Dibanding perang dunia pertama (1914-1918), perang dunia kedua (1939-1945) merupakan perang terluas yang pernah terjadi di muka bumi. Perang terjadi hampir terjadi di seluruh wilayah, dari Afrika, Timur Tengah, Eropa, sampai Asia Pasifik.  Dalam kurun waktu enam tahun saja,  korban tewas diperkirakan mencapai 50 juta orang.

Sejarah mencatat, Indonesia termasuk negara yang menjadi ajang pertempuran beberapa kekuatan perang dunia, terutama pasukan sekutu yang dipimpin AS melawan Jepang di Pasifik. Semua tentu ingat bagaimana Jepang dengan pasukan Kamikaze-nya  memporak-porandakan Pearl Harbor  pada 8 Desember 1941. Jauh sebelumnya Jepang sebetulnya sudah mengobarkan perang ketika menguasai China tahun 1931. Namun sejak penyerangan Pearl Habor itulah, babak sesungguhnya perang dunia ke dua di Asia Pasifik dimulai.

Kemenangan Jenderal Mc Arthur 

Dan bicara soal perang di Asia Pasifik, maka nama Jenderal Douglas Mc Arthur tak bisa dilepaskan. Dialah sosok yang memimpin pasukan sekutu (baca:Amerika) dalam usaha mengusir Jepang dari Asia Tenggara. Kekuatan Jepang saat itu betul-betul tangguh, wilayah Asia Tenggara seluruhnya sudah dikuasai.

Sebagai Panglima Wilayah Pasifik Barat Daya pasukan Sekutu, Jenderal Mac Arthur pun harus putar otak untuk melumpuhkan kekuatan Jepang. Ia berpendapat untuk melumpuhkan Jepang harus diputus nadi kekuatannya pada Pulau Luzon, Filipina. Maka markas Komando Sekutu dipindah dari Brisbane, Australia, ke Hollandia, yang kini dikenal sebagai Jayapura, Papua. 

Arthur berharap dengan strategi Loncat Katak (_frog leap_), melalui Biak dan Morotai yang ketika itu menjadi basis pertahanan pasukan Jepang, bisa merebut Filipina. Teknologi pesawat tempur saat itu, memerlukan titik-titik pengisian bahan bakar, diantaranya untuk merebut Biak yang diduduki oleh 11.000 tentara Jepang. Pasukan Dai Nippon tersebut bermarkas di goa-goa, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Ia pun lalu menunjuk sebuah pulau karang yang menurutnya sangat ideal. Pulau yang sepi terpencil, tidak jauh dari Biak, relatif landai dengan tekstur karang keras berpasir, dan menyimpan air tawar.  Pilihan jatuh pada Pulau Owi dan dengan target waktu gerakan pasukan Sekutu dari Papua Nugini ke Filipina harus tuntas di akhir tahun, maka pada Mei 1944 pasukan Zeni dari Sekutu dalam tempo satu minggu menyelesaikan tiga landasan pacu pesawat tempur di Pulau Owi. Hancuran karang ditebar, lalu disiram dengan air laut, maka menjadi landasan pesawat yang cukup keras.

Pembebasan Papua oleh tentara Sekutu berlangsung hanya kurang dari tiga bulan, dari April sampai Juli 1944. Kekuatan tentara Jepang sepanjang pesisir utara dan barat Papua tidak berdaya terhadap strategi perang “lompat katak”-nya Mc Arthur.  Sama seperti pasukan Jepang yang mulai masuk Papua dari Teluk Humboldt (sekarang Teluk Hamadi), Mc Arthur juga masuk Papua lewat teluk Hamadi. Kemudian pasukannya berjalan kaki melalui Danau Sentani dan terus naik ke atas gunung, dan akhirnya membuat markas besar di Bukit daerah Ifar Gunung. Dari sini Mac Arthur kemudian merebut  Sarmi, Sorong, Manokwari dan Fak-fak dari tangan Jepang.

Kedudukan tentara Sekutu di Papua dan sekitarnya semakin luas dan mendesak pertahanan tentara Jepang sehingga mereka lumpuh dan menyerah. Pada 6 Juni 1944, Jenderal Mc Arthur sukses menutup operasi militer ini dengan kemenangan.  Kemudian Papua oleh Jenderal Mac Arthur dijadikan sebagai: a) General Head Quarter of the South West Pacific Area (Markas besar Pasifik Barat Daya).b) Pusat Allied Air Forces (Angkatan Udara sekutu).c)Pusat Allied Land Forces (Angkatan Darat Sekutu), dan menjadi d). The US “7? Fleet Recreation Centre di Ifar.

Bukit Makatur dan Tugu Makatur

Papua memang menjadi saksi penting bagaimana sosok bertangan dingin Jenderal Douglas Mc Arthur menyiapkan berbagai strategi perang melawan Jepang di kawasan Pasifik. Lewat Papua, pasukan Sekutu berhasil menghancurkan basis Jepang di Pulau Luzon, Philipina. 

Kekalahan dari Mc Arthur itu tak dipungkiri menjadi titik nadir kekuatan Jepang sebelum ditutup serangan pamungkas sekutu, dua bom atom untuk kota Hiroshima dan Nagasaki.

Posisi Jepang yang terjepit dan sudah tak lagi memiliki daya setelah dihancurkan Mc Arthur di Pasifik dan dihantam dua bom atom sekutu, sedikit banyak memberi   peluang bagi Indonesia untuk merebut kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Menyoal sepak terjang Jenderal Mc Arthur di Indonesia, sampai kini masih terekam dengan baik. Di Pulau Owi tempat Jenderal Mc Arthur membangun 3 landasan pesawat tempur,  saat ini masih terlihat jelas, meski kondisinya sudah jauh berubah.

Di pulau Biak juga demikian, di pulau tersebut masih banyak ditemukan pesawat-pesawat tempur bekas yang  terkena ledakan, senjata-senjata yang digunakan tentara Mc Arthur hingga goa-goa tempat persembunyian tentara Jepang.

Namun jejak Jenderal Mc Arthur yang terkenal adalah bukit Makatur dan tugu Makatur. Oleh warga setempat, nama Mc Arthur memang sedikit berubah bunyi menjadi “Makatur”. Ini semua supaya mudah menyebutnya saja. Bukit Makatur adalah bukit yang diduduki Mc Arthur ketika pasukannya mendarat di teluk Hamidi, Papua. Di bukit ini Mc Arthur memutuskan membuat markas militer. 

Bukit  Makatur terdapat di daerah Ifar, dekat danau Sentani, Papua. Bukit itu kini menjadi kompleks milik Kodam XVII Cendrawasih TNI-AD. Seperti dahulu, dimana Mc Arthur membuat tangsi militer,  bukit Makatur sekarang adalah termasuk kompleks menembak tentara,  tak jauh dari Bandara Sentani.
Setelah berjalan sejauh 5 km dari pintu masuk, sampailah di lokasi puncak bukit Makatur dimana terdapat tugu Makatur setinggi sekitar 2 meter dengan gambar pedang dan anak panah.

Monumen ini merupakan simbol bangsa Amerika dan Angkatan bersenjata Sekutu yang berkuasa di Papua dibawah pimpinan Jenderal Mc Arthur pada Perang Dunia II. Dia dibangun untuk memperingati keberhasilan Jenderal Mc Arthur dengan sumpahnya yang terkenal “Saya akan kembali” yang dipahat pada kaki monumen.

Disana juga ada museum kecil yang memasang dokumentasi Mc Arthur baik berupa tulisan maupun foto. Ada foto pendaratan Mc Arthur di Papua dan jalur penyerbuan tentara Sekutu ke Jepang dan Philipina melewati Papua dari pusatnya, Pearl Harbor, Kepulauan Hawai.

Hingga kini jejak sang Jenderal legendaris Amerika tersebut masih terawat dengan baik di Indonesia. Terakhir, dalam puisinya yang berjudul _“Build Me Son”_,  sang Jenderal menulis kata-kata yang sungguh menggugah semangat dan motivasi, 

“Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high;
a son who will master himself before he seeks to master other men;
one who will learn to laugh, yet never forget how to weep;
one who will reach into the future, yet never forget the past…”

Happy fourth Of July…

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33299

Untuk melihat Berita Amerika / Amerika / Main Story lainnya, Klik disini

Untuk Tanya Jawab tentang Artikel ini, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Gihan Law Office