KabariNews – Berawal dari warung gerobak yang sangat sederhana Cak Mamat memulai usahanya sejak tahun 1999 di bilangan Jl. Dr Sumarno tepatnya di samping Gedung Pengadilan Tinggi Jakarta Timur. Dibantu anak dan istrinya, Cak Mamat merintis usaha nasi bebek dari nol. Rasa memang tak bisa bohong, pelanggan satu persatu mulai berdatangan dan menandai nasi bebek Cak Mamat sebagai satu kuliner yang wajib dicoba.

Seiring waktu dan ketekunan nasi bebek khas Madura yang dulu dijual dengan gerobak kecil kini menjadi rumah makan bebek yang cukup besar dan terkenal di kalangan pecinta kuliner Jakarta Timur dan sekitarnya dengan sebutan Nasi Bebek Walikota.

Sayangnya Kabari tidak bisa menjumpai Cak Mamat, beliau wafat belum lama ini. Usaha keluarga ini kemudian diteruskan oleh istrinya Tofifah dan saudaranya H. Jainal yang dipercaya untuk mengurus ‘dapur rahasia’ keluarga.

“Resep rahasia milik keluarga dari Cak Mamat memang sangat dijaga kerahasiaannya“ ucap H.Jainal sebagai pengurus dapur.

H. Jainal memaparkan yang membedakan nasi bebek Walikota dengan nasi bebek pada umumnya adalah cara pengolahannya. Bebek di sini, kata H. Jainal diolah dengan cara tradisional. Proses memasak bisa memakan waktu 3 sampai 4 jam di atas tungku yang masih mengandalkan kayu. “Proses pembakaran ini yang membuat daging bebek kami terasa empuk dan pedas gurihnya sangat meresap pada setiap dagingnya” paparnya.

Nasi bebek Walikota memang sangat tekenal dengan rasa pedasnya yang ‘membakar’ lidah sehingga membuat para pecinta kuliner pedas bercucuran keringat saat menyantapnya. Bukan kapok, justru pelanggan ketagihan dan datang lagi untuk merasakan kembali sensasi pedas nasi bebek Walikota. Satu porsi nasi bebek dilengkapi taburan serundeng (kelapa sangrai), potongan daging bebek dan sambal hijau. Dari tampilannya memang tidak terlihat pedas, tapi begitu disantap dijamin ketagihan dengan sambal super pedasnya.

Rumah makan yang buka setiap harinya dari jam 11.00- 24.00 WIB ini dapat menjual lebih dari 300 porsi dalam sehari, artinya dibutuhkan sekitar 70 sampai 80 ekor bebek dalam seharinya. Pada bulan Puasa atau hari libur bahkan rumah makan ini bisa mengolah lebih dari 100 ekor bebek dalam seharinya. Harga yang ditawarkan masih sangat terjangkau untuk kantong semua kalangan. Beberapa pelanggan pun menuturkan masalah harga nomor dua yang penting rasa. Satu porsi nasi bebek dibandrol Rp 21.000, untuk menu spesial bebek bakar Rp 35.000. “Makanan disini beda dari nasi bebek yang lain, sambelnya jos (enak) harganya juga terjangkau” ujar Aswar salah satu pelanggan.

Usaha nasi bebek ini tidak hanya membantu perekonomian keluarga, tapi juga turut melestarikan warisan kuliner leluhur. Tofifah berencana membuka cabang nasi bebek Walikota di Jakarta, rencana ini malahan sudah diangankan sebelum sang suami meninggal. “Sudah menjadi cita-cita bapak jauh sebelum wafat” pungkas wanita yang akrab disapa Ifa itu menutup wawancara dengan Kabari. (1023)