Coba sebut satu produk buatan Indonesia yang ada di 50 negara?Tidak ada kan? Amazingedu akan melakukannya dalam sepuluh tahun kedepan!

Ucapan optimis itu keluar dari mulut Harry Sudiyono Candra, Marketing Director PT. Pesona Edukasi, perusahaan pembuat software pendidikan Amazingedu atau Pesonaedu. Software yang baru ada versi Matematika dan Fisikanya itu kini telah diekspor ke-23 negara. Penghargaan yang diraih pun tak main-main. Di tingkat nasional, Amazingedu menyabet gelar software pendidikan terbaik dua kali berturut-turut 2006 dan 2007 dari Departemen Pendidikan Nasional. Lalu pada ajang Asia Pacific ICT Award (APICTA) di Macau, 2-5 November 2006 yang diikuti 16 negara, Amazingedu meraih Merit Award kategori Education and Training. Yang fenomenal, Amazingedu berhasil masuk sebagai finalis E-Learning World Summit Award 2007 dari 89 negara peserta.

Sederet prestasi tersebut menebalkan keyakinan, dunia IT Indonesia tidak sedemikian tertinggal seperti diberitakan selama ini. Amazingedu memang memukau. Konten software ini berupa kombinasi antara animasi dan pelajaran itu sendiri. Tidak kurang ada 1.500 halaman animasi dalam seluruh paket software Amazingedu. Setiap halaman dibuat sedemikian menarik dan interaktif. Jika melihat tampilan software ini, dijamin para siswa akan enjoy, sekalipun awalnya tidak menyukai pelajaran Fisika atau Matematika.

Softwareini diorientasikan membantu para guru dalam mengajar mata pelajaran Matematika dan Fisika, dua mata pelajaran yang kerap menjadi momok bagi siswa. Dalam prakteknya, software ini digunakan dalam sebuah ruang kelas dengan alat bantu proyektor. lalu siswa menyaksikan layar proyektor sembari mendengarkan penjelasan guru. Tak pelak, tampilan animasi warna-warni yang menarik membuat para siswa dan guru senang.Apalagi software ini interaktif, siswa atau guru dapat menekan salah satu tombol yang tersedia untuk mencari berbagai contoh soal lain.

Mengenai sejarah pembuatan Amazingedu, Harry Sudiyono Candra mengungkapkan,“Pada waktu itu awal 1986, kami bertiga yakni saya, Pak Bambang Yuwono,dan Pak Suyanto, kepikiran berbisnis di bidang IT. Tapi apa yang cocok?Berhubung kami memang senang dan berangkat dari dunia pendidikan,akhirnya kami memutuskan membuat software pendidikan.” ujarnya mengawali wawancara. Sejak itu mereka bertiga mulai mengkonsep,mendesain, dan berusaha sekuat tenaga mencari modal. “Modalnya tergolong besar, kita harus bayar animator, script writer, programmer,belum lagi biaya riset dan penyusunan bahan” katanya geleng-geleng kepala.

Mereka betul-betul mempertimbangkan setiap detail software ini, agar saat diluncurkan nanti tampil sempurna. Dan demi kesempurnaan itu, software ini baru selesai tahun 2001 atau 15 tahun kemudian. Hasilnya? Luar biasa! Ketika Kabari mengutak-atik lembar demi lembar Amazingedu, formatnya sungguh menarik, mendekati sempurna malah.“Terus terang ini bukan hasil yang paling sempurna, kami ingin terus mengembangkannya ” kata Harry merendah.

Memang perlu kerja keras untuk mengenalkan Amazingedu kepada masyarakat. Tapi pelan tapi pasti, Amazingedu berhasil menarik perhatian orang. Apalagi sejak versi internasionalnya juga diluncurkan, banyak sekolah-sekolah bertaraf internasional menggunakan software ini, seperti Jakarta International School. “Saat ini bahkan kami sudah deal dengan puluhan sekolah di Brunei Darusalaam dan Singapura untuk memakai software kita.” kata Harry bangga.

Pengalaman yang tak mungkin dilupakan Harry adalah saat ia mempresentasikan Amazingedu dalam sebuah simposium ilmiah di Jakarta yang dihadiri para pakar, termasuk seorang profesor peraih nobel fisika asal Stanford University, AS. Waktu itu ia hanya diberi waktu tujuh menit,“Bayangkan, cuma tujuh menit! Kesempatan itu persis diberikan setelah sang profesor peraih nobel itu berbicara. Banyak yang mengernyitkan dahi, apa sih Amazingedu ? halah paling jualan doang nih,mungkin begitu kata orang ketika melihat saya ke podium, saya sendiri sempat deg-degan dan sedikit pesimis.” katanya mengisahkan.

Namun semuanya tenyata di luar dugaan. Setelah menyelesaikan presentasinya,seluruh peserta bertepuk tangan riuh memberi aplaus. Bahkan sang professor itu menghampiri dan mengucapkan selamat kepada Harry. Ia juga mengundang Harry datang ke hotel tempat ia menginap. “Dia bilang kepingin beli!” ujar Harry setengah berteriak.

“Meski cuma beli satu biji, kami benar-benar bangga. Kenapa? Lha wong profesor peraih nobel saja sudah bilang oke banget kok software kita,kami jadi tambah yakin untuk maju terus pantang mundur!” papar Harry.Suatu kali pernah datang pula seorang pengusaha IT dari India menemui Harry dan berniat membeli hak cipta software ini. Kontan Harry dkk menolak, “Dia bilang begini, I have ten million dollar in my pocket,what price to buy your company and copyright? Saya jawab pendek saja,Sorry, I m not sell. But I want this (software-red) use in around India.” kata Harry. Lucunya, demi mengenalkan Amazingedu kepada dunia internasional, Harry sampai perlu membuka kantor pemasaran di Singapura. “Ini supaya dunia internasional lebih percaya sama kita,bahwa produk kita memang bonafid.” ujarnya tersenyum. Kini, Amazingedu tersedia dalam 9 paket dengan mata pelajaran matematika dan fisika,mulai dari kelas 1 SMP sampai kelas III SMA.

Dan di tengah ketertinggalan kita, ternyata masih ada Amazingedu yang membuat bangsa ini masih bisa berjalan dengan kepala tegak menuju persaingan global. Salut! (olva)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31256

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Mei 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Lincoln University

LEARN MORE
EARN MORE
MUCH MORE

Lincoln University
401 15th St.Oakland, CA 94612
Telp. ( 510 ) 628-8010,  (888) 810-9998 ( toll free )
Klik www.lincolnuca.edu