Sri berjalan agak gontai. Dia baru melahirkan bayi laki-laki
di Klinik Bumi Sehat dua hari yang lalu. Wajah ibu muda itu masih
terlihat lelah. Siang itu dia akan pulang. Robin Lim mendekati Sri dan
memeluknya. Dia mencium pipi Sri. Lalu mencium sang bayi yang masih
merah. “ Oh my baby ” kata Robin.

Kembali ke wajah Sri, Robin menatap lekat. Berkaca-kaca mata Robin.
Dia merangkul Sri dan menciuminya lagi berkali-kali. “Kalau air susu
ibunya tidak lancar, hubungi ke sini ya. Ada mobil?” “Ada Bu,” kata
suami Sri yang kemudian menuntun isterinya meninggalkan klinik. Robin
melepas kepergian pasangan itu.

“Melahirkan adalah peristiwa yang sangat beresiko bagi seorang
perempuan. Sakit. Mereka bertaruh nyawa. Saya selalu menganggap pasien
yang melahirkan di sini sebagai anak saya. Sentuhan kecil saja sangat
berarti bagi mereka. Dengan begitu kesakitan mereka berkurang,” kata
Robin.

Rambutnya dikepang sepanjang pinggang. Namanya Robin Lim. Robin
tampak seperti wanita Indian. Ada darah Amerika-Jerman dari ayahnya dan
Filipina-Cina dari ibunya. Bentuk matanya cenderung seperti orang
Mongoloid. Dia jarang tertawa. Bila sedang mengeluarkan kalimat
berlelucon, senyumnya tipis saja.

Robin adalah bidan dan pemilik Klinik Bumi Sehat-Ubud. Puluhan tahun
dia tinggal dan mencintai Ubud sepenuh hati. Dia menjadi bidan penolong
bagi ratusan ibu yang tidak mampu di Ubud dan sekitarnya. Atas jasanya,
tahun 2009 lalu, wanita ini dianugerahi Woman of the Year oleh UNICEF. Tahun ini, CNN pun menyebutnya sebagai pahlawan 2011.

Sekilas dari luar, Klinik Bumi Sehat milik Robin mirip guest house.
Bangunannya tak besar. Sekitar 300 meter persegi. Tempat tersebut
berada di kawasan yang asri. Klinik Bumi Sehat berada di kampung khas
pedesaan Bali. Tepatnya di Banjar Nyuh Kuning, Ubud, Kabupaten Gianyar,
Bali. Sekitar satu jam dari Denpasar. Meski berada di perkampungan,
klinik tersebut kini cukup terkenal.

Robin mengabdikan dirinya melayani masyarakat setelah ia kehilangan
adiknya yang meninggal ketika melahirkan. Niat itu didukung juga oleh
pengalaman kehadiran neneknya yang adalah dukun beranak di pegunungan
Baguio Luzon Filipina, lewat mimpi. Itu tak lama setelah Robin
melahirkan anak kelima, Hanoman.

Robin sendiri memiliki delapan anak, lima anak kandung dan 3 anak
angkat. Belum lama ini dia mengangkat seorang anak dari ibu yang berasal
dari Nusa Tenggara Timur.

Klinik Bumi Sehat memiliki 40 karyawan. Sebagian relawan (volunteer)
berkebangsaan asing, dan 9 bidan lokal. Bumi Sehat tidak menerapkan
tarif untuk pelayanannya. Semua gratis, bahkan untuk obat, kecuali
pasien ingin memberikan donasi. Dari mana dana operasionalnya? “Sampai
sekarang saya tidak berhenti mengirim permohonan dana ke luar negeri,”
katanya.

Mereka tidak hanya melayani pasien masyarakat lokal. Banyak juga dari
luar kota datang untuk bersalin ke Klinik Bumi Sehat. Belakangan ini
seiring kian melambungnya reputasi Robin, semakin banyak orang asing
melahirkan di klinik sederhana itu. “Mereka memberi donasi. Orang Rusia
banyak datang. Mereka banyak uang. Tapi mereka tidak ingin melahirkan di
negerinya.” Kata Robin.

Di dunia kesehatan, intervensi produsen susu formula begitu
menggurita. Tapi, akhir-akhir ini gerakan masyarakat untuk mengimbangi
semakin kencang, seperti yang dilakukan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Robin aktif mendorong inisiasi menyusui dini (IMD). Dia selalu meyakinkan ibu-ibu untuk tetap memberikan air susunya sampai bayinya berusia 6 bulan.

Di Bumi Sehat tidak ada celah masuk bagi konsumsi susu formula. Namun
produsen susu selalu saja mencari celah. Pernah ketika Robin tidak
sedang berada di klinik, seorang bidan menghubungi dia lewat telepon.
“Ibu ini ada orang dari Nestle datang bawa sepeda motor mau dikasih
untuk kita,” tiru Robin. “Saya bilang ke bidan untuk meminta mereka
pergi. Kita tidak butuh motor. Sekarang mereka kasih motor gratis, besok
mereka akan datang lagi untuk paksa kami memberi susu formula kepada
bayi.”

Untuk donasi, Robin pun pilih-pilih. Dia menolak berapa pun sumbangan
bila berasal dari perusahaan pertambangan. “Mereka merusak hutan,
merampas hak masyarakat. Kita tidak perlu uang mereka,” Robin menyebut
nama perusahaan Amerika Serikat yang menambang emas di di Papua.

Karena sikap tegasnya, Robin sering kesulitan mendanai operasional
yayasan. “Klinik di Ubud ini lumayan bisa hidup. Tapi kalau ada uang
pasti semua lari ke klinik di Aceh,” kata dia. Bumi Sehat membuka klinik
di Meulaboh, Aceh, pasca tsunami tahun 2005 “Sudah banyak LSM asing keluar dari Aceh, tapi kami masih bertahan di sana,” katanya.

Bumi Sehat kini sudah memiliki ambulans. Sebenarnya bukan mobil yang benar-benar dirancang untuk ambulans, tetapi mini van. Warnanya pun tidak putih. Sumbangan dari Rotary Club. “Kami berusaha selama empat tahun untuk bisa punya ambulans. Akhirnya ada yang memberikan” paparnya.

Robin tergerak mendirikan klinik nirlaba karena prihatin dengan
tingginya angka kematian ibu dan bayi di data statistik Indonesia. Kala
itu dia meyakini, salah satu faktor penyebab tingginya angka tersebut
adalah mahalnya biaya persalinan.

Sejak 1994, Robin membuka klinik dengan fasilitas yang serba
terbatas. Yayasan Bumi Sehat didirikan tahun 2006 melalui akta notaris.
Yayasan inilah yang menaungi Klinik Bumi Sehat. Kini, rata-rata setiap
bulan mereka menangani 40-60 persalinan.

Layanan Bumi Sehat dibangun di atas tiga pedoman: respect for nature, respect for culture, and the wise implementation of the Science of Medicine
(Menghormati Alam, Menghormati Budaya, dan implementasi bijak dari Ilmu
Kedokteran). Robin menghindari sebisa mungkin penggunaan obat kimiawi,
hampir semua obat yang digunakan di Bumi Sehat bahan herbal.

Untuk kasus resiko ibu bersalin seperti tekanan darah tinggi, Robin
memaksimalkan manfaat bawang putih dan mentimun. “Kalau air susu ibu
tidak keluar atau kurang lancar, kami berikan nasi merah. Itu sudah
terbukti ratusan tahun,” katanya.

Bumi Sehat tidak memakai banyak teknologi dalam operasionalnya. Ini
sesuai dengan misi operasional persalinan alami. Penanganan persalinan
dilakukan secara alami dengan memperhatikan semua aspek tubuh manusia
secara holistik. Menurut Robin, persalinan adalah proses yang sakral dan
harus dijalankan dengan cinta kasih. “Kami punya mesin USG.
Itu saja. Buat apa menghabiskan uang banyak untuk teknologi? Secanggih
apapun alat teknologi, kalau penanganan tidak dilakukan dengan
kelembutan dan cinta kasih, tidak akan membuat Ibu merasa nyaman,”
ujarnya.

Selain water birth, Bumi Sehat juga menjalankan metode lotus birth;
menunda pemotongan tali pusar. Metode tradisonal ini meyakini plasenta
dan ari-ari memberikan nutrisi, batang sel dan antibodi kepada bayi
beberapa saat setelah persalinan. Setelah dilahirkan, plasenta
dibungkus, diberi bunga-bungaan dan pewangi alami dan diletakkan
hati-hati di badan ibu.

Menurut Robin, bidan adalah profesi yang bisa membuat orang bahagia
dan senang. “Senang?“ “Ya, kalau di Bali dengan menjadi bidan adalah
dharma. Dan Dharma adalah kebajikan”.

Nama : Robin Lim
Lahir: Arizona, 24 November 1956
Ibu dari 8 anak ( 5 anak biologis, 3 anak angkat)
Profesi ; Bidan Profesional, anggota North American Registry of Midwives dan Asosiasi Kebidanan Indonesia
Penghargaan :
The Women of Peace Award 2005 & the Woman of the Month Award oleh UNIFEM (PBB).
Alexander Langer International Peace Award 2006 (Bolzano, Italia).
The Woman of the Year, UNICEF 2009.
The CNN Hero 2011.

Mengarang banyak artikel, cerita dan dipublikasikan di majalah Midwifery Today dan newsletter The Birthkit.

Buku-buku yang sudah terbit:
Placenta, The Forgotten Chakra (Plasenta, Cakra yang Terlupakan), After The Baby Birth, Panduan Post Partum, Eating for Two ; Buku Masak untuk Wanita Hamil dan Menyusui, Butterfly People , ASI Ekslusif Dong!, Anak Alami.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36860

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :