Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) merupakan organisasi yang peduli kesehatan terutama merokok.  Tity Hatta selaku ketua umum WITT mengatakan kegiatan ini dibentuk sebagai pengendalian rokok tehadap generasi muda Indonesia. Mengusung konsep tentang kesehatan anak-anak Indonesia, kegiatan ini memberikan penyuluhan ke berbagai sekolah setiap bulannya.

“Kegiatan setiap bulannya kita adakan penyuluhan ke sekolah-sekolah , terutama juga ke komunitas perempuan bagi ibu-ibu,” kata Tity saat bertemu dengan Kabari di kawasan Jakarta Selatan.

WITT dalam hal ini memberikan pemahaman kepada anak-anak generasi Indonesia bagaimana menanggulangi bahaya merokok. “Kita dapat memberikan satu pemahaman kepada anak-anak generasi Indonesia untuk penanggulangan terhadap anak-anak pemula bagi yang akan mencoba atau sudah merasakan kecanduannya bahaya terhadap tembakau dan rokok buat generasi muda tentunya.” ujar Tity.

Karena ini sangat mengganggu kesehatan dan ekonomi, lanjut Tity, “Kita akan menciptakan generasi muda, generasi emas untuk bangsa Indonesia jadi kita berharap semua generasi inilah yang akan memberikan satu impian-impian yang baik terutama untuk menjaga negara dan bangsa,” kata Tity.

Melalui WITT Tity terus berupaya mengampanyekan anti rokok yang menyasar pada anak-anak dan orang yang belum terkena rokok untuk tidak merokok.

“Karena kita sangat prihatin sekali, karena rokok itu bukan hanya orang tua aja yang sekarang jadi perokok (kecanduannya terhadap rokok) dan terutama terhadap anak-anak. Karena hasil survei membuktikan 300 persen jumlah perokok meningkat,” terang Tity.

Dengan demikian, menurut Tity, WITT berperan serta dan berperan aktif terhadap anak-anak dan terutama para ibu yang bisa memberikan pemahaman yang baik terhadap putra-putrinya, keluarganya, serta lingkungan sekitar.

Di era sekarang, rokok sudah menjadi gaya hidup, Tity bersama teman-temanya yang tergabung di WITT terus berupaya dengan berbagai cara untuk mengurangi penggunaan rokok bagi anak-anak dan wanita.
WITT sangat serius untuk memperbaiki gaya hidupnya dan kesehatannya bagi masyarakat yang sudah kecanduan akan tembakau.

“Karena kecanduan rokok tidak hanya bagi kalangan menengah ke atas justru sekarang masyarakat menengah ke bawah yang lebih banyak mereka mengonsumsinya,” ujar Tity.

Dari riset yang dilakukan Tity bersama WITT setiap tahunnya jumlah perokok meningkat, untuk memerangi, menanggulangi, dan mengendalikan hal ini pengendalian rokok harus benar-benar diawasi secara bersama-sama.

Lebih jauh, Tity menjelaskan, “Kita bisa melarang untuk iklan-iklan karena di dunia ini Indonesia adalah negara terbesar nomor 3 mengonsumsi rokok. Untuk generasi mudanya untuk anak-anak di usia 10 tahun sudah merokok, SMP rata-rata dia sudah memenuhi zat lainnya lagi, mungkin contohnya dia mencoba dengan narkoba, ganja dan lain-lain,” jelas Tity.

Dengan demikian, WITT sangat berperan aktif untuk anak-anak bahkan pemula memberikan suatu penyuluhan kepada anak-anak generasi muda terutama di sekolah dengan tujuan anak-anak memahami akan bahaya merokok bagi kesehatan serta untuk ekonomi keluarga.

Dengan gerakan tersebut, WITT berharap pemerintah dan semua lapisan masyarakat bergandeng tangan serius memberikan motivasi yang baik. Menurut Tity, untuk penyakit yang diakibatkan oleh rokok tidak ditanggung BPJS.

Selain itu, Tity menjelaskan bahwa untuk mengurangi rokok dapat dipengaruhi oleh harga rokok yang meningkat yang standar dengan harga rokok luar negeri.

“Apabila rokok juga harganya meningkat, harganya juga setara dengan rokok-rokok di luar negeri, akhirnya masyarakat menengah ke bawah daya beli untuk rokok sehari 2 bungkus dengan rokok yang cukup mahal mungkin dia bisa mengurangi karena dari harga rokok yang cukup mahal sekali mereka tidak terjangkau,” jelas Tity.

“Karena kalau kita biarkan rokok di Indonesia terlalu murah apalagi dengan beli ketengan, anak usia berapa aja dia bisa beli, inilah yang mengakibatkan anak-anak Indonesia ini sangat rentan dengan tingkat pemakaian rokok yang setiap tahun kita menekan angka kematian, menekan anak-anak untuk memakai rokok, hal inilah yang wajibnya kita bersama-sama dengan pemerintah juga harus dapat menanggulanginya,” pungkas Tity. (Foto: dok. WITT)