Perjalanan 10 tahun seorang pianis asal Jakarta, Stephanie Ornggowinoto di New York Amerika menyimpan banyak kisah menarik.

Seperti mimpi kebanyakan pianis bisa tampil solo di tempat yang megah dan terkenal, Stephanie pun punya mimpi sama. Di 10 tahun perjalanannya sebagai pianis, Stephanie berhasil mewujudkan mimpinya, dengan menggelar konser piano solo di gedung konser legendaris di New York, yakni Carnegie Hall Weill Recital Hall.

Pada penampilannya pianis muda berbadan mungil ini berhasil membuat para penonton kagum dan terpukau, saat menyuguhkan mahakarya piano solo dari Beethoven, Schumann dan Franz Liszt. Penonton merasa puas, dan memberi apreasiasi dalam bentuk standing ovation yang cukup lama.

Mendapat kehormatan untuk bisa tampil di Carnegie Hall sangatlah tidak mudah. Penulis sudah mengikuti dan mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu mentor musik Stephanie, sejak tahun 2009. Dan perlu diakui perkembangan musikal Stephanie patut diacungi jempol. Kebanggaan ini tak hanya dirasakan Stephanie, keluarga dan sahabat Stephanie, tapi juga jadi momen berharga untuk seluruh diaspora Indonesia, terutama para musisi muda Indonesia yang berkiprah di berbagai tempat di dunia.

Pianis Hungaria Adam Gyorgy, president dari Adam Gyorgy Foundation adalah sponsor utama konser. Adam juga yang mendukung semua kegiatan konser Stephanie yang digelar pada 16 September lalu. Pujian pun tak luput keluar dari mulut Adam, ia kagum dengan keberhasilan konser Stephanie.

Semoga semua prestasi yang ditorehkan dapat menjadi batu loncatan berikutnya untuk tampil di berbagai pusat musik dunia. Stephanie baru saja lulus (dengan full scholarship) dari Royal College of Music di London. Sebelumnya mendapat beasiswa dari pianis Belanda Wibi Soerjadi untuk konser dan mendapat bimbingan di Belanda. Kariernya cukup cemerlang, dan sudah menggelar konser dengan orkestra berkali-kali di Eropa, Hong Kong, Singapore, juga di Indonesia, dengan membawakan mahakarya piano concerto dari St. Saens (Piano Concerto no. 2), Mozart, Beethoven, Chopin, dan juga karya komponis Indonesia Ananda Sukarlan dan Singgih Sanjaya.

Mari kita simak perjalanan Stephanie Onggowinoto, dalam wawancara eksklusif dengan Kabari di New York (Aryo Wicaksono)