Bermain adalah kegiatan yang tujuannya memperoleh kesenangan. Semua orang perlu bermain, baik tua maupun muda

“Demi masa depan anak !”
Kalimat itu sering terucap dari mulut orangtua yang “menjejali” anaknya dengan berbagai kursus dan les. Waktu anak bermain berkurang drastis. Setiap hari anak dipaksa untuk belajar dan belajar. Para orangtua umumnya berteori, belajar adalah satu-satunya cara agar anak menjadi pintar,jika main terus maka anak tidak pintar-pintar. Jika kepintaran yang dimaksud adalah kepintaran akademis, seperti membaca dan berhitung,teori itu tidak salah. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan sekedar rumusan angka atau huruf. Kehidupan menuntut juga kepintaran berkomukasi, memahami pandangan orang lain, mampu membuat keputusan tepat, atau bersosialisasi dan berorganisasi. Hal demikian tidak didapatkan hanya dengan kursus atau les, melainkan dari kegiatan bermain.

Bermain memiliki esensi berupa rasa gembira,lepas dari segala beban, bebas memilih, serta bebas berekspresi. Dengan bermain anak akan menumpahkan segala ekpresi, pengetahuan dan pemahamannya terhadap dunia. Bukan hanya itu, ia juga mengekspresikan hal-hal yang ia rasakan, seperti rasa sayang kepada binatang, atau rasa cinta kepada orangtua.

Dalam banyak literatur kesehatan disebutkan bahwa bermain dapat digunakan sebagai alat terapi,mempengaruhi perkembangan jiwa serta mampu meningkatkan intelegensia anak.

Kegiatan bermain dapat dibagi menjadi dua, aktif dan pasif. Permainan aktif ialah permainan yang melibatkan tubuh dan otak.Bergerak simultan bersama, seperti permainan spontan, sandiwara,bermusik, atau bermain bola. Sementara permainan pasif, fungsi otak lebih dominan ketimbang tubuh. Seperti game komputer, catur, atau menggambar.

Para psikolog mengatakan, tidak ada alasan bagi orang tua untuk melarang anak bermain. Bermain adalah bagian dari proses pertumbuhan. Bermain tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia. Dan dalam setiap manusia pasti ada dorongan untuk bermain guna memperoleh kesenangan.

Orangtua harus bertindak bijak. Misalnya, membiarkan anak punya waktu bermain yang cukup dibarengi dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk terus belajar. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua dalam membimbing anak bermain :

1. Selipkan jadwal bermain di sela-sela kesibukan belajarnya yang padat
2.Ikutlah bermain dengan anak sesekali, pahami dirinya sekaligus amatilah tingkah lakunya dalam bermain. Dengan begitu, orangtua mengetahui apa yang diinginkan dan dirasakan anak.
3. Memberi dukungan kepada anak untuk memilih atau menyenangi sesuatu dalam permainan. Namun, jangan ragu katakan “tidak” atau “jangan” jika apa yang ia perbuat merugikan orang lain, berbahaya, atau tidak sopan.
4. Awasi dan bimbing tanpa perlu bersikap protektif. Secara halus hindari anak bermain dengan orang-orang yang membawa dampak buruk pada dirinya. (disarikan dari berbagai sumber/Yayat)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31211

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari April 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Photobucket

Lebih dari 100 Perusahaan Asuransi di California.

Asuransi Mobil, Kesehataan, Gigi, Bisnis, Jiwa.

Bisa dapat Premium Online Sekarang…..

Klik www.GreatPremium.com Sekarang

Telpon 1-800 281 4134            Email  Info@thinkapril.com