Bagi kebanyakan orang tua memilih pendidikan yang berkualitas untuk buah hati mereka merupakan hal yang sangat penting. Dengan semaksimal mungkin akan mencari sekolah yang terbaik bagi putra-putrinya.
Pun demikian dengan perempuan cantik yang memiliki nama lengkap Shahnaz Haque adalah seorang presenter yang peduli dengan pendidikan ketiga buah hatinya.
Pendidikan buat Shahnaz penting sekali, terutama untuk ketiga buah hatinya, baginya pendidikan merupakan sebuah kemewahan.

“Anak-anak akan mendapatkan kemewahan dari saya kalau urusannya ke pendidikan, tapi tidak kemewahan yang lain misalnya, baju, sepatu dandanan perhiasan, dan lain-lain, tapi kalau pendidikan mereka akan mendapatkan hasil yang maksimal sebisa saya, semampu saya,” ungkap Shahnaz saat ditemui Kabari di kawasan Kebon Sirih, Jakarta.

Belum lama ini, Shahnaz baru saja melepaskan putri sulungnya, Pruistin Aisha Haque Ramadhan untuk menuntut ilmu di Kanada. Di negara itu, Pruistin yang berusia 15 tahun belajar di Burnaby North Secondary School yang setara SMP-SMA jika di Indonesia.

Setiap orang tua jika berpisah dengan buah hatinya dengan jarak yang jauh pastinya berat, namun Shahnaz menyadari apa yang telah menjadi pilihan putri sulungnya adalah pilhan terbaiknya, apalagi untuk urusan pendidikan, Shahnaz selalu memberi dukungan.

“Melepaskan si sulung di Kanada sebenarnya sendirian merantau, tinggal di rumah saudara Indonesia, tetapi beda, tidak bisa memeluk, merengkuh, tidak bisa bercerita 24 jam dan ada perbedaan waktu, berat pasti, tapi kalau memang itu jalan hidup yang baik dan itu sangat mendukung untuk pendidikan anak saya,” ungkap Ibu tiga putri ini.

Putri sulungnya adalah pemain softball menurutnya, di Kanada menjadi tempat pilihan untuk menuntut ilmu adalah hal yang tepat. “Anak saya yang sulung kebetulan dia juga pemain softball, maka memang musti di sana tempatnya, artinya dengan segala risiko maka saya merestui untuk pergi, saya berat, apalagi kalau misalnya sakit, memang sekarang sudah zamannya teknologi canggih, ada video call ada WA, tetapi tetap saja the power of touch tidak bisa digantikan, tapi itulah risiko yang mesti diambil demi pendidikan demi pilihan,” ungkap Shahnaz.

Bersama suami, Gilang Ramadhan

Sebagai orang tua yang peduli akan pendidikan anak-anaknya, Shahnaz pun menerapkan pola pendidikan cukup sederhana yaitu anak-anak harus paham. “Pola pendidikan yang saya tanamkan buat anak-anak adalah anak-anak mesti paham, bukan hanya sekedar pintar karena menghafal,” kata Istri dari musisi Gilang Ramadhan ini.

“Kalau misalkan paham akan lama, kemudian mereka mesti mempunyai ilmu bukan hanya ilmu sekolah tetapi keahlian, karena buat saya anak pintar itu banyak tapi bagaimana membedakan anak pintar yang satu dengan yang lain adalah skill atau keahlian, passion kemudian ketelatenan pada saat dia menyukai sesuatu,” imbuh Shahnaz.

Menurutnya, pendidikan bukan serta-merta pendidikan antara guru dan murid di kelas sekolah namun, kata dia, “Ia musti belajar bgaimana mempunyai daya tahan dalam hidup, karena pintar saja tidak cukup, anak-anak harus punya daya kreatif,” kata Shahnaz.

Menanggapi sistem pendidikan di Indonesia, Shahnaz mengatakan, “Pendidikan di Indonesia itu luar biasa, sekolah di Indonesia itu susah, kurikulum berat dan banyak. Saya berasa pada saat saya mengirimkan anak saya sekolah ke Kanada, kemudian dapat cerita dari anak, sekolah di Kanada lebih spesifik, bebannya ga begitu banyak, kurikulumnya lebih ringan kalau di sana, kalau di Indonesia udah kaya bawa koper berat dan guru-gurunya juga beban,” katanya.

Ketiga putri dari Shahnaz dan Gilang

Diakui Shahnaz, banyak catatan mengenai dunia pendidikan di tanah air, ia berharap tetap semangat menghadapi apapun yang terjadi termasuk dengan kurikulum yang berganti serta sistem mengajar juga harus diperbaiki. “Kita dihadapkan dengan anak-anak generasi milenial, anak-anak sudah canggih dengan segala macam teknologi, tapi yang tidak boleh dilupakan dari teknologi yang canggih itu adalah hati, karena pendidikan itu mesti pakai hati,” ungkap Shahnaz.

Mengenai perkembangan pendidikan di tanah air, bagi shahnaz pendidikan ini belum merata, jika pemerintah belum bisa memberikan pemerataan pendidikan bagi anak Indonesia yang tersebar di seluruh nusantara, alangkah baiknya menggandeng pihak swasta untuk dapat memberikan edukasi lewat acara televisi, seperti acara cerdas cermat dihidupkan kembali.

“Intinya adalah bagaimana membuat mereka itu tertarik dengan sesuatu yang berbau pendidikan tetapi dikemasnya adalah dengan hiburan, mudah-mudahan itu bisa memajukan, salah satu cara pendidikan di Indonesia dengan cara yang menyenangkan,” katanya.

Sebagai orang tua yang sangat peduli dengan pendidikan anak, khususnya terhadap ketiga buah hatinya, Shahnaz berharap, pendidikan di tanah air bisa diberikan secara merata kepada seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan hak dalam pendidikan hingga ke pelosok nusantara.

“Saya punya mimpi sekolah sudah tidak mahal lagi, saya punya mimpi semua orang bisa menjadi guru untuk memberikan ilmu kepada anak-anak Indonesia, Indonesia bukan hanya ada di kota besar, tapi ada di Pulau, ada di pelosok, ada di tempat-tempat terpencil di hutan, maka saya bermimpi semoga orang dewasa bisa menjadi guru untuk anak-anak Indonesia, apapun itu profesinya, ataukah orang tua yang melakukan pendampingan, karena kita tidak bisa sendiri untuk membuat anak Indonesia menjadi pintar,” ujar Shahnaz.
Bagi Shahnaz, pendidikan membuat orang menjadi kuat dan memiliki harga diri. Dengan pendidikan seseorang bisa tercerahkan.

“Kemudian setelah dia “kuat” agar ilmunya tidak hilang, maka dia mendidik orang lain, sesuatu yang dia paham, maka pendidikan bisa memberdayakan banyak orang menjadi rantai kepercayaan diri yang tak terputus,” pungkasnya. (Foto: dok. Shahnaz )