Maraknya para artis atau pesohor terjun ke dunia politik baik
sebagai calon legislator maupun calon kepala daerah menjadi tren yang
mewarnai panggung politik Indonesia.

Gejalah ini sebetulnya bukan hal baru, tapi sudah dimulai sejak masa
reformasi dan mencapai eforianya setelah pemilu legislatif 2009-2014
yang dihelat pada Bulan April 2009. Dalam daftar calon legislator yang
diajukan partai peserta politik ketika itu, tercatat sedikitnya ada 26
artis mencalonkan diri menjadi legislator.

Menariknya, meski banyak yang pesimis mereka bakal lolos, kenyataan
justru berkata sebaliknya. Dari 26 nama, 18 diantaranya lolos dan berhak
duduk sebagai wakil rakyat di Senayan. Ini berarti tingkat kepercayaan
publik kepada mereka cukup tinggi.

Faktor popularitas tak bisa dimungkiri sebagai pendorong terpilihnya si
artis. Di tingkat akar rumput, masyarakat tentu lebih mengenal pesohor
yang saban hari mereka saksikan rutin di televisi, ketimbang para
politisi yang lebih kerap menjual bualan.

Maka jangan heran, seorang pelawak seperti Eko Patrio bisa mengungguli perolehan suara Wakil Bupati Jombang, Ali Fikri. Padahal Ali Fikri
boleh dibilang ‘tuan rumah’ dalam Pemilu Legislatif 2009 untuk Daerah
Pemilihan VIII (Jombang, Mojokerto, Madiun,
dan Nganjuk).

Atau tengok saja bagaimana artis pemeran sinetron “Panji Manusia
Millenium” Primus Yustisio melenggang ke Senayan setelah meraup 60.684
suara di Daerah Pemilihan Jawa Barat IX. Si “Panji Manusia Millenium”
ini berhasil menyingkirkan para ‘jagoan lokal’ yang pengalaman
politiknya lebih teruji.

Sampai detik ini pun, meski sudah terpilih ke Senayan, kapabilitas
mereka masih diperdebatkan. Kenyataan memang bahwa tak sedikit dari
mereka yang masih terbilang ‘anak bawang’ dalam percaturan politik tanah air.
Bahkan ada legislator yang baru bergabung ke partai politik hanya
beberapa bulan sebelum pemilu legislatif digelar.

Namun keraguan ini segera ditangkis oleh mereka. Eko Patrio yang
menggunakan Partai Amanat Nasional (PAN)
sebagai kendaraan politik menuju Senayan, meyakinkan masyarakat luas
kalau artis yang terpilih sebagai anggota DPR
juga punya kualitas. “Dari zamannya almarhum Sophan Sophiaan sampai
sekarang nggak ada kan anggota DPR yang dari
artis terkait korupsi atau masalah hukum. Saya pun yakin artis yang
terpilih kerjanya bisa lebih maksimal,” tuturnya sesaat setelah dilantik
menjadi anggota DPR-RI pertengahan 2009.

Senada dengan Eko, penyanyi dan pencipta lagu Theresia Ebenna Ezeeria
Pardede, atau dipanggil dengan nama popular Tere, berjanji kepada
pemilihnya akan bekerja keras di parlemen. Tere mengaku memutuskan jadi
politisi bukan karena ikut-ikutan artis lainnya, tetapi karena merasa
terpanggil. Dia berjanji untuk bekerja semaksimal mungkin dan
mencurahkan perhatiannya untuk kepentingan rakyat.

Tere juga mengaku selalu ingat lagunya Iwan Fals. “Seperti lagunya
Om Iwan, wakil rakyat kerjanya jangan cuma duduk saja,” katanya.

Kenapa Jadi Politisi?

Dengan popularitas yang dimiliki serta kemampuan ekonomi yang terbilang
cukup, sebetulnya apa lagi yang dicari oleh para artis? Kenapa mereka
mau jadi politisi?

Adjie Massaid ketika dihubungi Kabari mengatakan, yang dicari seorang
artis menjadi politisi bukanlah materi, “Kalau soal materi saya yakin
banyak artis yang memang sudah kaya sebelum jadi anggota parlemen, bagi
saya ini adalah kewajiban, kewajiban berbuat sesuatu untuk rakyat,” kata
Adjie.

Di kalangan artis, Adjie Massaid termasuk politisi senior karena sudah
bergelut dengan dunia politik cukup lama. Politisi dari Partai Demokrat
ini kembali terpilih menjadi wakil rakyat untuk periode kedua.

Selain Adjie, ada juga artis Rieke Dyah Pitaloka, Nurul Arifin dan
pelawak H. Qomar yang terbilang senior karena telah menajdi wakil rakyat
untuk dua periode. Mereka semua boleh dibilang total berkonsentrasi di DPR.

Rieke Dyah Pitaloka dan Nurul Arifin bahkan selain sibuk menjadi anggota
parlemen juga aktif dalam memperjuangkan hak-hak kesetaraan perempuan.
Sementara kegiatannya di dunia hiburan, nyaris tak ada lagi.

Bagi mereka, fasilitas yang didapatkan seorang anggota parlemen seperti
rumah, mobil, gaji yang tinggi, bukanlah alasan utama kenapa mereka mau
menjadi politisi. Dedi Gumelar atau nama populernya Mi’ing Bagito,
mengutarakan alasannya menjadi wakil rakyat. “Tentu saja alasannya bukan
materi, itu saya sudah cukup, justru saya ingin mengembalikan apa yang
saya dapat kepada rakyat dalam bentuk kerja nyata untuk mereka,” kata
Mi’ing kepada Kabari saat dihubungi via telepon. (yayat)

Anggota DPR-RI Dari Kalangan Artis

Theresia EE Pardede alias Tere-Partai Demokrat, Komisi 10 (Membidangi
pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Ingrid Maria Palupi Kansil- Partai Demokrat, Komisi 8 (Membidangi
agama, sosial dan pemberdayaan perempuan)

CP Samiadji ”Adji” Massaid- Partai Demokrat, Komisi 10 (Membidangi
pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Venna Melinda- Partai Demokrat, Komisi 10 (Membidangi pendidikan,
pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Komar alias Nurul Qomar- Partai Demokrat, Komisi 10 (Membidangi
pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Angelina Sondakh- Partai Demokrat, Komisi 10 (Membidangi pendidikan,
pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Tantowi Yahya- Partai Golkar, Komisi 1, (Membidangi pertahanan, luar
negeri, dan informasi)

Nurul Arifin Partai Golkar, Komisi 2 (Membidangi pemerintahan dalam
negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agrarian)

Tetty Kadi Bawono Partai Golkar, Komisi 8 (Membidangi agama, sosial
dan pemberdayaan perempuan)

Rieke Diah Pitaloka-PDI-P, Komisi 9
(Membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi)

Guruh Sukarno Putra PDI-P, Komisi 10
(Membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan
kebudayaan)

Dedi Suwendi Gumelar alias Miing Bagito-PDI-P,
Komisi 10 (Membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata,
kesenian, dan kebudayaan)

Eko ”Patrio” Hendro Purnomo-Partai Amanat Nasional Komisi 10
(Membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan
kebudayaan)

Primus Yustisio Partai Amanat Nasional Komisi 10 (Membidangi
pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Jamal Mirdad-Partai Gerindra, Komisi 10 (Membidangi pendidikan,
pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan)

Rachel Mariam Sayidina-Partai Gerindra, Komisi 1 (Membidangi
pertahanan, luar negeri, dan informasi)

Ruhut Sitompul-Partai Demokrat, Komisi 3 (Membidangi hukum dan
perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan)

Okky Asokawati- Partai persatuan Pembangunan, Komisi 9 (Membidangi
kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi).

Untuk share artikel ini
klik
www.KabariNews.com/?34988

Untuk

melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik
di sini

Klik

di sini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri
nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________


Supported by :