Penyerangan 379 tahun lalu kembali terjadi, eitss tunggu dulu, ini bukan aksi penyerangan sesungguhnya, ini hanya sebuah pementasan teater. Hebatnya Atraksi Penyerangan Mataram ke Batavia ini dipentaskan di halaman museum Fatahillah Jakarta dan didukung oleh ratusan pemain. Minggu siang sekitar pukul 13.30 WIB kawasan museum Fatahillah Jakarta di penuhi oleh pengunjung, tunggu dulu, mereka mengunjungi tempat ini bukan untuk melihat-lihat museum, tetapi pengunjung yang hadir nampak asyik melihat pentas teater bersejarah yakni “Atraksi Serangan Mataram-Batavia”.

Pentas yang bersettingkan keadaan Batavia tempo dulu ini meskipun dipentaskan pada siang hari, tetapi tidak mengurungkan niat pengunjung yang datang, bahkan ada beberapa warga asing yang menonton event bersejarah ini. Terlihat sekali antusias penonton akan cerita sejarah ini, mereka menyaksikan kisah yang dipimpin oleh Gubernur Jendral VOC JP Coen ini adegan per adegan.

“Dengan event kayak gini, kita jadi tahu sejarah tanpa harus baca buku, seru aja bisa liat langsung ceritanya” ujar Deela mahasiswi Moestopo yang datang bersama beberapa temannya.
Atraksi penyerangan rekonstruksi sejarah ini menggambarkan kembali peristiwa yang terjadi di Batavia saat kubu pertahanan VOC diserang oleh pasukan dari Mataram atas perintah raja Mataram, Sultan Agung.

Pentas ini menyuguhkan penyerangan pasukan Mataram yang dipimpin Tumenggung Bahurekso ke benteng pertahanan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di Batavia tahun 1628. Serangan ini disebabkan oleh ulah VOC yang terus meluaskan wilayah dagang yang membuat perekonomian Mataram terganggu. Hal ini membuat Raja Mataram Sultan Agung khawatir VOC akan menguasai Mataram. Namun, penyerangan itu gagal karena kurangnya pasukan. Apalagi sempat terjadi pemberontakan oleh Sumedang dan Ukur yang tidak mau membantu Mataram. Begitu juga pada penyerangan berikutnya pada 1629. Meski sudah dipersiapan terlebih dahulu, penyerangan Mataram ke Batavia kembali gagal.

Dalam sambutannya ketika membuka acara tersebut Drs M.R Manik, MM (Kepala Museum Sejarah Jakarta, Museum Fatahillah) berharap masyarakat dapat mengenal dan lebih memahami bahwa perjuangan menuju kemerdekaan itu sudah ada sejak dulu, jauh sebelum bangsa ini melakukan perlawanan terhadap penjajahan.

Gelaran pementasan yang melibatkan seratus pemain ini sedikit berbeda dengan pentas teater pada umumnya. Bukan diatas panggung, namun di halaman Museum Fatahillah. Hal ini mengakibatkan banyak penonton yang tidak mengetahui pentas teater sudah dimulai.( Kiky )