Gaya kepemimpinan dan berbagai terobosan karya Ridwan Kamil kerap mengundang perhatian dunia, tak terkecuali pihak penyelenggara Milken Global Conference 2018. Tahun ini, forum bergengsi tersebut menghadirkan sederet pembicara, termasuk Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore. Di hadapan para elite, sang Walikota Bandung mempresentasikan bagaimana pemerintahan yang ia pimpin berhasil menghadirkan pelayanan publik dan memberantas korupsi menggunakan kemajuan teknologi informasi serta mengutamakan kebahagiaan warganya. Selama berada di Los Angeles, ia juga memenuhi undangan untuk berbicara di kampus University of Southern California (USC). Dalam kuliah umumnya di Fakultas Kebijakan Publik USC, pria yang akrab disapa Emil ini berbagi tips tentang bagaimana kepemimpinan yang inovatif bisa mendekatkan jarak antara warga dan negara.

Di sela agenda kunjungannya yang padat selama di Los Angeles, Kabari News meminta tanggapan Ridwan Kamil mengenai isu-isu terkini baik dalam skala lokal maupun nasional.

  • Membangun Infrastruktur Kota Bandung

“Sekarang, kita ada projek LRT (Light Rail Transit). Cable car (kereta gantung) masih proses. Semua yang kapital intensif masih proses. Mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan kalau lancar, Bandung bisa lebih baik dari sisi konektivitas. Jadi, projek infrastruktur besar rata-rata transportasi.”

  • Menanggapi Kritik Kemacetan Bandung

“Saya tanya ada tidak kota yang tidak macet? Semua masih macet. Kenapa? Karena power dari transportasi publik ini belum hadir di Bandung. Jakarta juga sama, Surabaya juga sama. Jadi, nanti pada saatnya transportasi publik hadir, yang awalnya kita perjuangkan, Insyaallah akan mengurangi kemacetan.”

  • Menurunkan Tensi Politik Nasional

“Saya selalu bilang pemilihan harus damai sebagai syarat kita akan menjadi negara hebat. Kami ingin pemilihan Gubernur Jawa Barat yang saya sekarang sedang berkompetisi juga baik. Maka pesannya adalah menang dengan cara yang baik, menang dengan cara yang ilmiah, menang dengan cara yang kreatif. Jauhi hate approach, jauhi black campaign. Mudah-mudahan tensi boleh tinggi tetapi tetap fair dan membawa kreativitas dan kedamaian dalam prosesnya karena kita sebagai bangsa masih panjang dalam mencari bentuk demokrasi yang akan kita lakukan dan kita sukai.”

  • Menyiasati Biaya Politik Yang Mahal

“Saya punya kampanye udunan (istilah Sunda untuk iuran). Jadi dari sepuluh ribu rupiah, warga bisa donasi online. Mudah-mudahan dengan online donation yang transparan dan mudah ini membuat partisipasi warga kepada calon yang mereka sukai sehingga akhirnya mereka bisa menang tanpa banyak berutang atau mengembalikan kepada pihak-pihak yang mungkin tidak cocok dalam proses demokrasi.”

  • Mengendalikan Urbanisasi dan Menanggulangi Kemiskinan

“Kuncinya adalah mengurangi gap di desa dan kota. Maka, kita ada program One Village, One Company. Kita juga ada program Vocational Study to Digital Economy. Dengan begitu, kemiskinan akan berkurang. Tingkat migrasi ke kota akan berkurang. Kuncinya adalah mengurangi gap dengan memberikan pekerjaan di desa-desa.”