Republik yang baru saja lahir dan dengan segala peristiwa yang mengiringinya, membuat Majalah Times mengangkatnya sebagai salah satu topik dalam edisi 23 Desember 1946. Bahkan mereka menampilkan Soekarno sebagai cover.
Soekarno
Cover itu menampilkan wajah Soekarno ketika sedang berpidato, ia berpeci hitam dan guratan gambar wajahnya begitu khas. Kuat serta berwibawa. Di belakang gambar Bung karno, tampak bendera Merah Putih tengah berkibar lengkap dengan tangan-tangan sedang yang dikepal.
Pada catatan cover yang ditulis oleh Robert Sherood itu, Soekarno digambarkan seorang pria Indonesia dengan tinggi badan 5 ft 8 in. Berwajah tampan dan pandai berpidato. Ia juga mendapat julukan si Kamus Indonesia. Topik yang diangkat majalah Time edisi 23 Desember 1946 ini selain mengungkap sosok Soekarno, juga mengulas tentang situasi Indonesia saat itu.
Soeharto
Dua puluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 15 Juli 1966, saat situasi politik di Indonesia sedang genting, majalah Time menampilkan gambar Soeharto sebagai covernya. Gambar pada cover itu menampilkan Soeharto mengenakan pakaian militer lengkap dengan topi berbintang satu. Soeharto tampak sedang tersenyum khas dan karena senyumnya itu, dia disebut The Smilling General.
Majalah Time edisi 15 Juli 1966 juga memuat artikel berjudul “Vengeance with a Smile” yang berisi ulasan situasi terakhir politik Indonesia pasca gerakan 1 Oktober 1965. dalam artikel itu disebutkan, Soeharto, sang Jenderal yang selalu tersenyum itu, berhasil melucuti kekuasaan Soekarno. Dikatakan, setelah rezim lama tumbang, maka munculah rezim baru di bawah kekuasaan Soeharto, pemegang Supersemar.
Yang menarik dicermati, dari kedua cover majalah tersebut, adalah betapa di dua kondisi tersebut, media Amerika memberi perhatian penuh terhadap perkembangan dan situasi politik Indonesia. Secara kasar, bisa saja perhatian atau yang ditulis media Amerika saat itu, merupakan gambaran kebijakan Amerika terhadap Indonesia.
Citra keduanya
Agak sulit disangkal bahwa pada edisi 23 Desember 1946 bercover Soekarno, Amerika jelas mendukung kemerdekaan Indonesia dan mendukung sosok Nasionalis sejati macam Soekarno. Sementara pada edisi 15 Juli 1966, tersirat Amerika menaruh harapan pada sosok Soeharto yang berhasil menggulung komunisme di tanah air. Meski judul artikelnya sedikit miris, “Balas Dendam Dengan Senyuman”.
Yang tak kalah menarik, jika kita menyimak situasi terakhir di Indonesia, yang tentunya juga melihat sepak terjang keduanya bagi republik, dua tokoh penting Indonesia tersebut bagai bumi dan langit. Terutama dari segi citra di mata rakyat Indonesia. Sampai sekarang masih sulit dibantah bahwa Soeharto menzalimi Soekarno dan terlibat intrik-intrik politik pasca gerakan 1 Oktober 1965. Hal itu yang membuat pencitraan keduanya sangat jauh berbeda.
Soekarno, di mata para pengikutnya dan kebanyakan masyarakat Indonesia, dianggap sebagai sosok negarawan, nasionalis dan pahlawan sejati. Nama sang proklamator begitu harum sampai kini. Sementara, Soeharto meski juga dianggap sebagai negarawan dan Bapak pembangunan, tapi sampai kini belum diakui secara resmi sebagai pahlawan bangsa. Menilik iklan Partai Keadilan Sejahtera di televisi yang menyebut Soeharto sebagai pahlawan saja, masyarakat langsung protes.
Soeharto juga pernah tampil sebagai cover majalah Time Asia yang menulis judul besar-besar Soeharto Inc, lengkap dengan gambar uang lima puluh-ribuan bergambar Soeharto sedang tersenyum pada edisi 24 Mei 1999. ( foto: Time Magazine)
Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?32375
Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini
______________________________________________________
Supported by :