tempeNilai dolar yang melambung terhadap rupiah membuat para pengerajin tahu dan tempe kwalahan. Bagaimana tidak, harga bahan baku kedelai impor dipastinya akan ikut meroket, pasalnya para pengusaha tempe melakukan transaksi menggunakan dolar untuk membeli bahan baku.

Pada diskusi ‘Evaluasi Swasembada Pangan (Gula, Kedelai, dan Daging) 2013 yang digelar Forum Wartawan Pertanian di Kementerian Pertanian (19/12), Sutaryo selaku Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu mengakui hambatan dan masalah yang tengah dihadapi para perajin tempe.  Kendati memberatkan perajin, namun produksi tempe dan tahu tetap berjalan. Alih-alih kehilangan mata pencaharian, para perajin tempe rela mendapat sedikit keuntungan. “Meskipun berat kami tetap produksi. Sebab kalau berhenti produksi malah akan kehilangan pendapatan” paparnya.

Menurut Sutaryo, penurunan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut akan berpengaruh terhadap kenaikan harga kedelai. Sebab mulai dari pembelian hingga ongkos pengangkutan kedelai sampai ke tangan perajin akan mengalami kenaikan.

Dari data terakhir BI, nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.191 per dolar AS. Nilai tersebut cukup tinggi, sehingga  meningkatkan harga  untuk beberapa sektor, termasuk harga kedelai. Kenaikan harga tentunya akan mempengaruhi harga tempe dan tahu di pasaran. Kendati demikian, para perajin akan tetap memproduksi, dan salah satu solusinya adalah dengan manaikan harga jual tempe dan tahu.

Ditambahkan Sutaryo, jika impor kedelai ditutup maka akan membahayakan produksi tahu tempe. Pasalnya kemampuan produksi kedelai nasional belum mencukupi, yaitu sekitar 850 ribu ton, sementara kebutuhan nasional mencapai 2,5 ton.

Untuk itu para perajin tahu dan tempe meminta peran serta pemerintah untuk menyingkapi masalah ini lebih serius. Karena jika impor diberhentikan sementara produksi kedelai lokal tidak mencukupi justru dapat merugikan perajin dan konsumen terpaksa tidak bisa menikmati tempe, tahu dan produk kedelai lainnya.

Apa kata konsumen?

Saat ini ketersediaan tahu dan tempe di pasaran masih terbilang cukup. Belum ada kenaikan harga dan masih mudah ditemukan, baik di pasar tradisional maupun supermaket. Namun harga tukar dolar terhadap rupiah yang terus melambung membuat sebagian ibu-ibu rumah tangga khawatir.

“Kalau bisa jangan naik. Semua kebutuhan pokok udah naik, masa tempe naik juga” papar Rosy. Hal serupa pun dilontarkan Yuni, ibu dua putra ini hampir setiap hari mengkonsumsi tempe. “Keluarga kami setiap hari konsumsi tempe sebagai pelengkap kebutuhan protein, nah kalau naik kita dapet gizi dari mana, karena harga  lauk lain daging, telur, ayam pun terus naik” keluhya.

Tak berbeda dengan konsumen, para pedangan tempe di pasar Pondok Gede pun mengeluh. “Ya kalau naik kasian kami, pelanggan pasti sepi” kata Ujang salah satu pedagang.

Akibat harga kedelai melambung di pertengahan tahun kemarin, tempe dan tahu sempat hilang di pasaran. Kelangkaan tempe dan tahu di pasaran terjadi karena para perajin tempe dan tahu mogok produksi akibat harga kedelai impor yang tinggi.

Untuk share artikel ini klik www.kabariNews.com/?60703

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Tip Top