KabariNews – Mungkin jika membaca atau pun mendengar berita bocah umur 12 tahun menjadi seorang mahasiswa, rasanya tidak percaya. Namun, itulah kenyataannya. Cendekiawan Suryaatmadja atau yang akrab disapa Diki, menjadi buah bibir di publik Kanada. Pasalnya, Diki yang baru berusia 12 tahun ini, sudah menyandang mahasiswa berkat beasiswa yang ia terima. Diki Menjadi mahasiswa termuda di Kanada University of Waterloo.

Seperti yang di langsir The Record.com sebuah situs resmi di Waterloo. Terhitung mulai bulan ini, Diki mulai menimba ilmu akademiknya di kampusnya, dengan mengambil jurusan study fisika.

“Saya senang sekali, tapi sedikit gugup dengan transisi budaya” kata Diki.

Maklum, masih usia belia. Namun Diki tetap akan berusaha menghilangkan rasa cemas untuk mengejar impiannya. Diki juga terus melatih keterampilan bahasa Inggris secara otodidak.

Menurut keterangan Andre Jardin, ayah kandung Diki, perwakilan kampus yang mengurusi bidang penerimaan mahasiswa baru mengatakan, pengelola kampus turut bangga dengan Diki dan siap secara akademis membantu Diki. Tim penerimaan mahasiswa baru University of Waterloo, meluluskan berkas Diki. Mereka pun sempat kaget karena baru menyadari bahwa Diki masih berusia 12 tahun, setelah dinyatakan lulus seleksi. Namun hal itu bukan kendala.

Tentu sebagai orang tua Jardin tidak lepas tangan. Ia tetap  mendampingi sang putra dan memastikan dapat bersosialisasi seperti mahasiswa pada umumnya.

“Kami sebagai orang tua, ingin memastikan Diki dapat bersosialisasi dengan lingkungan barunya, serta memiliki pengalaman hebat dan sukses, seperti mahasiswa lainnya” ungkap Jardin.

Di Kanada, Diki akan tinggal di luar kampusnya, berbeda dengan mahasiswa lainnya yang mempunyai tradisi kebanyakan menetap di asrama kampus. Jardin akan menemani Diki, sembari bekerja.

Dari informasi yang dihimpun Kabari, University of Waterloo memiliki reputasi baik di Kanada. Times Higher Education, majalah yang spesifik meliput dunia pendidikan tinggi, menempatkan perguruan tinggi ini pada urutan 179 dalam daftar Universitas terbaik di dunia.

Diki, bocah kelahiran 1 Juli 2004 sudah tertarik bidang fisika sejak usia 9 tahun dan sejak itu pula dirinya berangan-angan menjadi Fisikawan termuda dan hebat. “Fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia” tutur Diki.

Diki memang bocah jenius, dengan IQ 189 yang ia miliki, kecerdasasan Diki sudah terlihat usianya terhitung bulan. “Umur 6 bulan sudah dapat bicara, meski cadel” Kata Hanny Ibunda Diki.

Saat usia dua tahun, Diki mulai lancar berhitung, terutama dalam operasi matematika tambahan dan pengurangan. Aktivitas menulis dilakukan Diki sejak usia 3 tahun. Di usia yang sama, Diki sudah menguasai operasi matematika perkalian dan pembagian. Kemampuan Diki, diiringi dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Diki sering membaca buku-buku milik kakak perempuannya yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan acapkali Diki melemparkan pertanyaan kepada orang tuanya yang sulit dijawab.

Pada usia 6 tahun, orang tuanya memasukan Diki ke bangku kelas 1 SD, kemudian karena dirasa mempunyai kemampuan lebih, pihak sekolah memasukkan Diki langsung ke bangku kelas 3. Setahun berikutnya, Diki dikirim oleh orang tuanya ke Singapura. Setelah 6 bulan berada di Singapura, Diki kembali ke Indonesia dan diterima di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kesatuan Bogor, Jawa Barat.

Sebelumnya, Diki menjalani serangkaian ujian paket B. Kala itu Diki tercatat menjadi peserta ujian akhir sederajat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada bulan Mei 2015, sebelum masuk ke SMA Kesatuan.

Di Indonesia, Diki mendapat bimbingan kurikulum khusus dari Prof, Yohanes Surya, yang mempunyai reputasi sebagai cendekia di Bidang fisika. Diki mendapat perlakuan khusus dan hanya perlu mengisi absen saat pelajaran fisika saja. Selanjutnya, untuk mata pelajaran lainnya, Diki cukup belajar di rumah dan melalui pendampingan dari Tim Prof. Yohanes Surya.

“Setiap hari saya belajar Ilmu fisika bersama guru (Surya University-red) selama empat jam. Sisanya saya belajar sendiri” ungkap Diki.

Ia juga kerap mengikuti Olimpiade Sains. Salah satunya pernah tercatat sebagai peserta Olimpiade Sains termuda di Kazakhstan 2016.