KabariNews – Tanggal 1 Juni, Bangsa Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila. Peringatan ini, menggugah rakyat Indonesia kembali untuk menyadari akan pentingnya dasar negara Pancasila sebagai filosofi dan Ideologi, pemersatu bangsa dan negara. Selain itu lahirnya Pancasila, erat hubungannya dengan lahirnya Indonesia sebagai imajinasi sosial yang menghadirkan gambaran situasi yang ingin dituju.

Fakta lain menunjukan, Ir. Soekarno sangat jelas mengatakan, “Pancasila sebagai satu-satunya ideologi nasional progresif dalam revolusi Indonesia”. Yang mengartikan dalam kerangka revolusi, Pancasila mempunyai dua peran pokok, yang pertama, Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Yang kedua, sebagai dasar yang memberi arah kepada perkehidupan, termasuk  jalannya revolusi eksistensi Pancasila.

Hal itu seperti yang dilakukan beberapa wartawan media yang ada di Surabaya, termasuk dari media Kabari, yang menggagas dan mendorong dilestarikannya kembali nilai-nilai luhur Pancasila. Seperti melakukan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) serta Bela Negara.

Andi (Harian Duta Surabaya) sebagai penggagas mengatakan, ini sebagai wujud pelestarian dan refleksi lahirnya Pancasila, perlu dilakukan penggalian kembali nilai-nilai luhur Pancasila kepada generasi muda. Saat ini banyak generasi muda yang tidak hafal Pancasila (5 sila) sebagai dasar negara.

Melalui hari lahirnya Pancasila, setidaknya menjadi indikasi bahwa Pancasila  menjadi kunci saksi dalam membangun berbangsa dan bernegara. Namun sangat disayangkan, seiring dengan perjalanan waktu Pancasila sebagai mode dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus sebagai jalan menuju keadilan dan kemakmuran, hanya dihadirkan secara sloganistik saja.

“Kami akan melakukan beberapa metode-metode yang cukup menarik bagi peserta P4 dan Bela Negara. Untuk tahap awal cukup mengenalkan dulu, dan untuk tahap selanjutnya pedalaman” kata Andi.

Selanjutnya Andi menjelaskan, dalam penataran P4 dan Bela Negara, akan diterapkan secara tematik dan diselingi beberapa acara hiburan, seperti musik dan gerak jalan dengan memakai kain sarung. Untuk awalnya dilakukan di 3 sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Surabaya.

Ditinjau dari perjalanan sejarah Pancasila, Pancasila tak diimplementasikan dengan konsekuen dalam kebijakan politik, hukum, dan perilaku kehidupan berbangsa. Bila ditelisik, saat ini seolah-olah Pancasila tidak  diposisikan atau tidak diimplementasikan dengan kongkrit untuk mencapai berbangsa dan bernegara, seperti yang di cita-citakan diawal lahirnya Pancasila.

Dengan demikian, Pancasila dianggap tidak relevan ditengah derap kehidupan sekarang ini. Sedangkan untuk mengembalikan relevansi Pancasila dengan kehidupan sekarang tidaklah mudah. Langkah yang dibutuhkan sekarang adalah mengembalikan ruh Pancasila sebagai Idiologi yang hidup (living ideologi) dan Ideologi yang bekerja (working ideologi) yang adaptif dan responsif. (Yan-Jatim)