KabariNews – Tidak bisa dipungkiri kalau kemasan makanan sekarang sudah jadi bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Buat sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memiliki kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

Berikut ini ada beberapa bahan kemasan makanan dan minuman yang perlu anda waspadai:

1. Bekas botol kemasan isi ulang
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai ulang botol plastik (botol kemasan isi ulang) dan meletakkannya di rumah atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik karena bahan plastik botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate atau PET) yang dipakai dibotol-botol ini mengandung zat-zat karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika Anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu dan harus diletakkan ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai berulang-ulang, jangan memakai botol plastik.

2. Penggemar sate
Anda penggemar sate? Jika ya, waspadalah! Setelah Anda makan sate, jangan lupa makan timun. Karena di dalam sate terkandung zat karsinogen (penyebab kanker) yang ikut setelah proses pembakaran. Untuk mensiasatinya, anjuran tepat bagi Anda penggemar sate adalah mengkonsumsi timun yang disertakan dalam acar untuk menu pelengkap sate yang berguna untu menurunkan kadar zat karbon hasil pembakaran.

3. Mi instan
Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan jika akan mengkonsumsinya lagi. Dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Dan menurut informasi dokter, tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut. Konsumsi mi instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker.

4. Bahaya dibalik kemasan makanan
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekedar bungkus makanan dan dianggap sebagai ’pelindung’ makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang kita cermat memilih kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

Bahan Kemasan Makanan yang Perlu Anda Waspadai

a. Kertas
Beberapa kertas kemasan dan non kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernafasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti : ginjal, hati, otak, saraf dan tulang.

Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pusat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa berakibat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan makanan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.

b. Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.