Kyla Christie (18 tahun) adalah seorang musisi belia yang memiliki bakat bernyanyi sambil memainkan Sasando menjadi ciri khasnya yang dikenal banyak musisi dari dalam negeri dan mancanegara.

Selain itu, sebagai anak muda tanah air, Kyla tidak cukup menjadi warga Indonesia namun perlu mempersiapkan diri menjadi warga global. Tidak hanya berdampak pada bangsa Indonesia, namun mampu berdampak bagi dunia.

Hal demikian dilakukan Kyla dalam sebuah program yang diprakarsainya, Sing to Build Indonesia merupakan program untuk membantu Indonesia yang kerap dilanda bencana alam seperti tsunami di Mentawai dan letusan gunung Merapi.

Sing to build didirikan pada tahun 2010, di saat usianya menginjak 10 tahun, Kyla mulai tergerak hatinya ketika menyaksikan tayangan korban bencana alam tsunami di Mentawai dan erupsi gunung Merapi, berangkat dari situlah Kyla memutuskan untuk berbuat sesuatu.

“Saat aku nonton TV, aku agak kaget liat orang-orang yang tergeletak dibungkus kain putih dan banyak rumah yang runtuh, dan membuat hatiku tersentuh karena aku ga pernah lihat itu sebelumnya, dari situlah aku ingin berbuat sesuatu,” kata Kyla saat wawancara bersama Kabari.

Dengan bakatnya bernyanyi, Kyla pun mulai menjalankan programnya dengan menggalang dana untuk membangun kembali rumah tinggal, rumah jahit, rumah buku, rumah seni, untuk korban Tsunami.
Selain itu, Kyla juga bangun komunitas yang memberikan edukasi seperti rumah belajar yang merupakan tempat untuk membaca, bernyanyi dan bermain musik untuk para korban bencana.

Program Sing to Build Indonesia berkolaborasi dengan Mentawai Summit, Habitat for Humanity Indonesia, dan kemudian diadopsi oleh Habitat for Humanity United Kingdom, berdampingan dengan program musisi Elton John.

Saat ini Sing to Build Indonesia telah berkembang menjadi Sing to Build the World. Sampai sekarang Kyla sudah pernah tampil untuk World Bank Conference, Give Back UNICEF, termasuk dua kali bernyanyi dan tampil spontan bernyanyi di panggung David Foster Concert. Ia membawa Indonesa juara di pentas dunia: World  Championships of Performing Art yakni semacam olimpiade bagi para seniman pentas seni di Long Beach California.

Di usia 14 tahun, Kyla ikut dalam ajang World Championship of Performing Art semacam Long Beach, California. Di ajang ini Kyla berhasil menyabet 7 penghargaan di antaranya 5 medali emas di bidang vokal Solo, termasuk di antaranya Industry Award yang merupakan penghargaan bergengsi dari para pelaku industri musik dan performing art dunia.

Bahkan Kyla di ajang itu tampil bernyanyi sambil memainkan alat musik sasando (alat musik asal NTT) dan berhasil meraih medali emas untuk kategori bernyanyi sambil memainkan alat musik melawan kontestan dunia lainnya yang bermain dengan piano, gitar dan alat musik lainnya.

Yang membuat Kyla bahagia dan bangga adalah kala bernyanyi sambil memainkan sasando serta berhasil meraih medali emas, untuk kategori sulit bernyanyi sambil memainkan alat musik melawan kontestan dunia lainnya yang bermain dengan piano, gitar dan alat musik internasional lain.

“Saya ingin memperkenalkan sasando Indonesia ke pentas dunia. Dari Indonesia ada lho alat musik yang unik, indah dilihat dan didengar. Bersyukur setelah melewati tantangan yang luar biasa, berhasil meraih juara medali emas. Waktu bermain, juri hening dan hikmat sekali, alat musik kita sungguh menggugah hati dan membuat kagum dunia,” ujar Kyla.

Berawal dari passion yang tinggi, Kyla pun mengembangkan program tersebut agar bisa bermanfaat dan lebih memberikan dampak bagi dirinya serta masyarakat luas.

“Buat aku mempunyai dampak itu penting, sebagai anak muda seperti aku itu mempunyai dampak dari sesuatu yang sederhana dari hobi nyanyi, passion untuk berbuat sesuatu,” katanya.

Menurutnya, sebagai anak muda harus memiliki keberanian berbuat sesuatu yang berdampak untuk diri sendiri karena tujuan mulia, tak hanya belajar ilmu saja, namun lebih kepada pengembangan diri. Selain itu, bagi Kyla, sebagai anak muda harus terus menggali kreativitas, membangun ide untuk sebuah tujuan serta pencapaiannya.