Masa pacaran memang masa yang paling indah, tapi kadang masa
pacaran kerap menjadi masalah pelik, apalagi saat membangun hubungan baik
dengan calon mertua (camer). Banyak diantara camer yang terlalu memperhatikan
detail calon untuk anaknya, sehingga untuk maju pun perlu strategi khusus demi
mendekatinya.

Dalam “budaya leluhur” suku Jawa dikenal istilah atau
tepatnya falsafah tentang “bibit, bebet bobot” yang sangat familiar di telinga
kita, ucapan itu sering diucapkan oleh orang-orang tua. Hal ini berkaitan dengan pemilihan calon
menantunya baik dari pihak pria maupun wanita. Falsafah ini lahir berdasarkan
kekhwatiran para orang tua kepada anak-anaknya.

Berdasarkan pengertian “bibit” ialah “benih”, berarti pihak
orang tua ingin memastikan bahwa sang calon menantu berasal dari sebuah
keluarga baik-baik. “Bobot” ialah “nilai/kekuatan”, ini bisa diartikan
kualitas diri calon menantu. Kualitas yang dimaksud mencakup pendidikan dan
budi pekerti (ahlaq). Sedangkan “bebet” ialah “tipe/jenis” ini bisa diartikan
bahwa si calon menantu adalah pribadi yang berbudi luhur dan tentunya memiliki
penghasilan yang layak.

Namun kadang petuah tersebut sudah dianggap kolot, sehingga
tidak banyak ditanggapi oleh mereka yang sedang ‘dimabuk cinta’. Mereka mengganggap
kesepakatan dan rasa sayang sudah memenuhi semua kriteria untuk membangun
sebuah keluarga baru kelak.

Jika tidak disetujui banyak pasangan yang memutuskan untuk berhubungan
tanpa sepengetahuan orangtua mereka. Nah kalau sudah begini, bagaimana
mengatasinya? Apa mungkin hubungan dengan camer tidak bisa diperbaiki lagi?

Sebelum merasa ‘serem’ dengan camer, ada baiknya Anda
mencoba memperbaiki atau menjalin hubungan dengannya. Hubungan yang ideal
adalah hubungan yang disetujui kedua belah pihak orangtua.

Bagaimana membangun hubungan yang harmonis dengan camer? Ada beberapa trik yang
bisa Anda praktekan, sebelum menyerah ada baiknya dicoba dulu.

  • Saat Anda ke rumahnya dan kebetulan bertemu
    dengan camer, cobalah basa-basi, sambil menyelipkan kata pujian untuk sikap
    anaknya (pasangan Anda). Hal ini secara langsung juga memuji camer karena semua
    itu tentu hasil didikan dari orangtuanya.
  • Persingkat pertemuan pertama Anda dengan camer agar mereka
    penasaran dan pasti ingin lebih banyak tahu lagi mengenai diri Anda. Responnya
    pada pasangan, jika masih negatif jangan patah semangat, ayo lakukan cara lain demi
    restu.
  • Perhatikan panggilan yang mereka sukai. Apakah camer temasuk
    tipe orang yang kaku, yang ingin dipanggil dengan sebutan Ibu dan Bapak atau
    cukup dengan panggilan Om dan Tante. Ini penting
    karena dari sini Anda akan memulai pendekatan Anda.
  • Jangan sok pintar. Jika Anda harus ngobrol panjang lebar
    dengan camer, arahkan pembicaraan sesuai dengan pengetahuan Anda, jangan sampai
    terjebak yang akhirnya membuat Anda bohong karena hanya ingin dianggap pintar.
  • Besikaplah sopan. Orang tua pertama kali menilai lewat sikap
    dan tutur kata. Bersikaplah sopan, dan jangan terlalu banyak bicara. Jangan
    rugikan diri sendiri yang akhirnya Anda jadi disebut sok asyik.
  • Stop mengkritik. Mungkin Anda termasuk orang yang aktif
    dalam menilai orang lain, tapi jangan berlakukan itu untuk camer.
  • Jangan ikut campur masalah keluarganya. Alihkan pembicaraan
    pada topik yang netral. Anda masih belum boleh berkomentar banyak, kecuali
    memang diminta camer sendiri.

Untuk share artikel ini, Klik www.Kabarinews.com/?35658

Untuk

melihat artikel Unik lainnya, Klik
di sini

Klik di sini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai
dan komentar di bawah
artikel ini

______________________________________________________

Supported
by :