Akhirnya pagi menyongsong untuk mengakhiri penderitaanku, menjadi layaknya mayat hidup, melek dalam rindu sepanjang malam. Gelisah sekali rasanya, ingin diajak kemana..akan seromantis apa, beserta segudang bayangan indah bersama Hendra. Apakah perasaannya terhadapku memang sedalam semua Puisi Cintanya, atau cuma manis di bibir lain di hati. Semuanya membahana, mengusik diriku untuk kembali melirik HP dan terlena dalam manisnya kata-kata sebagai sarapan batinku yang lapar baik karena cinta, ataupun semangkuk Indomie hangat..

“Dalam diamnya indah
Kala ucapnya menawan
Membuat semalam menjadi lamunan
Aku ingin menemani dalam sadarmu
Kita tidak sendirian
Walau jarak merentang
Nurani saling menggenggam
Tuk jelang kembali malam
Indah dalam syahdunya”

“Wah2..pagi-pagi begini udah kumat sang penyair cinta. Boro-boro terukir indah. Perutku lapar..masih gemes inget Fara gandeng kamu. Tapiii, aku sukaaa..terima kasih Hendra, untuk pagi yang mempesona, sampe jumpa nanti malam sayang” Ucapku membatin ga jelas, sambil membuat adegan yang nggak ada keren2nya, mengecup layar HPku!

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi Hendra belum juga datang. Aku sudah berdandan secantik mungkin, ga asik banget kalo sampe keringetan. Hingga sebuah SMS konyol menyelinap..
“Maaf, aku terlambat. Karena harus mengantar Fara. Aku akan tiba sebelum jam Sembilan malam”
“Great..bagus, ga usah dateng aja sekalian! Eerghhh..” Ucapku dalam hati, sambil terus mengipas saking panasnya..baik udara, maupun perasaanku. Kencan pertama, udah kencan ganda si Penyair Cinta ini, gimana kencan yang ke dua puluh, jangan-jangan bisa berlima sekaligus kali ya.

Tapi untungnya, pukul Sembilan lewat lima belas menit Hendra pun tiba. Aku hanya dapat ijin keluar malam hingga jam dua belas malam. Tinggal dua jam lebih waktu yang bisa kita habiskan bersama, plus perutku yang keroncongan karena belum makan hingga larut malam.

Hanya saja semua itu segera sirna, saat Hendra turun dari mobil jeep hitamnya. Saat aku liat wajahnya, senyum tak berdosa dan tatapan lembut matanya. Yang ada hanya balasan senyum termanis yang kupunya.
“Hi Sofie, maaf ya aku terlambat”
“Iya, ga apa-apa koq”
“Kamu cantik sekali” Puji Hendra, tidak menyia-nyiakan seluruh perjuanganku untuk tampil semaksimal mungkin malam itu.
“Mau kemana kita?”
“Tidak jauh dari sini, ke tempat yang mungkin akan mengingatkan kamu akan kenangan indah” Jawab Hendra.
“Waduh, beneran playboy nih. Baru pembukaannya aja udah bikin deg-deg ser. Ya udah ikutin aja deh permainannya.” Gumamku dalam hati.

Kemudian kita mengawali obrolan dengan topik yang tidak terlalu ideal untuk sebuah kencan pertama. Karena makin aku terpesona, makin terusik rasa cemburu didadaku.
“Kamu lagi repot ya, sampe terlambat”

“Iya, Fara harus kembali ke Amerika, tapi mobilnya rusak. Jadi dia minta tolong aku anter ke airport” Jawab Hendra yang memacu girangku, karena hilangnya seorang saingan. Yes!
“Wah, kamu sedih dong, ditinggal cewek secantik dia”

“hmm..gara-gara ini ya kamu ga jawab sms dan ga angkat telp aku?” Tanya Hendra menyelidik
“Ih, nggak..enak aja. Geer banget!” Meski tepat banget sekali pertanyaannya.
“Kirain, yang jelas dia udah seperti adik aku sendiri dan saat ini sungguh cuma kamu yang ada di hati aku. Sebentar lagi kamu akan tau kenapa.”

Berdebar ga karuan perasaanku mendengar perkataan Sang Penyair barusan, entah benar atau tidak. Tapi yang pasti aku seperti melayang mendengarnya, penasaran dan..makin cinta.
Ternyata Hendra mengajakku ke sebuah taman Kota yang dulu sering kukunjungi bersama ayah.
“Waktu kita kecil dulu, aku sering duduk di bawah pohon ini dan melihat kamu bersama ayah kamu. Sebagai seorang anak Yatim, aku sangat terpesona melihat kemesraan kalian. Semua puisi indah ayah kamu, semuanya tidak terlupakan olehku”

Samar-samar aku teringat, memang ada seorang bocah kecil yang sering mengamati saat aku bersama ayah. Tak kusangka bahwa bocah itu adalah Hendra! Makin jelas mengapa ia yang begitu tampan dan memiliki banyak fans, memberi perhatian lebih padaku. Juga mengapa Puisi Cinta darinya selalu mengena di hatiku. Dan kita pun melalui malam terindah yang tidak akan pernah aku lupakan, karena Hendra dengan gitarnya menciptakan sebuah lagu khusus untukku, membangkitkan kenangan saat belajar bernyanyi bersama ayah dulu. Air mata bahagia menetes dipipiku, karena kini kutemukan sosok ayah dan seorang kekasih yang lama kuidamkan.

Tamat

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?69454

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

Hosana