Panti Asuhan ParapattanSaat heboh panti asuhan ‘nakal’ di Gading Serpong, Tangerang yang ditenggari pengurus pantinya itu   menyiksa, melecehkan, bahkan mengeksploitasi 30 anak yang tinggal di sana.  Jauh dari hingar bingar, suasana sepi menggelayuti sebuah Panti Asuhan tua di kawasan Cipinang Cimpedak, Jakarta Timur. Tak banyak aktivitas di panti asuhan yang bernama Yayasan Panti Asuhan Parapattan ini. Tampak mata hanya penjaga yang berada di depan pagar gerbang, suara keriuhan sedikit di dalam kantor panti  dan benturan palu ke tembok yang berbunyi silih berganti.

“Maklum mas, lagi ada renovasi di sini, sudah lama bangunan ini tidak direnovasi” kata Marlin (Humas Yayasan Panti Asuhan Parapattan) kepada Kabarinews.com.   Ada sekitar  40 anak yang diasuh oleh panti asuhan yang terkenal sebagai salah satu panti asuhan tertua yang ada di Jakarta, bahkan di Indonesia.

Panti asuhan ini sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu, bahkan sebelum republik ini terbentuk.  Adalah seorang misionaris berkebangsaan Inggris yang bernama Walter Henry Medhurst yang mendirikan panti asuhan ini.  Tak banyak catatan sejarah yang dapat menjelaskan tentang kiprahnya sebagai aktivis sosial yang peduli terhadap anak yatim. Namun sedikit penjelasan didapatkan, Walter Henry Medhurst sebelum berlabuh di Batavia (sekarang Jakarta) pernah tergabung dalam London Missionary Society. Setelah studi dan persiapan beberapa bulan di bawah bimbingan Dr Collison di Hackney College, Walter Henry Medhurst pun memulai perjalanannya sebagai misionaris. Dari dataran China hingga sampailah dia ke tanah Batavia.

Panti asuhan parapattan 1Di Parapattan tanggal 17 Oktober 1832, dia  mendirikan sebuah penampungan anak-anak terlantar. Hal ini terdorong dari rasa ibanya melihat banyaknya anak-anak indo buah pernikahan antara para pria pendatang Eropa dengan wanita Indonesia yang terlantar. Nama panti asuhan ini sempat berganti beberapa kali. Awalnya bernama The English Orphan Asylum, lantas berubah menjadi The Parapattan Orphan Asylum setelah menempati gedung di jalan Parapattan Laan, Batavia.

Beberapa tahun kemudian tepatnya 16 November 1846 berubah  menjadi Parapattan Weezengesticht saat dipindahkan lagi ke Rijswijk No. 10 (Jl. Segara No. 10). Nah, di tahun 1953 setelah Indonesia Merdeka, barulah panti asuhan ini bernama Yayasan Panti Asuhan Parapattan dan menempati gedung yang berada Jl. Panti Asuhan No. 23 Otista III, Jakarta Timur ini.

“Banyak yang terkecoh juga soal namanya, seperti nama marga Batak tapi itu tidak ada hubungannya sama sekali, nama Parapattan itu memang awalnya diambil dari nama jalan tempat awal panti asuhan ini berdiri” kata Marlin.

Konsisten Mengurus Anak Bermasalah Sosial

Yayasan ini dari dulu menampung anak-anak yang bermasalah sosial. Maksudnya, seperti yang dibilang Marlin, adalah anak-anak yang tidak mampu bersekolah, anak-anak yang bermasalah dalam keluarga dan yang lainnya. Misi pendidikan formal yang berkualitas, jadi tujuan utama yayasan ini selain meningkatkan keterampilan anak asuh untuk mencapai potensi maksimal yang dimilikinya dan membantu biaya pendidikan anak-anak yang tidak mampu.

Setiap anak yang dididik dan diasuh di panti ini disekolahkan sesuai minat bakat yang ada, pada sekolah-sekolah berakreditas di antaranya adalah Sekolah BPK Penabur, Tarakanita, Santa Maria, Santo Antonius, dan sekolah-sekolah kejuruan handal lainnya. Namun pendidikannya hanya sebatas sampai sekolah Menengah Atas, untuk sampai ke perguruan tinggi biasanya si anak akan melanjutkan jika mendapatkan beasiswa. « Tetapi tetap kami arahkan agar anak yang bersangkutan masih tetap tinggal dirumah keluarganya” kata Marlin. Bagi anak asuh yang masih punya keluarga dan rumah dia harus tetap tinggal dengan keluarganya walaupun dengan kondisi yang kekurangan.

Kriteria untuk menjadi  anak asuh, yayasan ini menerapkan beberapa prasyaratan. Pertama anak yang bersangkutan harus beragama Nasrani sebagai syarat utama, selain itu kelengkapan prasyaratannya seperti adanya surat Akta Kelahiran dan harus lulus tes IQ terlebih dahulu. “Tapi kami tidak memerlukan semacam biaya kepada anak asuh yang ingin tinggal disini tapi lebih kepada orang tuanya supaya memberikan pelayanan kepada si anak selama anak itu menjadi anak asuh panti ini” kata Marlin seraya menambahkan panti ini pernah dinobatkan sebagai Organisasi Sosial Berprestasi Terbaik 2011 di DKI Jakarta oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.

Bertahan lebih dari 100 tahun, Marlin mengatakan semua itu berkat anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dari karena berkah  yang diberikan olehNya, Yayasan Panti Asuhan Parapattan masih dapat menjalankan misinya dengan baik. (1009)

Untuk share artikel ini klik www.kabariNews.com/?62023

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

greatpremium

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2