Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bersama Kementerian Kehutanan Indonesia menggelar “Simposium Orangutan: Mendorong Upaya Konservasi Orangutan di Indonesia” di Jakarta. Acara ini bertujuan untuk memperkuat upaya bersama dalam melindungi orangutan dan habitatnya.
Simposium tersebut menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor publik, swasta, akademisi, dan organisasi konservasi, guna merumuskan strategi konservasi yang lebih efektif.
“Amerika Serikat berkomitmen melindungi spesies orangutan yang menjadi ikon Indonesia melalui kemitraan yang kokoh,” ujar Jeff Cohen, Direktur Misi USAID Indonesia. “Kami mengajak sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi nonpemerintah untuk bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia demi melestarikan populasi orangutan dan habitatnya.”
USAID telah menginvestasikan lebih dari 50 juta dolar AS sejak 2001 untuk mendukung pelestarian orangutan di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Amerika Serikat dalam mendukung pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, termasuk Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia. Hingga saat ini, program kemitraan USAID telah membantu melindungi sekitar 6,5 juta hektar habitat orangutan.
Indonesia menjadi rumah bagi tiga spesies orangutan: Pongo abelii (orangutan Sumatera), Pongo tapanuliensis (orangutan Tapanuli), dan Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan). Namun, keanekaragaman hayati ini menghadapi ancaman serius dari praktik tidak berkelanjutan dan perdagangan satwa liar ilegal.
“Pendekatan kolaboratif sangat penting dalam melindungi keanekaragaman hayati Indonesia,” ungkap Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan. Ia menegaskan perlunya strategi konkret yang melibatkan insentif inovatif untuk melindungi orangutan dan spesies lainnya.
Sumber Foto: Istimewa
Baca Juga:
- Kembali ke Panggung Java Jazz Festival 2025, Jacob Collier Tetap Memukau
- Lina Ve School, Wadah Bakat Anak dari Catwalk hingga Public Speaking
- Usung Tema “Love Story”, GWCE 2025 Hadir di Living World Alam Sutera
- Pisang vs. Pisang Tanduk: Mana yang Lebih Sehat dan Cocok untuk Anda?
- CintaMU – Ekspresi Spiritual Rucky Markiano dalam Tiga Versi Sakral
Prof. Jatna Supriatna, ahli biologi konservasi dari Universitas Indonesia, menyarankan pengembangan ekowisata sebagai insentif untuk melestarikan habitat orangutan. “Pariwisata berkelanjutan tidak hanya melindungi habitat orangutan, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal,” jelasnya.