KabariNews – Sofia Sari Dewi seorang desainer muda berbakat menampilkan karyanya yang bertajuk Urban TransforMANU by Live in Manu-Manu di panggung mode Indonesia Fashion Week 2018 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC)  Senayan, Jakarta.

Di panggung mode busana ini, Sofia hadir dengan brand barunya dan berkolaborasi dengan komunitas indigo Ikat Lango, Ngada. Sofia menghadirkan tenun dangan warna baru yang eksotik yaitu, Indigo Deep Blue Sea yang semakin memperkaya warna warni tenun nusantara sekaligus mengangkat derajat tenun sebagai material yang fashionable. Karya yang terinspirasi dari kecintaannya terhadap kebudayaan di daerah Ngada, sebuah daerah di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana ia mendedikasikan waktu dan ide-idenya sebagai peserta IKKON 2016.

“Saya jatuh cinta dengan kemewahan langka yang ditawarkan Ngada sejak pertama kali menginjakkan kaki di bumi Flores ini. hamparan hijau masyarakat yang murni menjunjung tinggi budaya, melestarikan adat istiadat dan sangat terbuka pada orangasing seperti saya, “ ungkap Sofia saat di temui Kabari di JCC Senayan, Jakarta.

Hingga akhirnya, lanjut Sofia, “Saya menemukan cinta saya yang lain saat sedang eksplorasi rumah budaya ManuManu, yaitu kain tenun ikat Ngada dengan pewarna alam. Ada banyak pewarna alam yang ada, namun hati saya tertarik pada warna nila, “ katanya.

Wanita cantik kelahiran 1983 ini mulai suka dengan dunia fesyen terinspirasi dari sejak dirinya masih usia 5 tahun, Sofia berkisah, “ Sejak kecil saya punya badan cukup unik, ketika saya ke toko beli baju untuk umur 5 tahun itu ga bisa, kegedean. Jadi badan saya terlalu over kecil, saya bisa jalan sejak umru 3 tahun, karena badan saya kecil akhirnya saya membuat baju sendiri dengan menggambar sendiri cuma belum bisa jahit harus pergi ke tukang jahit, karena waktu itu masih kecil, “ kenang Sofia.

Dari pemilihan bahan pun, Sofia yang masuk usia belia tersebut dia yang memutuskan untuk membeli bahan sendiri. Berangkat dari situlah Sofia menginginkan sekolah fesyen, namun, tidak diperbolehkan sama orang tuanya.

Ketika menginjak bangku kuliah Sofia justru mengambil jurusan Psikologi, tanpa menyerah demi mewujudkan keinginannya untuk menjadi desainer, setelah lulus kuliah Sofia bekerja dan sambil mengambil sekolah fesyen.

Ketika menjalani sebuah karya tentu tidak mudah, karena passion yang kuat, Sofia sadar untuk menjadi seorang desainer memiliki saingan yang banyak, maka dari itu, di benak  Sofia harus memiliki ciri khas tersendiri. Menurut Sofia hal ini lah yang menjadi tantangannya.

“Ciri khas saya sebenarnya ke kain Indonesia, moderen Indonesia, udah makin banyak juga, jadi saya perginya lebih ke sosial enterprise atau community based, jadi saya lebih bekerjasama ke pengrajin lokal, “ pungkas Sofia yang terinpirasi mendesain koleksi busananya dari komik Jepang serta memiliki harapan bahwa fesyen Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.