Anda pasti pernah nonton American Idol, bukan? Mengikuti
acara hiburan di Pasar Senggol Amerika di Los Angeles, 17 April lalu,
terus terang saya langsung teringat kalimat populer kontestan American
Idol yang lolos audisi, “I am going to Hollywood …”.

Ternyata tidak sedikit bintang muda Indonesia menunjukkan kebolehannya
di Pasar Senggol L.A. Pendek kata, tidak perlu menerbangkan artis dari
tanah air. Mungkin ini karena L.A. identik dengan Hollywood, pusat
entertaintment dunia. Dan, orang Indonesia berbakat pun pada betah
ngumpul di sana.

Tetapi, jangan keliru, ini di Pasar Senggol, acara komunitas
Indonesia di Amerika. Ada bazar unik makanan khas dan bisnis orang
Indonesia serta acara hiburannya. Dan ini kali pertama digelar di L.A.
Event yang bermula di San Francisco di tahun 2004 ini bercita-cita
menyatukan semua insan Indonesia tanpa pandang bulu. Dari kita, Oleh
kita dan Untuk Kita. Karenanya bersemboyan “Bersatu kita makan” (United
We Chow).

Suasana Indonesia langsung terlihat di panggung acara dalam gedung
gymnasium di Upland, CA, tempat digelarnya PSLA
2010. Di panggung memang ada backdrop besar berupa lukisan logo Pasar
Senggol Amerika dengan bendera merah putih dan bintang strip karya
Albert Mambou. Kesan Indonesia itu makin kental dengan aksen garland
kain Bali bermotif bunga warna merah dan emas.

Tanpa pesan sponsor, acara hiburan PSLA
2010 dipandu oleh trio-star host, Mario Bororing, Amron Paul Yuwono dan
Tania Gunadi. Mario adalah MC yang dikenal banyak kalangan di L.A..
Amron adalah bintang film yang terlibat di film “Eat, Pray and Love”
bersama Julia Roberts dan juga ikutan di film “Milk” bersama Sean Penn,
serta pernah menjadi penata rias di Gedung Putih selama Pelantikan
Obama. Dan, Tania Gunadi adalah bintang film di Serial Disney Channel
“Aaron Stone” yang berperan sebagai Emma. Penampilan trio host yang
berbeda ini mau tidak mau menarik fans nya masing-masing, terutama Tania
Gunadi yang ke mana-mana dikejar-kejar penggemarnya untuk tanda tangan
dan foto.

Selama acara, ketiga host ini kadang muncul solo dan sering muncul
bersama bertukar obrolan. Termasuk ngobrol soal Susu Tante (Sumbangan
Sukarela Tanpa Tekanan) buat Panti Asuhan Roslin di Kupang. Kadang,
Amron nyerocos Bahasa Jawa dan yang tidak disangka-sangka, disambut
dengan Bahasa Sunda oleh Tania Gunadi, serta disambut senyum-senyum oleh
Mario. Untunglah, mereka bertiga berbahasa Indonesia, meski ada
gado-gado Inggrisnya. Ini seperti semangat Pasar Senggol kita.
Berbeda-beda, tetapi satu Indonesia adanya.

Mengawali acara hiburan, tampil Band ABG
lokal dengan nama Clarity Band. Band Anak yang anggotanya paling muda
berusia 8 tahun ini memukau pengunjung pasar dengan lagu pertama mereka,
“I will Survive”. Lagu disco Gloria Gayner yang terkenal ini dibawakan
apik oleh Jesse Tirayoh dan kemudian diiringi permainan cantik saxophone
dari David Tirayoh. Menariknya, lagu-lagu pop Beatles, Wham, dan
Michael Jackson yang dibawakan band anak ini justru menghibur kalangan
dewasa.

Menyusul berikutnya adalah Eko Funke dengan tarikan suara dan
permainan gitar beraliran funk rock yang memikat fans-nya. Eko Funke
pernah menjuarai band terbaik di L.A. di tahun 2008.

Perlu dicatat juga kebolehan Alfred Weliyanto. Mahasiswa Musician
Institute di Hollywood ini penuh vitalitas dan energi membawakan
lagu-lagunya. Dengan menyandang gitar dan bertepuk tangan, bintang muda
ini mengajak pengunjung untuk mengikuti beat dan irama sejumlah lagu,
termasuk lagu R&B “Closer” oleh Ne-Yo. Alfred berharap akan merilis
albumnya sendiri, yang diproduksi oleh George Dunn, produser sekaligus
penabuh drum untuk David Achuleta, finalis American Idol.

Dari lagu pop Amerika, Funk Rock, R&B, sampailah pengunjung Pasar
Senggol ke lagu pop Indonesia dan dangdutan. Disinilah tampil 4 dara
muda dengan iringan Toma Production Band yang dikomandani Troy
Tetelepta.

Melissa Himawan membawakan sejumlah lagu, termasuk lagu dangdut Cici
Paramida yang berjudul “Wulan Merindu”. Tanpa ragu, Icha mengajak dua
pengunjung berjoget bersamanya di atas panggung. “Bawalah diriku o
sayang … Bahagia selamanya”, begitu bait terakhir lagu ini, sembari Icha
melakukan goyangan dahsyat seperti layaknya penyanyi dangdut Indonesia.
Bintang yang pernah belajar di Bina Vokalia ini menunjukkan penguasaan
vokalnya yang mantap bersama Gabriela Panjaitan ketika menyanyi
“Begitulah Cinta”.
Setelah dangdutan dan goyangan maut, terdengarlah suara merdu Liza
Tambingon. “Saya nervous banget, latihan cuma sekali”, ungkapnya.
Tetapi, begitu lagu Vina Panduwinata “Ternyata aku makin cinta”
dilantunkan, penonton histeris riuh rendah dan bersorak-sorai terbuai
menikmati olah vokalnya.

Pengunjung Pasar Senggol masih dimanja lagi dengan dangdutan lewat
lagu “Terajana” oleh Linda Tumboimbela. Murid alm. Pranajaya ini tampil
dengan rok biru dan boot biru menyala. Gaya panggung dan cletukannya
yang komunikatif merayu penonton untuk bergoyang. “Dangduut terus”,
katanya. Ajakan Linda ini ternyata dibalas antusias. Tanpa sungkan, para
penonton pun langsung turun melantai di saat Linda mendendangkan
Poco-Poco. Uniknya, syair Poco-Poco ini diselipi syair lagu country
Billy Cyrus, “Acky Breaky Heart”.

Berada di puncak acara adalah penampilan Meeghan Henry, penyanyi
remaja Indonesia Amerika yang April lalu baru merilis single pertamanya,
“When I’m 18”. Lagu energik ini dinyanyikan dengan koreografi
bersemangat. Dan yang tidak kalah meriahnya, Meeghan menggebrak lagi
penonton Pasar Senggol dengan lagu “Dance with me”. “Da da dance with me
… Da da dance with me”. Penonton di deretan depan pun histeris karena
berebutan kaos dan CD gratis dari Meeghan Henry.

Dengan rentetan acara Pasar Senggol L.A. sekitar 5 jam hampir tanpa
jeda ini, tidak heran jika orang merasa puas. Apalagi, ada berbagai
makanan Indonesia di arena Pasar Senggol Amerika. Dari Rendang Padang,
Sate Ayam, Nasi Jaha, sampai Asinan Salak. Bahkan, penonton disuguhi
bonus kehadiran Sophia Latjuba, artis dan bintang Indonesia yang
sekarang bermukim di L.A.

Andapun bertanya siapa gerangan orang belakang layar yang paling
bertanggung jawab menggodok susunan acara hiburan dan mengajak para
bintang muda tampil di PSLA 2010 ini?
Jawabnya: Lisa Tungka-Feinstein bersama timnya! Bravo! Dan, tentu saja,
berkat dukungan penuh para vendor PSLA, para
voluntir IPRF, komunitas Indonesia di L.A. dan
majalah Kabari.

“Top acaranya,” begitu ungkap Marlon Pesolima dan Poltak hampir
bersamaan di tengah meriah suasana Pasar Senggol.

“Saya kira acara ini penting sekali untuk hubungan L.A. dan S.F.”,
ungkap Bucek Lie, seorang aktivis masyarakat Indonesia di L.A.,
mengomentari kerja bareng tim PSLA 2010 dari
Los Angeles dan San Francisco.

“Ini positif sekali. Kalau bisa kumpul-kumpul masyarakat Indonesia
seperti ini diadakan setahun sekali”, kata Johny, satu pengunjung PSLA 2010.

(magenta)

Untuk share
artikel ini klik www.KabariNews.com/?34918

Untuk melihat Berita Amerika / Amerika / Exclusive lainnya, Klik
disini

Klik disini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon
beri nilai
dan komentar di bawah
artikel ini

_____________________________________________________

Supported

by :