KabariNews  – Anda pecinta masakan pedas? Hmm, sepertinya Anda perlu mencoba rekomendasi menu Kabari yang satu ini.

Dibilangan Bekasi ada sebuah kedai yang menawarkan masakan ekstra pedas. Tidak neko-neko, masakan di kedai milik H Achmad Soleh (60) ini hanya menyediakan masakan bebek goreng pedas. Sederhananya disini Anda hanya bisa memesan masakan bebek goreng lengkap dengan sambal ektra pedasnya.

Satu porsi nasi bebek harganya Rp 20.000, harga relatif murah untuk satu porsi bebek dengan bumbu sambal khas pedasnya, sepiring nasi dan tentu senyum si pelayan.

Siap menyantap pedas? Anda pun ditantang siap berkeringat saat menyantapnya. Rasa cabai mendominasi masakan, bebeknya gurih, empuk dan yang terpenting lagi tidak berbau amis. Pedasnya luar biasa, rasanya istimewa, baru sesuap nasi dengan potongan daging bebek rasanya keringat sudah membanjiri kepala.

Icip-icip bebek sampai ke Bekasi

Penasaran kedahsyatan bebek dibilangan Pekayon, Bekasi, ‘Kabari’ pun mencoba menghampiri kedai yang terletak tidak jauh dari Pintu Tol Bekasi Barat. Ditemui di kedainya (29/3), Achmad menuturkan bahwa bebek goreng buatannya berasal dari resep nenek moyangnya di Bangkalan, Madura. Bumbu masak yang digunakan juga terbilang minim, hanya cabai merah dan rawit, bawang merah, bawang putih, dan garam.

Achmad mengaku kurang paham dengan urusan dapur, untuk itu ia menyerahkan sepenuhnya kepada istri dan putri keduanya Khoriah. Menurut Khoriah, pengolahan bebek goreng sangat sederhana. Bebek sebagai bahan utama masakan dipotong, lalu dicabuti bulunya terlebih dahulu baru dibakar dengan kayu bakar, selanjutnya bebek yang sudah setengah matang dipotong-potong dan direbus selama dua jam. “Setelah direbus baru bebek digoreng,” ujarnya.

Ditambahkan Khoriah, saat menggoreng daging bebek, bumbu baru dimasukan. “Bebek digoreng dengan minyak selama satu jam sampai rasa pedas dan asin tercampur ke dalam daging” paparnya.

Berbeda dengan warung bebek pada umumnya, di kedai ini bebek yang digunakan jenis mentok, alasannya mentok berdaging lebih tebal di banding bebek biasa. Satu ekor mentok dipotong jadi 28 bagian. Dalam sehari kedai ini dapat menghabiskan sekitar 160 ekor mentok dan 50 kg beras. Jumlah yang luar biasa, jadi jangan heran kalau sejak pukul 08.00 – 21.00 kedai ini ramai pelanggan.

Kesuksesan ini tidak sertamerta diraih Achmad begitu saja. Puluhan tahun Achmad mencoba peruntungan dengan berbagai usaha, mulai jadi kuli kayu, jual beli besi tua sampai bekerja di pelabuhan. Semua ia lakukan untuk keluarga. “Demi tanggungjawab kepada keluarga, apapun saya kerjakan” ujarnya.

Namun bertahun-tahun merantau kesuksesan tidak juga datang. Tapi pria asli Madura ini tidak pesimis, ia mencoba peruntungan dengan membuka usaha kecil warung masakan khas Madura. Tidak bertahan lama, lagi-lagi usahanya bangkrut. Ia masih bisa bertahan dan terus berusaha sampai akhirnya ia mendapat ide untuk menjual masakan yang belum pernah ada di wilayah Bekasi. Pilihan jatuh pada Bebek Goreng Pedas

Ayah lima anak ini tidak kenal kata menyerah, baginya usaha dan berdoa adalah senjata yang paling ampuh untuk meraih kesuksesan. Sukses memang selalu menghampiri orang yang tidak pernah berhenti memeras keringat dan air mata, ini adalah kejadian nyata yang pernah dialami Achmad. Pada tahun 1998, Achmad dan istri bertekad untuk mulai berjualan bebek goreng. Dimulai dari satu ekor mentok, dagangannya tidak laku, keesokannya ia coba lagi dua, tiga dan seterusnya.  “Awalnya nggak laku, ya kita makan sama-sama keluarga. Yang penting usaha, besok dicoba lagi, sampai akhirnya bertambah” paparnya.

Selama tujuh tahun, Achmad mengalami pasang surut dengan dagangannya. Tapi ia tidak juga menyerah, sampai akhirnya pada 2004, masakan khasnya mulai dikenal banyak orang. Tidak disangka kabar mulut ke mulut membuat
kedainya makin ramai, tak hanya pelanggan kalangan biasa saja, artis sampai pejabat pun pernah merasakan bebek goreng pedas miliknya.

Rumah Makan Ella Spesial Bebek Goreng Pedas makin terkenal dan setiap hari ramai. Inilah buah kesabaran Achmad, ia mengaku beruntung dan bersyukur. Kini usaha kedai ini dijalankan oleh keluarga dengan 22 karyawan yang semuanya masih famili.

Nama Ella diambil dari nama cucu pertamanya yang bernama Nurlela “Mungkin karena saya terlalu mencintai cucu pertama saya, makanya saya beri nama warung ini Ella” ungkapnya sambil tersenyum.

Pria yang tidak pernah mendapatkan fasilitas kredit bank dan tidak mengenyam pendidikan tinggi ini memang pekerja keras yang ulet. Jatuh bangun di usaha kayu dan logam besi tua tidak menyurutkan semangatnya untuk meraih kesuksesan dengan usaha ke rumah makan. Bahkan kini anak-anak berhasil menyelesaikan kuliah di perguruan tinggi swasta dan meraih gelar sarjana.(P2t)