KabariNews, Ketika terjadi aksi teror bom di pusat kota, Ardi bersama teman-temannya mempertaruhkan nyawa demi mengamankan situasi. Dalam 22 menit, Ardi dan rekan-rekannya dari satuan antiteroris berhasil menangkap pelaku teror bom.

Itulah sepenggal cerita dari Film action yang berlatar dari kisah nyata kejadian teror bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada tanggal 14 Januari 2016 yang lalu. Film yang berjudul 22 Menit dibuat sebagai salah satu bentuk sosialisasi antiteroris.

Namun di balik cerita film itu, ada aksi heroik seorang anggota satuan antiteroris bernama Ardi yang diperankan oleh Ario Bayu.  Meski memiliki tugas yang berat sebagai anggota polisi anti teroris, Ardi tetap menjalakan aktivitas yang lain termasuk mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum bertugas.

“Saya bangga bisa berpartisipasi. Menurut saya, film ini patut untuk dikemukakan kembali, mengingat kejadian dua tahun yang lalu dan film bisa menjadi ruang diskusi”, tutur Ario Bayu pemeran utama saat meet & greet bersama awak media di CGV BG Junction & Atrium BG Junction, Surabaya, Minggu (22/07).

Kenapa kok bisa kata Ario Bayu, ada orang yang mau melakukan hal-hal di luar norma. Ada manusia yang mau melukai orang lain, berubah menjadi radikal atau ekstrim.

“Jadi saya berharap, film ini bisa membuka ruang diskusi, apakah ini sintong-sintong dari efek sosial, ekonomi atau media sosial. Intinya ada edukasinya. Itulah salah satu ketertarikan saya untuk bermain di film ini,” ungkap Ario Bayu.

Ario sapaan akrab Ario Bayu menceritakan, selama satu bulan dirinya bersama pemeran lainnya diberi latihan khusus di suatu tempat. karena untuk memerankan seorang Ardi yang menjadi anggota polisi antiteroris membutuhkan teknik, taktik, dan strategi khusus.

Film yang berdurasi 80 menit ini, menyajikan adegan yang mendebarkan seperti aksi baku tembak, ledakan bom dan aksi-aksi yang berbahaya seperti yang dilakukan oleh anggota polisi.

Rumah Produksi Buttonijo Films, sengaja membuat film 22 Menit semirip mungkin dengan kejadian aslinya seseuai prosedur standar. Selain itu, membutuhkan riset yang detail dan berkonsultasi atau bekerjasama dengan pihak kepolisian.

“Menurut saya, ini tidak ada titipan dari pihak kepolisan. Murni bahwa benar-benar di balik cerita film ini hanya ingin mengedukasi masyarakat,” kata Ario.

Kalau kita lihat bersama kata Ario kembali, kenapa sih ada orang yang mau melakukan hal-hal yang begitu radikal demi aspirasinya terlihat dan demi keinginannya terdengar. Kenapa sih harus lewat aksi ini?

“Saya pribadi bersama teman-teman menyadari bahwa kita punya masalah di rumah sendiri. kita sesama saudara kenapa harus begitu, Dan mungkin mereka juga korban. Korban yang suaranya tidak di dengar,” kata Ario.

Ario kemudian mengemukakan pendapatnya. Film ini dibuat bukan untuk melihat mana yang baik dan mana yang benar. Kita semua saudara, kita semua satu bangsa dan kita semua manusia.

Selain Ario Bayu, film ini juga dibintangi Mathias Muchus, Ade Firman Hakim, Ence Bagus, Hana Malasan, Ajeng Kartika, Fanny Fadillah, Taskya Namya, Ucup, Ardina Rasti dengan sutradara oleh Eugene Panji dan Myrna Paramitha Pohan.

Sebagian keuntungan dari penjualan tiket akan disumbangkan kepada korban bom Thamrin.