Setelah tertunda dua kali, Presiden Barack Obama akhirnya mengunjungi
Indonesia awal November 2010. Kunjungan tersebut menimbulkan pertanyaan
apakah akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Sebagai presiden dari negara Adidaya, kunjungan Obama memang selalu
memiliki potensi peningkatan ekonomi di negara yang dikunjunginya.
Sebelum tiba di Indonesia, pihak Gedung Putih telah memberikan pengantar
bahwa pemerintahan Obama menjanjikan pendekatan yang lebih damai dengan
mengutamakan persahabatan dan dialog.

Selain itu, kunjungan ke Indonesia jelas memberikan sinyal bahwa
pemerintahan Obama memandang penting posisi Indonesia sebagai negara
muslim terbesar di dunia dengan kehidupan demokrasi yang berkembang
pesat.

Sayangnya sinyal ini memang terkesan menititikberatkan hanya kepada
diplomasi politik, bukan diplomasi ekonomi. Dengan asumsi, Obama memilih
lebih lama berkunjung ke China, India dan Korea Selatan ketimbang ke
Indonesia yang hanya dua puluh jam.

Bagi sejumlah pengamat ekonomi, ini dinilai sebagai kegagalan diplomatik
Indonesia yang diakui maupun tidak, nampak lebih sibuk menyambut Obama
sebagai sosok selebritis. Dielu-elukan, dipuja-puji, yang akhirnya
menjadi cerita seputar bakso dan nasi goreng saja.

Padahal sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia dengan
kemampuan bangkit dan bertahan dari krisis, Indonesia seharusnya lebih
percaya diri di hadapan pemerintahan Obama.

Kalau perlu todong mereka dengan sikap gentleman, bagaimana
Amerika membuka diri dan lebih ‘ramah’ akan produk ekspor Indonesia,
bagaimana agar produk perikanan Indonesia tidak ditolak di Amerika, atau
bagaimana membuat aturan perdagangan yang tidak mempersulit masuknya
barang Indonesia. Demikian keinginan sejumlah pelaku usaha.

Namun, patut diakui pula Amerika merupakan negara sangat penting di mata
Indonesia. Jadi barangkali pemerintah mengambil sikap hati-hati dalam
menyampaikan agenda ekonominya

Kementerian Perdagangan mencatat, nilai investasi Amerika Serikat di
Indonesia, hingga kuartal kedua tahun 2010 sebesar US$ 871 juta. Jumlah
ini meningkat secara sangat berarti dibandingkan periode yang sama tahun
2009 yang hanya US$171 juta.

Nilai investasi ini diperkirakan akan meningkat hingga US$ 1 miliar
pada penghujung tahun 2010 dan diharapkan meningkat lagi pada tahun
2011.
Tahun ini kedudukan investasi Amerika di Indonesia juga meningkat tajam,
yakni menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Jepang dan China.
Padahal pada tahun 2009 hanya menempati peringkat tujuh.

Tahun 2009 memang bisa dianggap tahun lesu perekonomian Indonesia-Amerika yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Amerika.

Di tahun 2009 pula sejumlah komoditas Indonesia mengalami masalah di Amerika mulai dari tuduhan masalah dumping pengiriman udang _illegal_dari China, hingga dilarangnya rokok tembakau buatan Indonesia di Amerika.
Namun tahun tahun 2010, nilai perdagangan kedua negara mengalami peningkatan yang cukup tajam.

Sampai Oktober 2010 nilai perdagangan Indonesia-Amerika mencapai US$
21 miliar. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, nilai
tersebut belum benar-benar mencerminkan potensi perdagangan
Indonesia-Amerika sesungguhnya. “Masih bisa dipacu lagi,” katanya di
Jakarta, Selasa, 9 November 2010.

Comprehensive Partnerships Agreement Indonesia-Amerika

Selain “pulang kampung”, agenda Obama di Indonesia salah satunya adalah menandatangi Comprehensive Partnerships Agreement (CPA)Indonesia-Amerika.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, mengungkapkan bahwa pembicaraan CPA
sudah dimatangkan dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Marty
Natalegawa dan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton akhir Januari
lalu.

Menurut Faizasyah, CPA itu memuat kerjasama
bilateral multi-sektor yang akan menjadi payung kerja sama bilateral
kedua negara menjadi lebih erat di berbagai sektor, mulai dari kerjasama
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan politik keamanan.

A. Bidang Politik Keamanan

Amerika mendukung penuh posisi Indonesia dengan sistem pemerintahan
demokrasi dan ideologi kapitalisme beserta turunannya dalam setiap
kebijakan pemerintah. Amerika juga menginginkan Indonesia menjadi
penggerak demokratisasi di wilayah Asia Tengggara. Soal kontra
terorisme, pemerintah Obama juga menyebut ini bukan perang terhadap
Islam.

B.Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Amerika dan Indonesia akan lebih erat menjalin kerja sama ekonomi di
berbagai bidang secara komprehensif dan menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam CPA ini Amerika juga memandang penting
keberadaan Indonesia sebagai penyangga kekuatan ekonomi Asia Tenggara
yang saat ini dibombardir China.

C.Bidang Sosial-budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada bidang ini diarahkan pada peningkatan pertukaran pelajar, dosen dan
mahasiswa. Selain itu disebutkan pula akan ada peningkatan kerjasama
dalam penelitian, pengetahuan, dan teknologi. Amerika berjanji membuka
luas pintu untuk alih teknologi ke Indonesia.(yayat)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36065

Untuk

melihat artikel Utama lainnya, Klik
di sini

Klik

di sini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon

beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported

by :