KabariNews – Seni lukis modern Indonesia dimulai dari era penjajahan yaitu sejak masuknya Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah dan sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa juga keberadaan mereka yang dianggap sebelah mata.

Namun pada era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengangkat bangsa. Oleh sebab itu kita banyak menjumpai lukisan-lukisan bertemakan pemandangan alam Indonesia di banyak kanvas hasil goresan para pelukis pada masa itu.

Bagi para pecinta seni menilai sebuah lukisan atau karya seni tidak hanya sebatas memandang dan menikmati hasil akhir dari sebuah karya tersebut saja. Banyak sebagian besar penikmat seni yang mencoba mendalami dan mencoba berdialog dengan jiwa-jiwa yang dilahirkan dalam warna dibalik selembar kanvas. Entah dari segi teknik atau pun romanitisme yang mengalir didalamnya.

Belakangan ini sedang marak dan menjadi fokus bagi sebagian seniman untuk membuat karya mereka dalam bentuk Pointilisme. Apa itu Pointilisme? Dalam seni lukis, pointilisme adalah aliran yang menggunakan titik-titik kecil atau sapuan kuas untuk menciptakan sebuah gambar. Titik-titik cat yang diterapkan pada kanvas dibuat sedemikian rupa sehingga warna berbaur secara visual untuk menciptakan kesan halus. Salah satu lukisan pointilisme terkenal dibuat oleh Georges Seurat yang diberi judul “A Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte – 1884” Lukisan ini menggambarkan taman yang dipenuhi oleh orang-orang yang sedang bersantai di bawah naungan pepohonan. Gaya unik lukisan Seurat memberikan kesan hidup dan cerah.

Ketika melihat lukisan pointillism Anda akan melihat pemandangan warna-warni yang merupakan paduan berbagai macam warna-warna cerah. Saat melihat dekat, Anda akan melihat bahwa warna cerah ini tersusun dari banyak titik-titik kecil berwarna kuning, hijau, dan biru. Dengan mengubah kombinasi titik-titik warna primer, pelukis pointilisme menciptakan ilusi bahwa mereka menggunakan banyak warna. Kumpulan titik-titik warna primer ini akan menghasilkan warna lebih cerah dibandingkan saat pelukis mencampur warna pada palet untuk kemudian digunakan melukis. Kanvas putih di antara titik-titik dapat meningkatkan efek ini.

Namun tahukah Anda gambar pada majalah dan surat kabar dicetak dengan metode yang mirip pointilisme. Titik-titik kecil dari hanya tiga atau empat warna menciptakan ilusi sebuah gambar memiliki berbagai warna lain. Selain itu, layar elektronik seperti TV menggunakan teknik yang sama. Layar menampilkan titik atau piksel merah, biru, dan hijau atau yg dikenal dengan sebutan RGB ini akan menghasiklan perpaduan dalam intensitas yang berbeda.

Mata dan otak lantas menafsirkan kumpulan titik ini sebagai gambar dengan berbagai warna. Setiap gambar di Photoshop, koran, majalah, atau mosaik ubin merupakan berbagai penerapan pointilisme modern saat ini.