KabariNews, Di tengah-tengah semakin maraknya pengaruh perkembangan musik modern yang juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, khazanah musik tradisional semakin lama semakin akan terhimpit. Perlu suatu upaya untuk mempertahankan keberadaan musik tradisional untuk tetap bisa hadir di tengah-tengah masyarakat.

Kesadaran masyarakat sangat penting untuk melestarikan seni musik tradisional agar tetap lestari dan sebagai bentuk upaya untuk memperkaya jati diri budaya masyarakat itu sendiri. Karena kehidupan sosial masyarakat tidak terlepas dari budayanya.

Hastra 132, salah satu komunitas musik patrol dari Jember, Jawa Timur yang sampai saat masih eksis melestarikan seni musik tradisional khas Jember. Komunitas musik patrol yang berdiri di tahun 1980-an ini, didirikan sebagai upaya untuk melestarikan budaya masyarakat Jember, selain untuk memberikan hiburan dalam bentuk ekonomi kreatif.

“Kita ingin melestarikan seni musik khas dari Jember,” kata Didik Afrianto selaku koordinator komunitas musik patrol Hastra 132 Jember saat ditemui Kabari di sela-sela acara Anniversary Golden Mall Jember, Minggu (05/08).

Musik patrol merupakan seni bermain musik secara bersama-sama layaknya grup band, namun bedanya alat yang digunakan merupakan alat musik tradisional berupa tabung kayu yang dibentuk menyerupai kentongan (alat musik tradisional dari bambu-red) yang dulu biasa dibawa oleh petugas ronda.

Seiring perkembangannya dan entah siapa yang memulai, musik patrol biasa dipergunakan sebagai sarana untuk membangunkan orang tidur di saat sahur pada bulan Ramadan. Para pemain musik berkeliling berjalan kaki di lingkungan sekitarnya sambil memainkan alat musik patrol.

Dan menurut sejarah, musik patrol berawal dari kegiatan kebiasaan masyarakat Jember yang suka memelihara burung merpati. Saat itu kentongan dibunyikan dengan cara dipukul sebagai sarana memanggil puluhan burung merpati untuk pulang ke kandang setelah terlebih dahulu dilepas untuk terbang tinggi.

Dalam musik patrol kentongan dibentuk dalam berbagai ukuran untuk menghasilkan berbagai bunyi khas kentongan dengan tinggi dan rendahnya nada berbeda-beda. Musik patrol berirama atraktif dan biasanya ada 12 alat musik yang dimainkan, terdiri dari kentongan yang menghasilkan bunyi bass, tiktuk, double tiktuk, remo, kentir, kleter, kontra bass, ketuk dan taktuk, seruling serta cekecek (tamborin).

“Sebagian besar kami pencinta seni, di samping itu kami ingin seni tradisional khas daerah Jember lebih berkembang lagi,” tutur Didik Afrianto.

Musik yang berirama atraktif dan penggugah semangat ini, sering ditampilkan di berbagai event seperti pekan budaya, pameran, event olahraga dan dapat di kolaborasikan dengan kesenian lain seperti seni tari dan wayang kulit.