Etnis Tionghoa di Indonesia diduga sudah ada sejak abad ke
3-4. Diawali kedatangan Fa-Hsien. Seorang pendeta Budha. Fa Hsien ke
Indonesia karena kapalnya terdampar. Saat itu dia melihat sudah ada
kerajaan di Jawa. Juga Tiongkok bernama I Ching pada abad ke 7. Di
Kalimantan, orang Tionghoa datang ke Indonesia sejak abad ke 3. Pelaut
Tionghoa menjelajahi banyak negara untuk berdagang.

Kedatangan orang Tionghoa diwarnai interaksi dengan penduduk
setempat. Mereka membawa tradisi negeri leluhur. Berbagai seni, barang,
budaya dibawa oleh mereka. Kebanyakan menetap di Sumatera Utara, Bangka
Belitung , Sumatera Selatan, Lampung , Lombok, Kalimantan Barat,
Banjarmasin, juga Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Abad ke 7 ada imigrasi besar-besaran dari Tionghoa ke Sambas dan
Menpawah (Kalimantan). Mereka ingin berpenghidupan lebih baik. Ini yang
menimbulkan komunitas Tionghoa yang cukup besar di Kalimantan.

Selain alasan perjalanan yang natural, Tionghoa ke Indonesia juga
karena sebuah misi Kubilai Khan, raja Tiongkok pada Dinasti Yuan
melakiukan invasi ke tanah jawa pada akhir abad 12. Invasi dianggap gagal. Laskarnya, yaitu Ike
Meso, Shih Pi dan Khau Hsing, setelah kalah dari Raden Wijaya, lari dan
menetap di Kalimantan Barat. Mereka juga salah satu cikal Tionghoa di
Kalimantan.

Paling mengagumkan adalah kedatangan pasukan Cheng Ho pada abad ke
14. Laksamana agung dari Tiongkok pada Dinasti Ming ini melakukan
perluasan wilayah dengan damai. Mereka melakukan perjalanan dari Nanjing
–Vietnam- Jawa- Palembang- Medan- Aceh- Srilangka – terus ke timur
menuju Afrika Barat. (Yaman- Swahili). Mengagumkan, karena membawa
armada yang besar (ratusan kapal). Mereka juga melakukan pencatatan
cukup baik selama perjalanan.

Catatan Cheng Ho banyak ditemukan di Kelenteng Sam Po Kong –
Semarang. Semarang adalah kota penting bagi masuknya Tionghoa di Jawa.
Catatan itu dianggap lebih masuk akal dibanding Babad Tanah Jawi.
Catatan di Kelenteng Sam Po Kong, terpengaruh oleh Pararaton antara
lain bercerita soal Raden Patah. Raden Patah bernama asli Jin Bun dengan
ayah tiri Swan Liong. Raden Patah kelak adalah Raja Demak. Saat itu,
pengaruh Islam sudah masuk Semenanjung Malaka, Sumatera dan Jawa.

Ketika itu sudah banyakkah orang Tionghoa di Jawa ? Ya. Ceritanya,
Swan Liong adalah putra raja Majapahit bernama Yang-wi-si-sa (Hyang
Wisesa / Hyang Purnawisesa) dari seorang selir Tionghoa. Swan Liong
tahun 1443, diangkat menjadi kapten Tionghoa di Palembang oleh Gan Eng
Cu. Seorang kapten Tionghoa di Jawa. Swan Liong memiliki asisten bernama
Bong Swi Hoo. Kelak, Bong Swi Hoo membuat pusat perguruan agama Islam
di Surabaya. Bong Swi Hoo identik dengan Sunan Ampel.

Istri Swan Liong bernama Siu Ban Ci, putri Tionghoa muslim Gresik.
Bekas selir Kung-ta-bu-mi raja Majapahit (pada Babad Tanah Jawa,
Kung-ta-bu-mi adalah Brawijaya). Dia, dalam keadaan hamil dari
Kung-ta-bu-mi ketika diperistri oleh Swan Liong. Kung-ta-bu-mi adalah
ejaan Tionghoa untuk Bhre Kertabhumi. Dari wanita itu, lahir dua orang
putra bernama Jin Bun (Raden Patah-anak dari Kung-ta-bu-mi) dan Kin San
(Raden Kusen-anak dari Swan Liong). Pada tahun 1474, Jin Bun dan Kin San
pindah ke Jawa untuk berguru kepada Bong Swi Hoo (Sunan Ampel). Jin Bun
mendirikan kota Demak dan menjadi raja Demak . Kin San mengabdi kepada
Kung-ta-bu-mi di Majapahit.

Cerita tentang Tionghoa di Nusantara tak hanya cerita tentang Raden
Patah. Seorang muslim Tionghoa yang bernama Toh A Bo, yang kelak dikenal
sebagai Fatahilah juga mewarnai sejarah Tionghoa di Nusantara.
Keturunan Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia berasimilasi dengan
pribumi. Cerita dan kisah asimilasi antara orang Tionghoa dan Indonesia
pun berlanjut dari abad ke abad. Tak hanya beragama Kong Hu Chu. Tapi
juga Islam, Budha, Katolik bahkan Hindu. 

Aktor muda Baim Wong misalnya. Campuran Tionghoa –pribumi kelahiran 1981
ini, adalah anak pasangan Johnny Wong dan Kartini Martaatmadja. Nama
asli pemuda Islam ini adalah Ibrahim Wong. Dia tak bermasalah dengan
agama dan namanya yang Tionghoa.

Bahkan, banyak orang Tionghoa di Indonesia yang cukup bisa
diperhitungkan berkiprah di beraneka bidang. Bagai Raden Patah yang
seorang Raja sampai aktor Baim Wong. Mereka menorehkan prestasi nasional
dan internasional yang luar biasa. (Indah Winarso)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36319

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :