KabariNews – Sosok Ibu pada zaman ke zaman mendapat tempat begitu mulia, dan itu bukan tanpa alasan. Bahkan pepatah surga ditelapak kaki ibu ternyata bukanlah omong kosong, paling tidak sebanding dengan pengorbanan sejak menetesnya air susu sampai ketulusan cinta kasihnya hingga di liang lahat. Dan itu berlaku tanpa terkecuali pada semua ibu dari segala kelas dan golongan.

Tepat pada hari ibu, kiranya tepat untuk berkunjung dan mengirim doa dipusara yang terawat oleh pelindung bangunan dan ornament artificial yang sengaja dirancang untuk (malah) tidak memberi kesan sakral/seram seperti makam-makam pada umumnya itu berdiri dengan asri dan anggun. Dari sejak gerbang pintu masuk sampai pendopo depan, pendopo tengah dan pendopo belakang dimana sang Ibu dimakamkan sekaligus menunjukkan rangkaian trah keturunan dinasmi Tjakraningrat yang pernah berkuasa di Madura Barat. Susunan bangunan makam di area Aer Mata ini bisa seakan menuntun ke-pusat makam utama, Ibu Rau Kanjeng Raden Ayu Syarifah Hambami. Peziarah tanpa dipandu akan menemukan rangkaian silsilah para dinasti andai saja mau mencermati nisan makam. Karena sejak dari pendopo depan, sampai pendopo belakang tersusun nama sekaligus silsilah para dinasti sampai kebelakang yang dianggap paling sepuh atau paling terdahulu. Bangunan bergaya joglo pendopo agung cukup megah. Terletak disebuah bukit didesa Buduran, kecamatan Arusbaya, pada ketinggian 19,35 diatas permukaan air laut poligon, tak jauh dibawah arah kanan mengalir sungai besar yang pada tahun 1981 masih menjadi jalur transportasi Bangkalan ke Gresik.

Baca artikel selengkapnya di Kabari Digital