuk pendeta.

Pada 4-23 Maret 2018, dalam kondisi Toga masih bersalju, 14 aktor termasuk aktor cadangan hasil seleksi ketiga, kembali melakukan rehearsal selama tiga minggu. Selain mengulang latihan di Prambanan, para aktor juga melakukan destilisasi dan presisi dengan kostum sentuhan Indonesia dan komposisi musik baru.

Komposer Jepang, Midori Takada, yang dalam produksi ini bertindak selaku penata musik, menghadirkan gubahan baru dengan mengolah unsur musik tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain gendang rapai Aceh, gamelan Bali, serunai Minang, rebab, Sunda, dan kenong Jawa. Adapun untuk kostum, beberapa rancangan baru Auguste Soesastro yang menggunakan berbagai kain unik Indonesia bakal melengkapi kostum yang sudah dirancang Tadashi Suzuki.

Produksi Dionysus yang melibatkan seniman-seniman dari berbagai negara ini pada akhirnya menjadi perjalanan bersama yang mana setiap orang belajar, berbagi, dan bergaul dengan gembira dan saling menghormati.

Dengan hadirnya jejaring kreatif semacam ini, yang diharapkan akan terus berkembang di kemudian hari, makin besar peluang seniman Tanah Air berkiprah di panggung dunia.