caleg tukang parkir (foto.dok :Liputan6.com)

Kursi empuk wakil rakyat ternyata tidak hanya jadi incaran kaum intelek. Terbukti kalangan menengah sampai pas-pasan pun berburu kursi dalam pemilihan calon legislatif (caleg). Mereka berlomba-lomba mencari simpati rakyat dengan caranya masing-masing.

Modal nekat, tukang parkir maju jadi caleg

Bermodalkan nekat. Sudarianto (48) yang berprofesi sebagai tukang parkir mantap mencalonkan diri sebagai caleg. Di bawah bendera Partai Nasdem, ayah dua anak ini tak takut bersaing dengan lawan-lawannya, bahkan ia yakin bisa meraup suara terbanyak dari daerah pemilihan (Dapil) I yang meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Gumbasa dan Kecamatan Tanambulava.

Pria lulusan SMA ini, kesehariannya memarkir mobil di kawasan Pasar Tradisional Sigi Biromaru, Sulawesi Tengah. Sudarianto sudah lebih dari 14 tahun menjalani profesinya.

Pencalonan dirinya sebagai anggota caleg DPRD Kabupaten Sigi tidak lepas dari dukungan keluarga, masyarakat miskin dan sesama tukang parkir yang tersebar di wilayah kecamatan Sigi Biromaru.

Tak sepeser pun Sudarianto mengeluarkan uang untuk mencetak segala kebutuhan kampanyenya, seperti  mencetak stiker, baliho, kalender dan lainnya, karena semua dibantu oleh rekan dan partai yang mengusungnya. Apalagi untuk membayar tim sukses, Sudarianto mengaku tak sanggup karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun terbilang masih pas-pasan. Istri dan anak-anaknya berkerja sama membantu Sudarianto berkampanye dengan menjadi tim sukses kecil yang bertugas membagi-bagikan stiker ke masyarakt.

Dari pekerjaanya sebagai tukang parkir yang berpenghasilan pas-pasan itu, ia berharap masyarakat bisa tergugah sehingga memilih dirinya. Sehingga dari pengalamannya itu Sudarianto bisa mewujudkan impian kalangan kecil agar lebih sejahtera. Janjinya jika terpilih nanti ia akan mengangkat hak-hak orang miskin dan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi anak muda yang putus sekolah, juga mensejahterakan rekan seprofesinya para tukang parkir.

Tak muluk-muluk, kampanye pencalonan dirinya pun dilakukan secara sederhana.  Berbeda dengan caleg lainnya yang mengumbar janji melalui kampanye dengan menggelar acara atau arak-arakan, Sudarianto justru melakukan kampanye di acara hajatan warga. Di saat ada kesempatan seperti acara perkawinan, tahlilan dan aqiqah, Sudarianto selalu menyempatkan diri untuk datang dan bersosialisasi dengan warga lain. Kesempatan ini dipergunakan dengan baik untuk  menyampaikan visi misinya sebagai caleg dari kelas bawah.

Maju jadi caleg, loper Koran yang siap memperhatikan kaum kecil

caleg loper koran (foto.dok :Tempo.com)Suratin (42), perempuan asal Banyuwangi ini berkesempatan menjadi salah satu kandidat caleg. Meski hanya lulusan SMEA, Suratin tak mau kalah saing dengan para sarjana yang juga mencalonkan diri pada pemilu caleg mendatang. Cara kampanye yang dilakukan Suratin tidak terlalu sulit, karena sebagai pemilik usaha penjualan koran dan majalah ia cukup sering bertemu dengan pelanggan. Sambil melayani pembeli/ pelanggan, Suratin yang akrab disapa Mba Tin itu bisa langsung berinteraksi langsung dengan pelanggan sambil menyampaikan visi dan misinya.

Mba Tin hampir tidak pernah libur. Setiap hari, sehabis sholat subuh ia sudah keliling jadi loper koran untuk mengantarkan koran-koran ke rumah-rumah pelanggan, setelah itu baru dia membuka lapaknya yang berada tepat di simpang empat lampu merah Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi.

Suratin cukup mantap untuk  maju sebagai calon wakil rakyat. Ia mengaku punya ‘bekal’ sedikit tentang wawasan situasi politik yang terjadi di Indonesia. Di kala senggang, Suratin selalu menyempatkan diri membaca koran-koran dagangannya, dari situlah ia tahu banyak hal. Dan karena itulah ia percaya diri menjadi salah satu caleg DPRD Dapil 3 Kabupaten Banyuwangi nomor urut satu yang diusung Partai Nasdem.

Sama seperti Sudarianto, Suratin juga tidak punya tim sukses yang khusus dibayar untuk mengkampanyekannya. Hanya ditemani suami tercintanya dan beberapa orang dekat, Suratin yakin bisa lolos untuk menjadi wakil rakyat. Tin mengaku, sudah dua puluh tahun hidupnya dihabiskan di jalanan, dan dari situlah ia mengenal banyak orang terutama masyarakat kalangan bawah, seperti tukang ojeg, penjual sayur, sopir angkot dan banyak lainnya. Langkahnya ini dianggapnya ibadah, karena secara tidak langsung ia mau jadi caleg karena ingin mewakili nasib ‘wong cilik’ agak ke depannya bisa hidup lebih sejahtera.

Badri, Janji berikan 80 persen gajinya untuk rakyat kecil

Badri sopir angkot caleg 2014

Foto : Radar Lampung

Badri sopir angkot (angkutan kota) dari Bandar Lampung. Terlihat tidak ada yang istimewa dari pria berkulit sawo matang ini. Namun, dibalik penampilannya yang sederhana, ternyata ia adalah salah satu caleg Kota Bandar Lampung daerah pemilihan Sukabumi.

Badri yang kesehariannya jadi sopir angkot jurusan Tanjung Karang- Sukarame ini juga modal nekad untuk maju sebagai wakil rakyat. Dirinya merasa terpanggil karena merasa berasal dari kalangan bawah. Pencalonannya ini pun jadi tantangan baginya untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil.

Memberikan 80 persen gajinya untuk rakyat kecil menjadi salah satu janjinya ketika terpilih nanti. Ia ingin rakyat juga merasakan jerih payahnya, karena itu ia akan berjuang demi misinya itu.

Untuk atribut kampanye, Badri menyisihkan sedikit penghasilan hariannya dari menyupir angkot. Dari sisa uang yang sebelumnya  sudah dipotong untuk beli bensin dan kebutuhan keluarga ia gunakan untuk mencetak stiker, dan kartu nama. Badri punya cara sendiri untuk bersosialisasi dengan para calon pemilih. Setiap hari, di dalam angkot, ia mengajak para penumpangnya berdiskusi tentang kondisi Bandar Lampung, baru kemudian ia akan memperkenalkan diri sebagai caleg. Saat penumpang turun untuk membayar ongkos, ia pun memberikan stiker dan kartu namanya.

Di saat istirahat atau selepas dari ‘narik’ angkot, ia menyempatkan diri untuk nongkrong bersama para tukang sayur, tukang ojeg dan sopir angkot lainnya untuk berdiskusi. Jika sudah begitu, Badri bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk bersosialisasi dan berdiskusi. Bagi Badri, keputusannya menjadi caleg sudah bulat, ia berharap bisa lolos dan memperbaiki nasib rakyat kecil yang menurutnya selalu tersisihkan.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?61705

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Hosana