Empat tahun lalu, mantan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Dino Patti Djalal meluncurkan sebuah forum inspiratif Supermentor. Selain berbagi dengan masyarakat di Indonesia, program tersebut juga diselenggarakan untuk menyebarkan kiat sukses dan optimisme kepada generasi muda Indonesia. Setelah berkunjung ke beberapa kota di Tanah Air dan Australia, program Supermentor yang ke-23 hadir untuk pertama kalinya di Los Angeles. Bekerja sama dengan Dapoer Kita Productions sebagai pihak penyelenggara lokal, Supermentor 23 menghadirkan Dino Patti Djalal, Ridwan Kamil, dan Sehat Sutardja.

Dino Patti Djalal, Ridwan Kamil dan Sehat Sutardja

Di hadapan 200 diaspora Indonesia yang memadati UCLA’s James Bridges Theater, Dino Patti Djalal menilai kompetisi manusia abad ke-21 dalam lapangan pekerjaan akan semakin ketat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI). Ia juga berbagi kisah suksesnya dari sejak menjadi pegawai cuci piring di Kedutaan Besar RI di Washington, D.C. hingga menjadi Wamenlu di Kabinet Indonesia Bersatu II yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Berangkat dari pengalamannya tersebut, diplomat kelahiran Yugoslavia 52 tahun silam itu berpesan kepada peserta Supermentor agar tidak semata-mata mengejar harta, jabatan, dan kekuasaan melainkan kepercayaan, prestasi, dan reputasi.

Pembicara ke-2, Sehat Sutardja, sepakat dengan apa yang sebelumnya disampaikan oleh pendiri forum Supermentor. Meski dikenal dengan kesuksesannya sebagai pendiri Marvel Technology di Silicon Valley, ia mengaku tidak terlalu berprestasi semasa kecilnya. “Anda tidak harus unggul dalam segala hal tetapi jadilah yang terbaik dalam bidang yang hendak Anda tekuni,” ujar alumni Kolese Kanisius, Jakarta ini. Ia juga berpandangan bahwa orangtua sebaiknya memberi kebebasan pada anak untuk memilih bidang pekerjaan.

Supermentor 23 ditutup dengan presentasi oleh Ridwan Kamil. Menurutnya, Sang Walikota Bandung petahana berkeyakinan bahwa perubahan harus dijemput dan bukan hanya untuk ditunggu. Ia berharap generasi muda milenial Indonesia siap untuk bersaing secara lebih kompetitif. Bersama timnya, pria yang sempat menggeluti dunia arsitek ini kerap menciptakan perangkat lunak untuk menjawab berbagai permasalahan selama memimpin di Kota Kembang. Dalam forum tersebut, ia pun tak lupa berbagi resep mengenai gaya kepemimpinannya yang kekinian, mulai dari kepemimpinan yang interaktif dengan warganya, reformasi ruang publik, hingga pelayanan kesehatan yang inovatif.