Selama 100 hari pertama sebagai presiden AS, Barack Obama seolah ingin menunjukkan betapa dia berbeda dengan para pendahulunya (white men) di Oval Office. Bukan cuma soal warna kulit, tetapi juga soal substansi kebijakan dan gayanya sebagai presiden.

Barack Hussein Obama adalah presiden Amerika pertama yang dapat disebut “COOL”

Hal ini, tentu saja, adalah subyek yang dapat diperdebatkan. Tetapi melihat bahasa tubuhnya seperti ketika berjalan, berbicara, mendengarkan, ekspresi kalimat hingga  caranya berpakaian, jelas dia memiliki sikap, irama, rasa humor dan selera kontemporer yang sangat menarik buat kalangan muda.

Sulit dibantah juga bahwa kebijakannya dalam mengatasi kekacauan di Wall-Street, pergeseran pasukan dari Irak ke Afghanistan atau dalam menyusun kabinet, kharisma pribadi Obama memegang peran untuk mendorong kebijakan politiknya.

Kenyataan dan kebenaran diinformasikan di depan (facts & truth be told), terus terang, style-nya adalah sesuatu yang berakar pada sesuatu yang sukar dipahami dan sulit untuk ditentukan. Murni dan sederhana, “it’s cool”.

Obama dianggap memiliki kesadaran (awareness) yang lebih daripada presiden-presiden sebelumnya. Dia putih dan dia hitam, dia elitis dan berangkat dari rakyat biasa. Dia tidak terbelenggu dalam perspektif yang kaku.  Dia juga mampu melintasi batas ras.

”Menjadi muda adalah cool, menjadi tua adalah kolot (old fashioned)” – karakteristik yang sangat penting. Obama memiliki kerangka berpikir yang modern dan sikap (attitude) yang menarik bagi kebanyakan kalangan muda. Ini mendorongnya menjadi panutan. Dia masih hijau, terbuka, dan easy going. Jika bicara sangat jelas dan mudah dimengerti, atletis dan tech-savvy juga sangat cerdas (extremely intelligent).

Kita lihat selama kampanye berlangsung, dengan segala pesona personalitasnya – selalu tersenyum, jaunty stride (easy,happily,carefree) dan bergaya hip hop – dia berhasil secara lincah melucuti para pengkritiknya, membuat pendukungnya terpesona.  Dan dia sanggup mengubah yang apatis menjadi antusias untuk memilihnya sebagai presiden.

Dalam kampanye “against the odds”, Obama tidak pernah kehilangan keseimbangan dan ketenangan dalam mendekatkan hubungan dengan para pemilih generasi baru sambil sekaligus mempertahankan pemilih lama.

Dia bisa bergaya bak profesor ketika menjelaskan program Health-care reform atau kebijakan politiknya di Timur Tengah. Tapi di sisi lain,  tanpa sungkan ia memohon agar dapat membawa BlackBerrynya ke Oval Office. Ini suatu pertanda, bahwa dia berniat untuk tetap berkomunikasi dengan abad ke-21. Sangat cool!

Sebagai penutup, saya kutip statement David Brook, penulis terkenal dari harian New York Times. David mengatakan  “Menurut pengamatan saya, pertama, sasaran yang dia ingin capai, saya pikir membuat banyak orang terinspirasi, karena mereka ingin perubahan. Kedua, melihat laki-laki ini, yang masih berusia 47 tahun, dengan pengalamam yang masih minim, tapi mampu menjalankan roda pemeritahan secara kompeten, pengorganisasian yang lancar dan efisien, aplikasi perencanaan yang sangat kompleks tapi berhasil dijalankan. Juga secara brilian dapat merekrut orang-orang yang sangat cerdas dan tepat pada tempatnya, Mereka melakukan semua itu dengan sangat intelligent dan sophisticated”. Pendeknya pragmatis, kompeten dan “COOL”.

Maka jadilah sikap “COOL”-nya ini menjadi sesuatu atau “it” faktor yang menonjol dalam perannya sebagai presiden AS.    (vincent lie)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33040

Untuk melihat Berita Amerika / Amerika / National lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket