KabariNews – Radina P Soebiyanto, adalah satu perempuan kebanggaan yang dimiliki Indonesia. Kiprahnya patut diacungi jempol, bagaimana tidak, karirnya menembus Amerika, bahkan dirinya saat ini aktif sebagai peneliti di lembaga pemerintah milik Amerika Serikat yang dikenal dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Di NASA, Radina mendedikasikan ilmunya pada penggunaan data dari satelit. Penelitiannya fokus pada penggunaan data iklim yang diturunkan dari satelit untuk memungkinkan prediksi dan pemantauan resiko penyakit menular atau epidemi, misalnya seperti penularan pada nyamuk malaria. Ia bertanggung jawab untuk mengembangkan model matematika dan statistik yang berkaitan antara kondisi lingkungan dengan wabah penyakit menular.

Model matematis yang digunakan untuk memprediksi risiko statiomporal wabah penyakit, yakni kapan dan dimana wabah terjadi. Pekerjaan yang tidak mudah, karena karya ini membutuhkan sejumlah besar pengkodean, baik model algoritma model maupun pemrosesan satelit atau data iklan. Pekerjaan yang memiliki ketelitian dan jam terbang yang tinggi.

“Saat ini saya terlibat tiga proyek yang semuanya berfokus pada hubungan penyakit iklim, seperti chikungunya, Rift Valley Fever di Afrika dan Influenza di Peru,“ ujar Radina saat wawancara bersama Kabari melalui sambungan telepon.

Radina atau yang akrab disapa Ajeng menetap di Virginia, Washington DC, Amerika Serikat sejak tahun 1995. Kendati sudah puluhan tahun tinggal di negeri Paman Sam, ia tetap bangga jadi orang Indonesia, itu pun yang jadi alasan ia tidak berkeinginan untuk melepaskan status WNI nya. Kontribusinya di NASA memang bukan pegawai negeri, ia bekerja sebagai pegawai kontrak sejak 2008 untuk melakukan riset. Tapi Indonesia patut berbangga memiliki putri bangsa yang karirnya melesat, apalagi bisa berkantor di NASA yang menjadi impian banyak orang.

Dalam sebuah perusahaan tentu dekat dengan yang namanya rutinitas sehari-hari, pun demikian dengan Ajeng yang sudah terbiasa dengan rutinitasnya, dimulai dari menulis proposal dan berhubungan dengan yang namanya deadline bahkan lebih ketat karena melibatkan banyak orang untuk menyelesaikan proposal tersebut. Ia pun bekerja sama dengan banyak pihak mulai dari kolaborator dan terkadang juga dari institusi lain, seperti accounting, contract specialist dan business manager.

Selain itu, dirinya juga harus menulis artikel yang harus diserahkan ke peer review jurnal kemudian mengerjakan actual science seperti developing mathematical algorithms atau processing data. Tak berhenti sampai di situ saja, ia pun mengadakan pertemuan dengan atasan dan orang yang terlibat untuk memperbarui dan menyusun rencana kedepan, “Saya juga ada meeting dengan bos dan collaborators, saya juga harus supervise beberapa software developers,“ jelas Ajeng. “Saya juga harus berpartisipasi dalam konferensi, kelompok kerja Internasional, jadi saya kadang memberi presentasi atau ikut telekonferensi, “ tambahnya.

Kendati pekerjaannya cukup menguras tenaga dan pikiran, Ajeng tetap mencintai pekerjaannya. Apalagi kata dia WNI yang bekerja di NASA tidak banyak, mungkin bisa dihitung dengan jari. Sebelumnya ada rekan WNI yang dia kenal sudah kembali ke Tanah Air, sementara dirinya belum terpikir kembali ke Indonesia karena masih ingin terus menggali potensi dan mengembangkan banyak riset.

Rindu dengan Indonesia? Tentu, Ajeng sangat merindukan kembali ke Jakarta tempat kelahirannya. Rindu kuliner dan terutama rindu berkumpul dengan keluarga besar. Saat-saat yang paling ia rindukan adalah saat Lebaran, dimana ia bisa bercengkerama dengan keluarga dan menikmati semua masakan khas hari raya. Terpaut jarak yang sangat jauh, saat dirinya tidak kembali ke Tanah Air, ia mengobati rindu melalui telepon, dan selalu menyempatkan untuk menghubungi ibundanya.

Dari lubuk hati terdalam, sebenarnya ia berkeinginan kembali dan menata karir di Indonesia. Namun untuk saat ini dirinya masih dihadapkan dengan perasaan dilema. Tapi dia yakin suatu saat akan kembali ke Indonesia untuk ikut serta mendedikasikan ilmunya. “Dilema, biasa kerja di sini, karir juga sudah ada di sini. Cuma memang tidak menutup kemungkinan, jika ada kesempatan yang bagus, mungkin saya akan ambil kesempatan itu” paparnya.

Ia berharap bisa ikut memajukan ilmu penelitian di Indonesia. Ajeng yakin, banyak orang pintar di Indonesia yang sangat potensial. Sambil menunggu waktu yang tepat, Ajeng berangan-angan ingin turut berkontribusi untuk pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah.