KabariNews – Indonesia sangat dikenal dengan beraneka ragam seni dan budaya, kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang diakui sebagai identitas negara.

Indonesia Dance Company (IDCO), merupakan salah satu seni dan budaya karya anak bangsa dalam seni tari kontemporer. IDCO itu sendiri adalah wadah yang dibangun untuk membentuk para penari di Tanah Air agar dapat mengembangkan potensinya.

Claresta Alim selaku direktur artistic sekaligus pendiri IDCO menjelaskan bahwa seni tari yang dipimpinnya sebagai pengembangan bakat para penarinya, “Jadi kita mengumpulkan semua yang berbakat, semua yang bertalenta, semua yang punya kemauan tinggi, untuk di dunia tari ini di gabung menjadi satu supaya mereka bisa mengembangkan talentanya yang lebih lagi, mereka bisa berkarya lebih lagi. Dance venture ini adalah semua karya anak bangsa, tidak hanya satu dan beberapa konsep juga, dan ngga hanya balet, ada kontemporer, ada jazz ada modern, juga neo klasik,“ tutur Claresta saat wawancara bersama Kabari di Gedung Kesenian Jakarta, di kawasan Jakarta Pusat.

IDCO pertama didirikan pada tanggal 1 oktober 2016 lalu. Tak hanya menjadi wadah para penari berkresi, lebih dari itu IDCO memiliki visi dan misi mengangkat dunia tari ke tingkat dunia, serta membawa para penarinya ke kancah internasional untuk mengharumkan nama bangsa. Karena itu dalam setiap penampilannya IDCO selalu mengusung unsur budaya Indonesia. “Setiap perform menunjukkan berbagai macam budaya Indonesia” kata Claresta.

Claresta menceritakan bagaimana Danceventure tercipta, yakni sebuah seni budaya kreatif yang dikerjakan secara bersama-sama, “Ada beberapa koreografer yang berkarya di dalam satu produksi ini, jadi kita berkumpul bersama untuk mencocokkan, dari musiknya, kostumnya, lagunya, jadi semuanya bisa masuk dalam produksi tarian Danceventure ini,“ ungkapnya.

Claresta sendiri sudah menyukai seni tari dari balita. Hobi yang diturunkan dari keluarganya ini semakin ia cintai. “Mulai menari di usia dua setengah tahun, oma dan ibu saya merupakan guru balet, jadi turun-temurun, saya generasi ketiga. Pertama kali saya belajar tari di Marlupi Dance Academy yang didirikan oma saya sejak 1954, sekarang sudah 61 tahun. Saya melihat dari dulu banyak anak-anak kecil yang berlatih di MDC, dan sekarang majunya sangat pesat sekali,“ cerita Claresta.

Menurutnya, kemajuan yang pesat ini juga didukung karena kemajuan teknologi di era digital, adanya sosial media seperti Youtube, Instagram, dan jejaring sosial yang lain. Dari majunya teknologi itulah semua orang semakin mudah untuk bisa melihat perkembangan tarian Balet di dunia luar seperti apa.

Awalnya ia beranggapan menari hanya sebuah hobi, sampai akhirnya dia begitu mencintai tari setelah sang nenek membawanya ke Shanghai, banyak hal baru diketahuinya dan begitu menginspirasinya untuk menjadi seorang penari. Setelah lulus SMA, ia memantapkan diri untuk lebih serius menekuni karir di dunia tari dan belajar di Shanghai selama satu tahun. Ketertarikannya pada dunia tari tidak sampai disitu saja. Claresta melanjutkan sekolah tari di New York. Jalan menuju harapannya tidak mudah, karena untuk bisa melangkah ke New York, ia harus melalui audisi. Lolos Audisi, ia pun menginjakkan kaki di negeri Paman Sam, setelah resmi menjadi siswa di New York Joffrey Ballet School. Belum puas dan ingin belajar lebih banyak lagi, ia pun mendaftarkan diri di The Washington Ballet School.

“Dari Washington DC saya pindah lagi ke New York di Alvin Ailey American Dance Theater New York selama satu tahun. Jadi saya sudah belajar totalnya tiga tahun di Amerika,” Cerita Claresta.

Setelah malang melintang sekolah tari di negeri Paman Sam, ia pun memutuskan untuk mencari pekerjaan di Amerika. Berbagai audisi ia ikuti sampai akhirnya diterima bekerja menjadi penari dan bertahan selama empat tahun. “Di sana saya nari dari pagi sampai malam, lalu setiap minggu juga ada perfom dan setiap bulan juga ada tarian tradisionalnya amerika,“ katanya.

Berbekal pengalaman yang didapatnya akhirnya Claresta memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan mendirikan IDCO. Ia berharap tarian Ballet di Tanah Air mendapat dukungan dari pemerintah agar bisa lebih maju lagi dan dikenal di Mancanegara.

“Budaya Indonesia itu sangat indah, terlihat dari lagunya, kostumnya, karena setiap tarian punya kostum ciri khas masing-masing, itu juga bisa dibawa ke dalam dunia tari balet. Seperti tahun kemarin kita buat tari Bali, kostumnya juga ada khas sentuhan Bali, lagunya Bali dan gerakan tangannya pun Bali, namun kakinya tetap pada posisi tari balet, seperti bikin tari balet sipatmo juga pakai lagu Gambang Keromong,“ jelas Claresta.

Bagi Claresta budaya Indonesia itu sangat indah, ia berharap banyak generasi muda turut mencintai budaya bangsa. Terlebih mereka yang menyukai balet, karena memadukan tari balet dengan unsur budaya sangatlah menarik.(Kabari1008/ Foto: dok. pribadi)