KabariNews – Siapa yang tidak kenal burger, makanan asal Eropa ini memang sudah merakyat, bahkan hampir di semua negara dapat ditemukan makanan jenis sandwich ini. Mulai dari restoran berbintang sampai warung kaki lima, burger sudah populer terutama dikalangan anak-anak dan dewasa. Rasanya yang enak dan mudah dinikmati dimana saja dan kapan saja menjadikan makanan ini cocok bagi masyarakat kota.

Cara baru makan burger

Umumnya burger disajikan di kertas dan piring, tapi kali ini ada yang beda, burger disajikan dalam batok (tempurung) kelapa dengan cita rasa yang berbeda. Tidak hanya pada penyajiannya saja batok kelapa diandalkan, awalnya batok kelapa pun digunakan untuk memproses pembakaran daging. Batok kelapa digunakan untuk menutupi daging saat dipanggang. Cara ini dilakukan agar daging dapat terasapi dan membuat rasanya lebih khusus. Namun karena memakan waktu pengolahan lebih lama (sekitar 12- 15 menit), untuk mempersingkat penyajian kini batok kelapa hanya digunakan untuk tempat penyajian burger agar lebih menarik dan terkesan tradisional. Selain itu, burger bersama batok dimasukkan kedalam mesin pemanas selama 30 detik. Hasilnya, burger menggugah selera.

“Awalnya kita membakar tetap menggunakan batok kelapa, namun karena makin banyaknya pelanggan dan prosesnya juga memakan waktu lebih dari 10 menit, jadi kami putuskan untuk membakar biasa, tapi rasa dan aroma
khas Indonesia masih melekat kuat, karena isiannya tetap kami setarakan dengan lidah pribumi” jelas Indriasari sang pemilik.

Yang unik disini, rasa burger batok beda dengan burger pada umumnya, karena selain menggunakan sayuran asli Indonesia yaitu mengganti daun selada dengan daun kol yang diiris tipis ditambah mentimun dan tomat lokal. Sausnya dibuat khas disesuaikan dengan lidah orang Indonesia, yaitu asam manis, tidak seperti burger pada umumnya yang rasanya lebih gurih. Harganya bisa terjangkau ,satu porsi hanya Rp 12.000. Kalau ditambah dengan keju, harga menjadi Rp 13.000.

Batok yang digunakan tidak sembarangan, yaitu batok pilihan yang sudah diukir dan dibentuk khusus langsung dipesan dari pengrajin di Yogyakarta. Bahkan setiap enam bulan sekali seluruh batok diganti dengan yang baru.

“Selain rasa, kami juga mengutamakan kualitas dan kebersihan, batok setiap enam bulan diganti dengan yang baru” kata Indri kepada Kabari.

Di kedai milik Indriasari yang terletak di Jl Swadaya no 22 Kalimalang, Jakarta Timur, kesederhanaan sangat khas disini. Banyak ornamen tradisional yang menyejukkan mata, mulai dari kursi yang terbuat dari bambu dan rotan sampai dengan poster besar Punakawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong). Ada bermacam gambar kesenian tradisional khas Indonesia, mulai dari angklung, penari Bali, kuda lumping, sampai wayang kulit terpapang besar menghiasi sisi-sisi tembok.

Kedai ini pun berani memasang moto dengan tulisan “Punya Indonesia Pasti Lebih Nikmat”. Bahkan ada lagi yang lebih nasionalis, ‘Terima kasih telah membeli produk lokal dan menyelamatkan rupiah agar tidak pindah ke negara lain’. Ini merupakan salah satu cara pemilik kedai. Indri sengaja menggunakan banyak unsur tradisional, karena ia ingin mengajak para pelanggan khususnya mereka generasi muda agar lebih mencintai dan peduli dengan produk dalam negeri.

Kedai burger batok dirintis hampir tiga tahun. Awalnya, Indriasari dan Emanuel Agung suaminya mencoba peruntungan dengan membuat kedai mini yang ingin menyajikan makanan dan masakan ala Indonesia. Sebelumnya pasangan yang telah dikaruniai dua anak ini sudah memiliki usaha kecil katering, dan dari sinilah mereka berangkat, sejak 8 Maret 2009 bermodalkan uang Rp 70 juta dengan menu utama burger batok. Indri dan suami berhasil mengembangkan usahanya itu sampai hari ini.

“Hari biasa hasil kita Rp 700.000, kalau akhir pekan kira-kira Rp.1 – 1,5 juta, ungkap wanita yang kini tengah mengandung anak ketiganya.

Dari yang unik sampai aneh ada disini

Selain burger, kedai ini juga menyediakan berbagai menu dengan nama yang tak kalah unik, misalnya saja “mie panas ningrat”, disebut ningrat karena mi godok ini ‘naik tahta’ sebab pada umumnya disajikan di piring, tapi di kedai ini mi disajikan menggunakan hotplate. Ada sup keling, nasi goreng rakyat atau nasi goreng ‘ndeso’ biasa
ditabur kol dan sayuran, opak keputren dan masih banyak menu lainnya. Semua menu harganya bisa terjangkau.

Minumannya juga tak kalah lucu namanya. Ada “teh mbaurekso”, teh poci khas Slawi ini disajikan bersama dengan gula batu dan diaduk dengan kayu manis untuk menambah keistimewaan rasanya. Ada juga “kopi kuwalat”, namanya sedikit seram tapi unik. Kopi ini disebut kuwalat karena disajikan dengan posisi gelas terbalik, dimana bibir gelas menempel pada tatakan (beralaskan piring kecil, red). Cara minumnya pun unik, karena gelas terbalik, terpaksa minumnya pun dengan sedotan yang sudah diselipkan terbalik juga. Selain dua minuman unik tersebut, banyu biru, jaka tarub, tumenggung, tawangmanggu, bir pletok, dan teh jeniper alias teh jeruk peras juga bisa jadi minuman pilihan.

Macam-macam nama unik dan menggelitik nampaknya mampu menarik rasa penasaran pengunjung yang tertantang untuk mencoba, misalnya saja Nina (17) pelajar yang sering mampir bersama teman-temannya ini mulanya tertarik karena ingin tahu dengan menu unik di kedai ini.

“Awalnya cuma mampir, kok merasa ada yang beda disini. Tapi begitu dicoba ternyata enak rasanya, unik seperti namaya. Tempatnya juga seru buat nongkrong. Disini harganya juga cocok buat kantong pelajar” tukasnya.

Sambil menikmati penganan, pembeli bisa menikmati ‘kenyelenehan’ yang lain lagi. Bahkan mungkin bisa senyum-senyum sendiri saat membaca aneka poster dengan kata-kata jenaka di kedai ini.

Tidak hanya menunya yang beragam, kedai ini juga memiliki program tantangan. Bagi Anda yang sanggup makan empat buah burger dalam waktu empat menit, maka uang Anda akan dikembalikan tiga kali lipat. Belum lagi bagi pembeli yang berulang tahun bisa dapat satu piring gratis burger batok. Sungguh menarik!