Siapa yang tak ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Bagi
kebanyakan orang, peningkatan kualitas hidup merupakan hakikat hidup itu sendiri.
Tak jarang  orang rela merantau jauh
meninggalkan anak dan istri demi meraih kehidupan yang lebih baik.

Tak terkecuali bagi Robert Sirait. Pria berumur 50 tahun ini
telah tinggal di Amerika sejak delapan belas tahun lalu. Kepada Kabari, Robert
menceritakan kisah hidupnya.

Tahun 1992, setelah mencoba segala jenis pekerjaan, Robert
memutuskan mengadu peruntungan ke Amerika. Kebetulan dia punya seorang kenalan di
Amerika yang mau menampung dirinya.

Modal Rp 10 juta

Berbekal uang Rp 10 juta Robert pergi ke Amerika meninggalkan
istri dan seorang anak perempuan berusia 1,3 tahun. “Uang  itu saya dapat dari tabungan dan  utang sama mertua saya Rp 5 juta,” kata Robert
membuka cerita.

Dengan visa turis, Robert tiba di Amerika. “Saya langsung tinggal
Southern California dan menetap di rumah kenalan
saya dengan biaya sewa yang lumayan murah” kata Robert. Selain mesti membayar uang
 sewa kamar, Robert juga memberikan
sejumlah uang kepada si tuan rumah untuk biaya makannya sehari-hari.

Hari menjelang minggu, minggu menjelang bulan. Setiap hari Robert
mengukur jalanan dan mengendus informasi lowongan pekerjaan. “Setiap hari saya
keliling-keliling mencari pekerjaan, tapi mencari pekerjaan susah sekali,” kata
Robert yang punya keahlian mekanik.

Bulan pertama, bulan kedua, sampai bulan ketujuh, Robert belum
juga mendapat pekerjaan. Sementara persediaan uang sudah menipis dan istrinya
di rumah kerap berkirim surat
atau menelepon meminta kiriman uang. Dia juga sering terbayang wajah istri dan anaknya
yang ditinggalkan dalam keadaan tak punya uang.  Kadang Robert menyuruh istrinya untuk mencari
pinjaman uang sekedar untuk beli susu anaknya, dan akan diganti setelah dia
mendapatkan pekerjaan.

“Saya benar-benar bingung saat itu, sampai-sampai  saya nyaris memutuskan pulang ke Indonesia,”
kata Robert. Tapi nasib berkata lain, pada bulan kedelapan, dia akhirnya
mendapatkan pekerjaan di sebuah bengkel mobil di San Benardino.  

Lantaran punya keterampilan di bidang mekanik mobil, tak perlu
waktu lama bagi Robert untuk beradaptasi dengan pekerjaannya. Dia pun mulai
mendapatkan kepercayaan dari si pemilik bengkel dan digaji sesuai standar
karyawan di sana.

“Gaji  saya dihitung
perjam, kalau saya tidak lupa, sekitar 7 dollar per jam dengan jam kerja
delapan jam per hari,” kata Robert. Robert mengaku gembira sekali saat itu. Di
benaknya langsung terbayang wajah istri dan anak perempuan satu-satunya.

“Pertama kali saya kirim uang 800 dollar ke Indonesia, keluarga
di rumah senang sekali mendengar saya sudah mendapat pekerjaan,” kata Robert
gembira.

Setelah dia bisa menghitung kira-kira berapa pengeluarannya,
pada bulan berikutnya Robert baru menambahkan jumlah uang yang dikirim, “Sejak itu
saya kirim uang minimal 1.000 dollar per bulan,” ujar Robert.

Bahkan ketika harga dollar mulai melambung pada tahun 1996,
Robert pernah mengirim hingga 8.000 dollar. “Kebetulan saya dapat rezeki, jadi
saya kirim semuanya ke istri supaya ditabung,” ucap Robert.

Bagaimana kisah Robert selanjutnya?

(Bersambung)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34460

Untuk melihat Berita Indonesia / Kisah lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :