Ojek PayungHujan bukanlah hal menyebalkan, melainkan berkah bagi Adi. Ketika banyak orang merasa kesal dengan datangnya hujan yang tiba-tiba, tapi tidak bagi bocah 6 tahun ini. Adi bersyukur Tuhan masih memberinya rejeki di musim hujan, meski  sebenarnya ia pun kesal. Pasalnya kala hujan datang rumahnya pun bocor. Tapi ia tetap mensyukuri bahwa hujan adalah rejeki.

Bermodalkan payung ukuran besar, Adi siap menjemput penumpang yang membutuhkan jasanya. “Payung bu, murah cuma Rp 2.000” kata Adi menawarkan payung sewanya pada seorang ibu yang tengah berteduh di  depan sebuah toko. Setelah ada kesepakatan, Adi pun siap mengawal penumpang ke tempat tujuannya. Biasanya tidak jauh, hanya mengatar menyeberang jalan, sampai naik angkutan umum atau mengantar ke tempat yang lebih nyaman untuk berteduh.

Meski hujan lebat dan langit bergemuruh, Adi tak merasa takut. Ia mengaku senang bisa membantu orang sekaligus mendapatkan upah. “Senang aja, lumayan buat bantu emak uangnya” paparnya polos pada Kabarinews.com.

Bocah bernama lengkap Adi Pradana ini mengaku sudah satu tahun jadi pengojek payung. Awalnya hanya ikut-ikutan teman, tapi karena hasilnya lumayan besar ia pun ketagihan. Dulu jika tidak hujan Adi mengais rejeki jadi pengamen. Tapi ia sudah kapok, karena pernah terjatuh dari angkutan yang ditumpanginya. “Nih masih berbekas” katanya seraya menunjukan bekas luka dikakinya. “Kata emak saya ngga boleh ngamen di angkutan, nanti jatuh lagi. Ya saya sih nurut aja” imbuhnya. Kalau cuaca cerah alias tidak hujan, ia mangkal di pasar sebagai kuli angkat tas belanjaan.

Adi senang jika hujan datang tiba-tiba, karena ia bisa mendapatkan banyak pelanggan. “Kalau hujannya dari pagi, banyak orang sudah bawa payung dari rumah. Jadinya sepi deh. Kalau dadakan gini kan saya jadi banyak yang ngojek” paparnya. Pertengahan tahun ini Adi baru berencana  sekolah. Sambil menunggu tahun ajaran baru, Adi menyambi jadi tukang ojek payung, dan sebagian  dari pendapatannya disisihkan  untuk membeli perlengkapan sekolah, seperti seragam, buku dan sepatu.

Semangat meraih cita-cita

Anak yatim ini tak mau berpangku tangan, meski ibunya yang seorang buruh cuci kerap melarang Adi ‘berkeliaran’ di jalan. “Bapak meninggal dari saya masih kecil, jadi saya ngga pernah lihat bapak. Emak sering ingetin, jangan nyolong (mencuri, red), harus jujur, baik sama orang” ujarnya dengan wajah murung.

Di tengah perbincangan itu, Adi langsung pergi. “Sebentar ya mba, saya ada pelanggan”  katanya sambil beranjak pergi menghampiri orang yang membutuhkan payungnya. Tak berselang lama, Adi kembali lagi melanjutkan obrolan. “Mba ini siapa sih kok nanya-nanya saya” tanyanya polos.

Obrolan siang itu semakin larut, dan ia pun bercerita tentang kesehariannya pada Kabari. Tumbuh dan besar di jalanan membuatnya mengerti akan arti hidup yang sesungguhnya. “Kasian Emak kalo harus kerja banting tulang buat bayar kontrakan, makan sehari-hari. Saya kan cowok, jadi saya harus bisa jaga Emak” kata bocah yang bercita-cita jadi polisi ini.

Setiap hari Adi berdoa agar diberikan rejeki halal, bahkan terkadang dalam doanya ia selalu meminta pada Tuhan agar diturunkan hujan. Jika musim hujan namanya panen, begitu katanya. Di musim hujan Adi bisa mengantar lebih dari 20 orang penyewa payung. “Lumayan banyak Rp 40.000. Tapi kalau ngga hujan ya ke pasar bantu angkat belanjaan, upahnya Rp 1000 perak” tukasnya.

Pagi sebelum mencari rejeki di kawasan Pasar Pondok Gede, Bekasi, Adi menyempatkan diri untuk mengaji, di sebuah musholah yang tidak jauh dari rumahnya. Di sana ia bisa belajar mengenal tulisan Arab, menghafal huruf dan angka. Kegiatannya dilanjutkan pukul 08.00, ia berangkat ke pasar. Berbekal beberapa tas kresek yang dibawanya dari rumah, Adi menawarkan jasanya angkat belanjaan. Tak jarang ia hanya mondar mandir saja di pasar karena tak ada yang berminat menggunakan jasa angkatnya. “Kasian kali, sama anak kecil, masa disuruh angkat berat. Tapi saya kuat kok” katanya berkelakar.

Saya ingin pintar, saya mau sekolah, kalimat itu terus diulanginya seakan menjelaskan kalau dirinya juga ingin seperti anak-anak lainnya, bisa belajar dan mengenyam pendidikan tinggi untuk mencapai cita-citanya. “Kalau besar nanti saya mau senengin Emak, makanya saya ngga malu ngojek payung. Emak juga ngga malu, yang penting halal” paparnya.

Pernah sekali waktu Adi sakit akibat sering mandi hujan. Tapi  ketika sembuh, Adi tetap saja ngojek payung. Layaknya orang dewasa, ketika ditanya apakah ia tidak takut sakit karena sering hujan-hujanan, ia menjawab diplomatis. “Resiko kena hujan ya sakit. Tapi udah biasa. Minum obat ntar juga sembuh” jawab bocah kelahiran Bekasi, 4 April 2008 itu.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?63007

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan