Gamelan Jawa kembali mendapat angin segar di Negeri Paman Sam. Setelah sempat vakum selama lebih dari 10 tahun, pihak UCLA memutuskan untuk menghidupkan kembali program studi musik tradisional asal Jawa Tengah ini. Program tersebut akan ditawarkan pada Musim Semi 2018 melalui Departemen Ethnomusikologi di UCLA Herb Alpert School of Music. Selain Gamelan Jawa, UCLA juga menawarkan program Gamelan Bali yang masih berlangsung hingga kini di bawah bimbingan Profesor I Nyoman Wenten.

Revitalisasi program tersebut didanai oleh Program Studi Indonesia yang berada di bawah naungan UCLA Center for Southeast Asian Studies. Keberhasilan Program Studi Indonesia ini tidak terlepas dari kedermawanan dan sumbangsih seorang Julia Gouw serta campur tangan dosen mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia, Profesor Juliana Wijaya.

Gamelan Jawa milik UCLA memiliki nilai historis tinggi dan merupakan gamelan pertama milik sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Alat musik khas Jawa Tengah yang telah berusia lebih dari satu setengah abad tersebut bernama Kyai Mendung. Gamelan buatan Surakarta ini dibeli oleh salah seorang pendiri Departemen Ethnomusikologi UCLA, Prof. Mantle Hood, pada tahun 1958. Selain Prof. Hood (1960-1974), program studi Gamelan Jawa sebelumnya pernah dibawakan oleh Prof. Hardja Susilo (1967-1971), KRT Wasitodipuro dan Prof. Nanik Wenten (1977-1979), Prof. Sue Carole De Vale (1983-1993); Prof. I Nyoman Wenten (1998-2001) dan Prof. Djoko Walujo (1993-1995 dan 2004-2005).

Prof. Djoko sendiri mendalami ilmu musiknya di Institut Seni Indonesia (ISI). Di sana pula, ia pernah menjadi dosen musik sejak tahun 1975 hingga 1992. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu hukum di Universitas Gajah Mada (UGM) di Jogjakarta. Selain mengenyam pendidikan formal, ia juga secara khusus mempelajari musik gamelan sejak usia dini dengan banyak mentor yang sangat mumpuni, seperti Raden Lurah Dhamowijoyo, Raden Ngabehi Prawira Pangrawit, Bapak Sunardi Wisnubrata, Bapak Promono, Bapak Hadi Sumarta, dan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wasitodiningrat. Pada tahun 1992, Prof. Djoko hijrah ke Amerika Serikat sehubungan dengan penunjukkannya sebagai guru besar untuk mata kuliah musik Jawa Klasik di CalArts.